Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2003-12-17 11:27:35    
Sebuah Keluarga Gado-gado Tiongkok dan Barat

cri

Selama tahun-tahun belakangan ini, semakin banyak warga asing yang bertamasya atau bekerja di Tiongkok. Di antaranya ada yang tinggal menetap di Tiongkok, dan tidak sedikit tinggal di kota besar seperti Beijing dan Shanghai dan ada juga yang tinggal di kota menengah dan kecil yang berpemandangan indah dan memiliki adat istiadad unik. Belum lama berselang, wartawan CRI ketika mengadakan liputan di kota Dali provinsi Yunan Tiongkok barat daya sempat bertandang ke suatu keluarga gado-gado di kota tersebut. Sang suami 51 tahun bernama Rod Lawrence berasal dari kota Winchester sebelah barat London. Ia mengajar bahasa Inggeris di Institut Dali, dan hidup bahagia bersama isterinya yang warga Tiongkok dan 4 anaknya yang manis.

Ketika pertama bertemu dengan Lawrence, ia sedang mempersiapkan acara pertunjukan menyanyi lagu bahasa Inggeris bersama rekan-rekannya. Lawrence yang berpotongan kurus, tingginya 1,89 meter, tampak menonjol di antara rekan-rekan Tiongkok, maka ia berdiri di barisan belakang. Lawrence yang prilakunya sopan santun sangat sungguh-sungguh waktu menyanyi. Seorang guru Tiongkok memberitahukan kepada wartawan, fakultas bahasa asingnya mempunyai 3 orang guru asing, Lawrence termasuk yang paling berpengalaman. Selain mengajar sastra Inggeris, sosial budaya Inggeris dan Amerika, mengarang dan bahasa lisan, ia sering memberikan ceramah bahasa Inggeris untuk para guru. Ketika berbicara tentang mengapa ia memilih datang mengajar di Dali? Lawrence mengatakan:? Saya pertama kali datang di Tiongkok pada tahun 1986 dan menjadi guru di kota Changchun provinsi Jilin Tiongkok timur laut. Waktu pertama kali saya bertamasya ke Dali, saya tertarik oleh pemandangan indah dan keramahan rakyat setempat. Maka saya berpikir alangkah baiknya kalau bisa mengajar di situ. Tapi kemudian, saya kembali ke Inggeris dalam waktu yang panjang sebelum datang lagi ke kota Guangzhou Tiongkok selatan untuk menjadi guru selama beberapa tahun. Sampai bulan September tahun lalu saya baru datang di Dali?. Demikian kata Lawrence.

Kota Dali dimata Lawrence adalah salah satu tempat yang paling indah di Tiongkok. Di sana udara nyaman sepanjang tahun, mata hari cerah. Dimana-mana terlihat gunung hijau, air jernih dan aneka macam bunga yang bermekaran sepanjang tahun. Kota Dali mempunyai objek-objek wisata yang terkenal seperti gunung Cangshan yang diselimuti salju sepanjang tahun, danau Erhai yang luas dan kota Dali yang bersejarah lama. Kesemua ini tidak saja mempunyai daya tarik yang kuat bagi warga asing seperti Lawrence, tetapi juga bagi isterinya yang berasal dari kota Guangzhou.

Keesokan hari setelah mewawancarai Lawrence, wartawan bertemu dengan isteri dan anak-anak Lawrence di rumahnya. Zhang Xiaochun isteri Lawrence yang lemah lembut dengan perasaan bahagia menceritakan kisah cintanya dengan Lawrence: ? Kami berkenalan di Guangzhou waktu saya tengah mengambil kuliah pasca sarjana jurusan sastra asing di Institut Bahasa Asing Guangzhou. Lawrence adalah salah seorang guru saya. Kami bergaul dekat terutama karena mempunyai kegemaran yang sama. Saya gemar sastra, begitu pula dia; Dia gemar syair, saya juga. Sekalipun kami berasal dari negara yang berlainan, lagi pula usianya jauh lebih tua dari pada saya, tetapi kesemua ini tidak menjadi kendala bagi kami untuk berkomunikasi.? Demikian kata Zhang Xiaochun.

Zhang Xiaochun dan Lawrence menikah di Guangzhou pada tahun 1992. Mereka dikaruniai 4 orang putera yang lahir di Inggeris. Waktu putera bungsu mereka belum genap satu bulan, mereka kembali ke Guangzhou terdorong oleh rasa rindu yang dalam terhadap Tiongkok, dari Guangzhou mereka pindah di Dali Yunan.

Selama bertahun-tahun ini, sekalipun Zhang Xiaochun ikut suaminya bolak-balik di antara kota-kota Tiongkok dan Inggeris, tetapi ia merasa senang. Selain mengurus rumah tangga, ia juga mengajar bahasa Inggeris di fakultas bahasa asing Institut Dali. Guru pasangan suami-isteri itu sangat disukai para siswa. Agar para siswa mengenal lebih baik kebudayaan Hari Natal, mereka mengundang para siswa bertamu ke rumahnya terbagi beberapa kelompok. Mereka bersama para siswa membuat sendiri kartu dan berbagai macam hiasan Natal, sedang Zhang Xiaochun dengan antusias mengajarkan cara pembuatan biskuit Natal.

Karena sang ayah dan ibu masing-masing berasal dari Inggeris dan Tiongkok, anak-anak Lawrence fasih berbahasa Inggeris dan Mandarin. David putera sulung yang berusia 9 tahun dan Andrew putera kedua yang berusia 7 tahun duduk di bangku sekolah dasar. Edward putera ketiga yang berusia 4 tahun dan Alfred putera bungsu yang berusia belum sampai 2 tahun setiap hari bermain-main di rumah. Ketika mendengar ibunya memanggil, mereka segera berlari-lari ke ruang tamu dengan membawa mainan.

Suami-isteri Lawrence merasa, bagi anak-anak adalah beruntung mempunyai pengalaman hidup di negara yang berlainan. Kini anak-anaknya sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan setempat dan mencapai kemajuan dalam belajar bahasa Mandarin. Biar tinggal di negeri manapun, anak-nak selalu mempunyai kegemaran yang sama, seperti main sepak bola dan bertamasya. Kadang-kadang Lawrence main sepak bola di lapangan kampus bersama anak-anaknya.

Sekitar rumah Lawrence adalah sawah ladang. Mereka sekeluarga suka berjalan-jalan menyusuri sawah-ladang atau mendaki bukit. Kadang kala mereka juga mengunjungi kota Dali yang bersejarah 700 tahun. Di kota tua itu ada sebuah jalan yang dinamakan ? Jalan Orang Asing? yang disemarakkan oleh banyak restoran beraneka cita-rasa dan toko-toko barang kerajinan setempat.

Berbicara tentang rencana di masa depan, Lawrence mengatakan, ia akan tinggal di Dali sekitar setahun lagi. Selain untuk mengajarkan pengetahuannya kepada lebih banyak siswa Tiongkok, ia juga ingin mengenal lebih banyak adat istiadat setempat. Setelah itu akan kemana, ia masih belum mempunyai rencana yang pasti. Ia ingin anak-anaknya belajar di sekolah lanjutan atas di Inggeris, tapi mereka akan sering kembali ke Tiongkok.