Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2003-12-17 11:20:07    
Hasil Wawancara Khusus Wartawan CRI Dengan Siswa Tiongkok yang Tengah Belajar Di Indonesia

cri

Aina

Seiring dengan semakin seringnya diadakan hubungan Tiongkok dengan negara-negara lain , banyak pemuda-pemudi Tiongkok memilih belajar ke luar negeri. Guan Nan seorang pemuda Tiongkok justru adalah salah satunya. Namun ia memilih belajar bukan di Amerika atau negara-negara Eropa seperti yang dipilih kebanyakan pemuda Tiongkok lainnya, tetapi memilih Indonesia, negeri kepulauan itu. Ikutilah hasil wawancara khusus wartawan CRI dengan siswa Tiongkok yang tengah belajar di Indonesia itu.

Sejalan dengan berkembangnya ekonomi Tiongkok dan semakin meningkatnya hubungan internasional, kebutuhan Tiongkok akan tenaga bahasa asing menjadi lebih beraneka-ragam. Selain tenaga bahasa Inggeris dan bahasa-bahasa penting lain, Tiongkok juga sangat membutuhkan tenaga bahasa-bahasa yang tidak umum pemanfaatannya. Itulah sebabnya banyak siswa Tiongkok memilih belajar bahasa yang tidak umum pemanfaatan itu ke perguruan tinggi negara bersangkutan. Sejak pemulihan hubungan diplomatik Tiongkok dan Indonesia pada tahun 1990, hubungan pemerintah dan non-pemerintah Tiongkok dan Indonesia kian hari kian meningkat, dan kebutuhan Tiongkok akan tenaga yang menguasai bahasa Indonesia di Tiongkok juga meningkat. Sekarang di Tiongkok banyak perguruan tinggi yang membuka jurusan bahasa Indonesia, antara lain: Universitas Peking, Univesitas Bahasa Asing Beijing dan Universitas Bahasa Asing Guangzhou. Guan Nan justru pernah belajar bahasa Indonesia di Universitas Bahasa Asing Beijing. Selama belajar bahasa Indonesia di sekolah tinggi itu, ia mengharapkan adanya kesempatan belajar bahasa Indonesia di negeri kepulauan itu. Ini selain dapat meningkatkan taraf bahasa Indonesia juga memperdalam pengertian terhadap negeri itu, sehingga menguntungkan pekerjaannya di kemudian hari.

?Kebetulan saya mendapat kesempatan belajar ke Indonesia atas beasiswa negara. Sekarang sudah 5 bulan lebih saya belajar di Indonesia dan rasanya cocok hidup di negeri itu?.

Ya, nampaknya ia memang biasa dengan kehidupan di negeri kepulauan yang hawanya berbeda besar dengan hawa kampung halamannya di Tiongkok utara. Selain cuaca, ia masih menghadapi kesepian tiadanya kerabat di negeri asing, suatu hal yang tidak mudah baginya. Tetapi Guan Nan mengatakan, ia tidak merasa kesepian karena ia berkenalan dengan tidak sedikit sahabat Indonesia.

?Teman sekolah saya di Indonesia sangat bersahabat dengan saya. Pada hari-hari biasa, mereka dengan senang mengulurkan tangan membantu saya apa saja yang saya perlukan. Saya masih ingat , waktu saya baru saja datang , karena tidak cocok dengan iklim setempat , saya demam dan menceret. Teman sekolah saya sangat memperhatikan saya dengan mengantarkan obat dan makanan, sehingga saya tidak merasa kesepian di negeri asing.?

Waktu Hari Raya Tahun Baru Imlek, Guan Nan tetap tinggal di Indonesia, tetapi ia sedikipun tidak merasa kesepian. Dikatakannya: ?Hari raya tahun baru Imlek di Indonesia juga ramai dirayakan. Dapat dikatakan, ini untuk pertama kali Indonesia dengan begitu ramai merayakan hari raya tradisional Tiongkok itu. Di toko-toko tergantung penuh lampion merah dan di mana-mana dipertujukkan atraksi barongsai dan tari naga. Masyarakat Tionghoa saling mengucapkan selamat dan mudah reziki seperti kebiasaan di Tiongkok.?

Selama belajar di Indonesia, Guan Nan sering bertamasya ke berbagai tempat di Indonesia untuk memperluas pengetahuan tentang Indonesia dengan menggunakan waktu libur. Ketika ditanya apa yang paling mengesankan? Dijawabnya pulau Bali .

?Saya datang di Indonesia tepat pada musim hujan. Pemandangan daerah tropika memberikan kesan mendalam kepada saya. Demikian juga antusiasme rakyat setempat terhadap para turis dan berbagai caranya melayani turis untuk menarik kunjungan mereka.?

Sambil belajar bahasa Indonesia, Guan Nan juga menjadi guru bahasa mandarin. Sebab di Indonesia tidak sedikit orang ingin belajar bahasa mandarin dan mengenal segala sesuatu tentang Tiongkok. Dikatakannya: ?di Indonesia memang melanda demam belajar bahasa mandarin. Saya senang mengajar sahabat-sahabat sekitar saya bahasa mandarin dan memperkenalkan keadaan Tiongkok kepada mereka. Dengan demikian, akan ada lebih banyak orang mengenal Tiongkok, dan ini akan merupakan hal baik bagi Tiongkok?.

Ya, memang seperti yang dikatakan Guan Nan, dengan belajarnya siswa Tiongkok di luar negeri dapat mendorong rakyat setempat mengenal Tiongkok dan yang penting yalah mereka sendiri menghayati adat istiadat di negeri tempat mereka belajar, sehingga dapat mendorong pertukaran Tiongkok dengan luar negeri. Sekarang siswa Tiongkok yang belajar di luar negeri semakin banyak dan siswa luar negeri yang belajar di Tiongkok juga kian tahun kian banyak. Dengan demikian, lebih banyak warga asing mengenal Tiongkok dan juga lebih banyak warga Tiongkok mengenal dunia. Saling pengertian itu akan menghapuskan kecurigaan dan kesalah-pahaman satu sama lain dan memperdalam persahabatan antar negara.