Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-02-29 14:16:10    
Hetian

cri

Hetian, sebuah kota kecil di bagian selatan Daerah Otonom Uigur Xinjiang, Tiongkok barat laut dikenal di seluruh negeri bahkan punya sedikit nama di dunia karena banyak menghasilkan jade atau batu giok. Namun sebenarnya kota ini memiliki lebih dari itu yang patut dikunjungi, tidak hanya batu giok saja.

Di kota kecil yang tebal bergaya Islam ini tidak ada gudung tinggi, apalagi pencakar langit, bahkan sebuah bangunan yang bagian atasnya mirip kubah juga tampak mencolok, itulah Hotel Hetian, hotel satu-stunya di kota itu yang melayani tamu asing. Jalan di kota itu cukup lebar tapi lengang karena tidak banyak kendaraan atau pejalan yang lalu lalang. Sebagian terbesar dari penduduk di kota ini yang jumlahnya tidak sampai 70 ribu adalah warga etnis Uigur.

Pada zaman dulu, Hetian pernah menjadi kota dagang yang terkenal di jalan sutera, tapi kini kota itu sudah tidak seramai dulu. Tapi, rumah makan, ruang nyanyi dan dansa serta toko-toko yang gemerlapan sinar lampunya di malam hari memancarkan kehidupan yang dinamis di kota ini.

Berhubung iklim yang panas dan kering, Hetian banyak menghasilkan buah, khususnya buah anggur. Di halaman rumah atau pinggir jalan terdapat perancah untuk panjatan pohon anggur, dan di bawah pohon-pohon itu kita sering menjumpai warga muslim lanjut usia yang mengenakan peci putih sedang bermain catur atau mengobrol. Sedang gadis-gadis Uigur yang mengenakan pakaian warna cerah santai berbincang-bincang membicarakan sulamannya.

Hetian mempunyai sejarah yang panjang. Seorang pemimpin redaksi sebuah majalah setempat bernama Duan Li mengatakan, "Hetian dulu dinamakan 'negeri Buddha Yutian' karena ketika agama Buddha tersebar ke Tiongkok, budaya dan kitab suci Buddha lebih dulu disusun di sini baru disebarkan ke daerah Tiongkok bagian tengah. Biksu luhur Xuan Zhang pada zaman Dinasti Tang pernah mengajar agama di sini dan jumlah biksu mencapai ribuan orang. Agama Buddha sangat populer di Hetian pada waktu itu, dan kini masih terdapat belasan situs peninggalan agama Buddha zaman dulu." Sebagian besar dari situs-situs itu terletak di daerah gurun. Benda-benda seni budaya Buddha yang tergali di Niya, Dandan Urik dan lain-lainya masih sangat menakjubkan mekipun sudah berusia ribuan tahun. Di antaranya, patilasan Niya adalah yang paling terkenal.

Duan Li mengatakan, menurut catatan buku sejarah Dinasti Han sekitar 2.200 tahun lalu, kota ini sudah dinamakan 'Niya' oleh penduduk Uigur. Pada tahun 1930-an, penjelajah Inggris Marc Aurel Stein menemukan kota Niya ketika melakukan ekspedisi di Gurun Taklimakan. Ketika itu, kota Niya masih terpelihara cukup baik, sementara bangunan juga masih utuh, dan terdapat sejumlah pagoda Buddha. Kemudian, kota kuno ini lenyap dari bumi, begitu pula budayanya yang pernah berjaya juga menjadi surut. Mengenai rahasia lenyapnya kota itu, para ilmuwan mengutarakan alasan yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan, kota itu lenyap dalam sekejap. Dilihat dari tata ruang dan keadaannya, kota itu seperti ditinggalkan warganya secara mendadak; ada pula yang mengira telah terjadi wabah atau mengalami pembantaian; lebih banyak lagi yang menduga dilanda bencana alam karena tata ruang kota ini tampak rapi, sedang pintu dan jendela rumah masih terbuka.

Kini, patilasan Niya telah dilindungi dan belum dibuka untuk umum.

Sejarah memberi makna yang sarat kepada Hetian, dan warga Uigur yang hidup di sini kukuh pada tradisi. Warga Kriya yang merupakan cabang etnis Uigur dapat dikenali dari topi kembang yang dikenakan gadis setempat. Topi itu sekecil seloki, bagian atasnya kembang-kembang dan bagian bawahnya berwarna hitam. Topi seperti ini dapat kita beli di pasar barang-barang kerajinan setempat.

Hetian terkenal pula dengan tari dan nyanyi etnis Uigur. 500 tahun yang lalu, seorang gadis Uigur menata dan menyusun musik rakyat klasik etnis Uigur dan menciptakan musik 12 Mokam yang sampai sekarang masih sering dimainkan.

Pohon anggur ditanam di pekarangan setiap rumah di Hetian. Kalau ada tamu agung datang, upacara penyambutan diadakan di bawah perancah pohon anggur yang dilandasi permadani merah, dan alat-alat musik dimainkan, tamupun ramai-ramai diajak menari bersama.