Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-02-21 13:55:52    
Desa muslim yang berlokasi di paling ujung selatan Tiongkok

cri


Baru-baru ini wartawan CRI meliput suatu desa etnis Hui di peluaran kota Sanya Provinsi Hainan yang berlokasi di paling ujung selatan Tiongkok. Etnis Hui adalah suatu etnis yang kebanyakan penduduknya beragama Islam di Tiongkok. Seorang warga desa itu bernama Zhao Zhiguo mengatakan kepada wartawan CRI: " Warga desa kami semuanya orang etnis Hui. Jumlah mesjid di tempat kami paling tinggi Proporsinya di seluruh Tiongkok dan ajaran Islam juga ditaati dengan keras di sini."
Zhao Zhiguo yang diwawancarai wartawan CRI adalah seorang muslim yang saleh, dan juga seorang pedagang yang piawai. Ia yang berusia 38 tahun kini mempunyai sebuah perusahaan perjalanan dan sebuah toko yang menjual barang-barang suvenir wisata, seperti mutiara dan benda kristal. Satu tahun yang lalu, ia membuka sebuah restoran masakan laut bertingkat 2 yang dapat menampung hampir seribu orang makan sekaligus di dekat Tianyahaijiao suatu tempat tujuan wisata terkenal di kota Sanya. Ia sekalipun sangat sibuk mengurus bisnisnya, tetapi juga tak lupa bersembayang 5 kali setiap hari menghadap ke arah Mekah.


Setiap tahun seper empat pendapatannya disumbangkan untuk membantu kaum muslim lain yang penghidupannya miskin. Ia menerangkan:" Saya sudah berencana berziarah ke Mekah dalam waktu dekat ini, untuk menyelesaikan suatu hal yang paling penting dalam seumur hidup kaum muslim".

Desa etnis Hui kota Sanya pulau Hainan itu mempunyai bangunan-bangunan yang bergaya khas Islam. Di Tiongkok penduduk etnis Hui kebanyakan bermukim di daerah bagian barat dan provinsi Yunnan dan provinsi Henan. Tetapi desa tempat Zhao Zhigou bermukim berlokasi di paling ujung selatan Tiongkok. Desa itu sekarang berpenduduk sekitar 7 ribu orang etnis Hui yang beragama Islam. Dibandingkan dengan kota Sanya yang berpenduduk 500 ribu, mereka hanya termasuk etnis yang berpenduduk dalam jumlah kecil.

Zhao Zhiguo tidak tahu mengapa nenek moyangnya jauh meninggalkan saudara muslimya di pedalaman dan pindah ke tempat itu yang penduduknya terutama adalah etnis Han, etnis Li dan etnis Miao. Jauh pada awal abad yang lalu, sarjana-sarjana dari Jerman, Jepang, Inggris dan Perancis pernah mengadakan penelitian terhadap asal mula kelompok kaum muslim etnis Hui di Sanya dan berminat besar pada sejarah dan kebudayaan mereka. Hasil penelitian para sarjana itu menunjukkan, pada masa Dinasti Tang, pulau Hainan merupakan tempat yang harus dilalui dalam hubungan lalu-lintas jalan sutra di atas laut. Di sepanjang pantai laut ujung selatan pulau Hainan tertinggal jejak-jejak kegiatan kaum muslim. Pada waktu itu, pedagang muslim yang berasal dari daerah Persia dan Arab memasuki Guangzhou dan Quanzhou melalui jalan laut. Sebagian di antara mereka bermukim di Sanya dan sampai pada Dinasti Song dan Yuan, kaum muslim yang datang dari Vietnam susul-menyusul berimigrasi ke Sanya dan membentuk desa-desa etnis Hui. Itulah asal usul etnis Hui di Sanya.


Pada tahun 1980-an, di bagian selatan pulau Hainan ditemukan 5 tempat kuburan zaman kuno dari kaum muslim. Penemuan tersebut membuktikan lebih lanjut sudah lamanya sejarah kaum muslim etnis Hui bekerja, hidup dan beranak-pianak di Sanya.

Wali Kota kecil Fenghuang Sanya mengatakan, sekalipun berpisah lama dengan kaum muslim di tempat lain, tetapi kaum muslim etnis Hui di Sanya sampai sekarang tetap mempertahankan kebudayaan dan kepercayaan agama Islam dan berbagai macam upacara agama yang purba dan asli. Hal ini sangat mengejutkan sarjana-sarjana muslim yang datang mengunjungi Sanya. Di kota kecil Fenghuang kini terdapat 9 mesjid, 3 diantaranya untuk muslimat, rata-rata satu mesjid untuk seribu muslim, dengan demikian sangat leluasa kaum muslim bersembayang di Sanya. Dikatakannya, Imam-Imam di mesjid Sanya semuanya dipilih oleh kaum muslim. Imam setiap hari 5 kali memimpin kegiatan ibadat agama, mengajarkan syariat Islam dan menerangkan kebijakan pemerintah tentang agama dan etnis; selain itu, Imam juga memimpin upacara perkawinan dan pemakaman kaum muslim dan menengahi pertikaian mereka.

Wali kota kecil itu mengatakan: "Setelah Tiongkok menjalankan reformasi dan politik terbuka, pertukaran ekonomi, perdagangan, kebudayaan dan agama antara kaum muslim etnis Hui di Sanya dan negara-negara Islam berjalan sangat akrab, sehingga kaum muslim dan muslimat angkatan muda mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mengetahui filsafat dan syariat Islam. Dewasa ini banyak pemuda etnis Hui Sanya tengah belajar di negara-negara Arab."

Selain mempunyai kepercayaan dan kehidupan agama yang unik, kaum muslim di Sanya terkenal pandai berdagang di setempat.Maka pencaharian tradisional etnis Hui di Sanya menangkap ikan dan menanam sayur-mayur. Setelah dilaksanakan reformasi dan politik terbuka, sebagian etnis Hui mulai berdagang. Mereka berdagang beras yang dihasilkan di daerah etnis Li ke kota Sanya. Sejak tahun 1980-an, Kota Sanya berkembang pesat menjadi kota wisata pantai laut daerah tropis terkenal di Tiongkok. Ini memberikan syarat perdagangan lebih baik dan ruang pasar yang lebih luas kepada etns Hui setempat dan titik berat usahanya juga beralih ke industri pariwisata.

Dewasa ini, hampir setiap keluarga etnis Hui di Sanya melakukan bisnis yang berkaitan dengan pariwisata, misalnya menjual mutiara, barang kristal, kulit kerang, barang-barang kesenian giok dan perak serta pakaian wisata, selain itu juga membuka 10 restoran ukuran besar dan 28 hotel keluarga. kerajinan dan kejujuran mereka sangat terpuji di dunia pariwisata, dan oleh karena itu mereka juga menjadi etnis terkaya setempat.

Menurut statistik pemerintah kota kecil Fenghuang Sanya,dewasa ini pendapatan bersih perkapita etnis Hui setiap tahun mencapai sekitar 5000 Yuan Renminbi atau kira-kira 625 dolar Amerika, ini lebih tinggi daripada taraf rata-rata setempat. Sekarang kebanyakan keluarga kaum muslim di Sanya mempunyai gedung perumahan sendiri dan sekitar 15% keluarga punya mobil.