Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2003-12-17 10:58:29    
Olah Raga Tradisional Etnis Mongol dan Tibet

cri
Tiongkok adalah suatu negara yang mempunyai 56 etnis. Dalam proses perkembangan sejarah yang panjang, rakyat semua etnis bersama-sama telah menciptakan peradaban Tiongkok yang beraneka ragam. Olah raga tradisional etnis minoritas adalah salah satu di antaranya. Dalam Ruangan Olah Raga edisi ini akan kami perkenalkan olah raga tradisional etnis Mongol dan Tibet.

Etnis Mongol yang bermukim di padang rumput Tiongkok utara sejak dahulu kala hidup berpindah-pindah mengikuti sumber air dan rumput. Dalam kondisi alam yang berat, mereka telah menguasai keterampilan menunggang kuda, gulat dan memanah.

Dalam Pekan Olah Raga Tradisional Etnis-etnis Minoritas Nasional ke-7 yang berlangsusng baru-baru ini, wartawan sempat bertemu dengan Wakil Kepala Sekolah Olah Raga Amatir Kota Silinhot Daerah Otonom Mongolia Dalam bernama Chaganzana. Ia adalah bekas pegulat yang pernah beberapa kali memperoleh hadiah tingkat nasional. Chaganzana mengatakan,Gulat ala Mongol sudah bersejarah lama dan populer di kalangan warga Mongol sejak abad ke-13. Konon pada waktu itu sengketa diselesaikan dengan adu gulat. Dan setiap ada upacara hajatan besar yang dinamakan Nadam, selalu diadakan pertandingan gulat. Kini, gulat sudah menjadi nomor olah raga massal yang digemari para penggembala etnis Mongol.

Dalam pertandingan gulat, pegulat harus mengenakan pakaian gulat yang terbuat dari kulit sapi atau kain terpal, memakai pita dari kain warna warni di leher, gaun dari sutera berwarna merah, biru dan kuning, celana gulat berwarna putih yang dihiasi sulaman bermotif binatang dan bunga serta mengenakan sepatu lars Mongol. Pegulat dalam pertandingan boleh menubruk, menarik, mendorong dan menjegal, tapi tidak boleh memeluk kaki lawan. Yang jatuh lebih dulu atau bagian lain di atas lutut lebih dulu menyentuh lantai dianggap kalah.

Selain gulat dan pacuan kuda, memanah adalah nomor olah raga yang digemari etnis Mongol. Dulu, anak panah diarahkan ke sasaran terbuat dari kulit yang terletak agak jauh. Kini, pertandingan panahan mengadakan nomor beregu dan perseorangan. Pemanah melepaskan anah panah dengan posisi berdiri ke target sejauh beberapa meter, yang mendapat poin lebih banyak dinyatakan sebagai pemenang.

Dibanding dengan gulat etnis Mongol, etnis Tibet yang bermukim di ?atap dunia? mempunyai nomor pertandingan tradisional yang memperagakan keindahan kekuatan yang dinamakan ?gajah menyeberang sungai?. Dua laki-laki yang bobot badannya setara dengan posisi melekat saling membelakangi, mengalungkan seutas tali di leher masing-masing melalui selangkang, kedua tangan atlet menyentuh lantai dan saling menarik, siapa yang berhasil menarik lawan melewati garis tengah akan tampil sebagai pemenang.

Zerendobje yang berusia 49 tahun adalah bekas atlet yang sudah lebih 30 tahun berkecimpung di bidang olah raga etnis minoritas. Menyinggung olah raga etnis Tibet, ia mengatakan,Etnis Tibet mempunyai sejarah yang lama, begitu pula budaya dan olah raganya. Olah raga etnis Tibet sudah populer dan tersebar luas sejak 1.300 tahun lebih yang lalu. Setelah pembebasan Tibet secara damai pada tahun 1951, khususnya sejak reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar, olah raga tradisional etnis Tibet berkembang lebih cepat setelah digali dan dikembangkan, sehingga nomor-nomor olah raga itu lebih standar dan menjadi nomor olah raga kompetisi nasional. Di antara nomor-nomor olah raga etnis Tibet itu terdapat antara lain memungut selendang Hada di atas kuda, menembak di atas kuda dan panahan di atas kuda.

Sebagai etnis nomadik, etnis Tibet seperti halnya etnis Mongol , selalu mengadakan kegiatan budaya rekreasi tradisional pada hari-hari raya seperti Tahun Baru Almanak Tibet, Festival Sagdawa dan Festival Xiedun.

Dikatakan oleh Zirendobje, olah raga etnis Tibet sangat beragam, disamping menghibur juga bersifat kompetisi. Misalnya, pacuan kuda yang diikuti oleh remaja atau dewasa berlomba menunggang kuda tanpa pelana untuk jarak 10 kilometer. Keterampilan menunggang kuda terutama memperagakan kemahiran teknik di atas kuda seperti memanah dengan menunggang kuda, memungut selendang Hada sambil melarikan kuda dan sebagainya. Dalam pertandingan gulat ala Tibet, pegulat harus memegang tali pinggang lawan dengan kedua tangan dan menjatuhkan lawan dengan menggunakan kekuatan tangan dan pinggang, tidak boleh menggunakan kaki. Atlet yang bagian tubuhnya menyentuh lantai dinyatakan kalah. Selain itu, pacuan sapi yak juga suatu kegiatan olah raga yang digemari etnis Tibet.

Panah desing adalah nomor olah raga tradisional yang unit dari etnis Tibet. Di ujung tangkai anah panah terdapat 7 lubang kecil, maka ketika anah panah dilepaskan dari busur akan mengeluarkan desing. Menyinggung nomor olah raga ini, Bianba dari Keresidenan Linzhi Tibet mengatakan,Pertandingan panah desing adalah kegiatan olah raga rakyat di Keresidenan Linzhi Tibet yang sudah bersejarah lebih 1.500 tahun dan merupakan acara rekreasi kompetisi yang tak boleh kurang dalam merayakan panen makmur, tahun baru dan sebagainya.

Meskipun nomor-nomor olah raga tradisional etnis minoritas di Tiongkok tidak sepopuler nomor olah raga kompetisi modern, namun dengan diselenggarakannya Pekan Olah Raga Tradisional Etnis Minoritas Nasional setiap empat tahun, khususnya dengan dipercepatnya reformasi dan keterbukaan daerah etnis minoritas, nomor-nomor olah raga itu sudah bukan lagi ?hasil khusus? suatu daerah atau etnis tertentu, dan telah menjadi milik bersama semua etnis. Dengan menyelenggarakan pekan olah raga seperti itu, akan dapat menambah saling pengertian antar etnis, mempermaju persatuan antar etnis dan memperkuat kondisi fisik mereka, disamping mengembangkan olah raga etnis itu sendiri.