|
Baru saja Presiden AS George W. Bush mengadakan kunjungan rahasia kilat di Bagdad pada Thanksgiving Day atau Hari Sukuran tanggal 27 November, Senator Partai Demokrat dari negara bagian New York, Hillary Rodham Clinton, isteri mantan Presiden Clinton tanggal 28 tiba-tiba tampil di Bagdad yang diduduki tentara AS. Ini mungkin adalah suatu kebetulan, tetapi hal tersebut mencerminkan adu kekuatan antara Partai Republik dan Partai Demokrat dalam masalah Irak untuk memenangkan pemilihan umum. Kedua partai sama sama mencoba menjadikan masalah Irak sebagai karta politiknya masing-masing, guna mempengaruhi opini umum, bersaing merebut hati warga, dan dengan kartu itu memenangkan pemilihan umum. Namun masalah Irak ternyata adalah sebuah kartu berbahaya, kalau salah bermain, mungkin malah berakibat sebaliknya.
Ketika baru saja memangku jabatan presiden, Bush mulai memanfaatkan sepenuhnya masalah Irak, dan sekarang juga tidak terkeuali. Pada tanggal 9 April tahun ini, tentara Amerika menduduki Bagdad, dan rezim Saddam Hussein runtuh, Presiden Bush yang memicu perang "menggulingkan Sadam Hussein" merasa bangga dan bersemangat cerah. Menurut angket tanggal 23 April, tingkat dukungan Bush dalam negeri mencapai 80%. Tampaknya Bush akan menang lagi untuk jabatan presiden berikutnya. Akan tetapi situasi yang menggembirakan itu tidak berlangsung lama, tentara AS di Irak dengan cepat terjerumus dalam lumpur perang gerilya. Seiring dengan memburuknya terus situasi di Irak, tingkat dukungan Bush dalam negeri terus jatuh sampai 42%. Bush yang sudah menggadaikan hari depan dan nasib politiknya pada masalah Irak telah menyaksikan bayangan gelap dalam usaha menjabat presiden berikutnya, sudah wajar Bush tidak mengaku kalah begitu saja. Melalui perencanaan yang cermat, Bush secara rahasia menuju Bagdad pada Hari Sukuran, untuk mencapai efek sensasional dengan cara "mengantarkan kekejutan gembira" kepada tentara Amerika. Kunjungan Bush ke Irak telah mengobarkan semangat tentara Amerika dan juga mengakibatkan "kegemparan yang sulit dipercaya" di kalangan rakyat Amerika, maksudnya tak lain lagi menciptakan situasi bagi pemilihan umum presiden tahun depan.
Partai Demokrat juga memanfaatkan sepenuhnya situasi di Irak dewasa ini untuk membentuk suasana yang menguntungkan pihaknya dalam pemilihan umum. Meskipun Hillary berkali-kali menyangkal bahwa ia siap ikut serta pemilihan presiden tahun depan, tetapi angket Harian Newsweek Amerika pada September menyatakan, Hillary dapat memenangkan suara yang lebih banyak dari pada calon Partai Demokrat lainnya. Dalam wawancaranya dengan sebuah media Jerman tanggal 26 November yang lalu, Hillary menyatakan bahwa ia mengharapkan tampilnya seorang presiden wanita di AS. Maksud Hillary untuk ikut pemilihan sangat jelas mengapa ia mengunjungi Afganistan dan Irak selama Hari Sukuran dan menyatakan rasa simpati kepada para perwira dan prajurit tentara Amerika. Walaupun lawatannya ke Bagdad tidak membawa efek sensasional dibandingkan dengan kunjungan rahasia Bush, tetapi hasil nyata kunjungan Hillary berada di atas Presiden Bush apabila dibandingkan dengan Bush yang hanya singgah dua setengah jam di bandar udara Bagdad, dan Hillary mengunjungi banyak tempat di Bagdad dalam selama dan menemui tokoh-tokoh berbagai kalangan dari AS dan Irak.
Analis Amerika menunjukkan, lawatan Bush ke Bagdad adalah tindakan hubungan publikasi terhadap warga Amerika, dan juga tindakan simbol untuk mengusahakan peranan propaganda. Peranan tindakan itu tak akan berlangsung lama, dan samasekali tidak akan mengubah situasi di Irak dan meningkatkan tingkat dukungan Bush dalam negeri. Fakta-fakta membuktikan, serangan militer besar-besaran tentara AS pasca perang belum dapat membasmi sepenuhnya kekuatan bersenjata anti-Amerika, kekuatan bersenjata anti-Amerika malah terorganisasi lebih ketat, dan tindakan mereka lebih terkoordinasi, dengan mengakibatkan korban serius di pihak tentara Amerika dan tentara koalisi beserta para warga yang mendukung kebijakan AS mengenai Irak, sehingga lebih mempergoncang situasi di Irak.
Analis menunjukkan, terjadinya peristiwa penyerangan kekuatan bersenjata anti-Amerika selama dua hari ini tidak saja memperosot semangat serdadu tentara Amerika yang baru saja dikobarkan Bush, tetapi juga mengandaskan keyakinan umum Amerika terhadap pemerintah Bush, di samping itu juga menyebabkan lebih banyak negara tidak berani mengirim tentaranya dan menyediakan dana untuk membantu Amerika melepaskan diri dari posisi sulitnya dalam masalah Irak. Bush tampaknya menghadapi kesulitan yang bertubi-tubi untuk memperoleh kemenangan dalam pemilihan umum kalau mengandalkan "Kartu Irak".
|