Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2003-12-18 15:00:43    
Situasi keamanan Era Pasca Saddam Irak tidak optimistik

cri
Selama 2 hari setelah disiarkannya berita tentang ditangkapnya hidup Saddam oleh pasukan Amerika, situasi Irak pun tidak tenteram. Terjadinya serangan bom mobil, tembak-menembak dahsyat pasukan Amerika dengan kekuatan bersenjata anti Amerika dan demonstran, peledakan bom di pinggir jalan dan demonstrasi pro Saddam diberbagai tempat, semuanya menandakan bahwa Irak era pasca Saddam tetap sulit terlepas dari bayangan gelap kekerasan.

Analis berpendapat, reaksi cepat kekuatan bersenjata anti Amerika dan kekuatan pro Saddam setelah ditangkapnya Saddam terutama untuk menyatakan kehadiran mereka dan tekadnya meneruskan perlawanan.

Pertama menandakan masih adanya banyak orang yang pro rezim Saddam. Mereka sekalipun tak dapat secara mendasar mengalahkan ratusan ribu pasukan pendudukan asing dan polisi Irak yang baru terbentuk, tetapi perang gerilya terbuka atau tersembunyi dan kegiatan sabotase dalam berbagai bentuk cukup menggoncangkan Irak. Khususnya Ezzat Ibrahim, tokoh nomor 2 rezim Saddam yang dipandang pasukan Amerika sebagai tokoh paling berbahaya, masih belum ditangkap dan ia tetap merencanakan dan mengomandoi aksi serangan melawan Amerika, sehingga menjadi bahaya besar bagi tentara AS. Selain itu, tulang punggung Partai Sosialis Baath yang disingkirkan pasca perang dan tentara dan polisi serta anggota badan keamanan Irak tidak rela begitu saja kehilangan kekuatannya pada masa lampau, mereka akan terus berkonfrontasi dengan pasukan pendudukan dan rezim baru. Pimpinan lokal Partai Sosialis Baath Irak Senen lalu dalam pernyataannya melalui suatu situs web Arab bersumpah akan meneruskan perjuangan perlawanan.

Kedua, kaum demokrat radikal Irak tetap merupakan suatu kekuatan penting serangan terhadap Amerika. Kekuatan tersebut memang bukan berjuang untuk Saddam, melainkan untuk mengusir pasukan pendudukan. Setelah Saddam ditangkap, mereka tak menguatirkan lagi aksi anti-AS mereka bersangkut-paut dengan Saddam, sehingga dapat dengan berani melancarkan serangan terhadap pasukan Amerika dan pihak yang bekerja sama dengan AS. Selain itu, setelah Saddam ditangkap, rakyat Irak juga akan dengan lebih keras menuntut pasukan Amerika ditarik mundur dari Irak dan peralihan kedaulatan secepat mungkin dilakukan. Kalau tidak, hal itu akan membangkitkan lebih banyak rakyat Irak terjun dalam barisan melawan Amerika.

Ketiga, organisasi ?Al Qaeda? dan organisasi radikal Islam internasional tetap menjadikan Irak sebagai medan perang utama melawan Amerika. Perang Irak yang dilancarkan Amerika telah memperuncing sentimen anti Amerika di kalangan dunia Islam, sehingga ? Al Qaeda? dan organisasi radikal Islam mudah merekrut sejumlah besar anggota untuk melancarkan perang jihad di Irak. Sementara itu, kekacauan situasi di Irak dewasa ini juga membuat aksi serangan teroris Al Qaeda lebih mudah berhasil. Selama pasukan Amerika tetap menduduki Irak, ?Al Qaeda? sekali-kali tidak akan melepaskan kesempatan baik untuk menyerang sasaran Amerika itu.