Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-04-05 15:11:16    
Amerika bertahan di Irak dengan susah payah [Suara]

cri

Belum juga hentakan akibat peristiwa pembakaran jenazah kontraktor Amerika di Fallujah Irak tgl. 31 Maret lalu mereda, pasukan koalisi yang dipimpin Amerika kembali mengalami aksi protes besar-besaran dari kaum muslim golongan Syiah yang merupakan mayoritas penduduk di Irak dan mengakibatkan bentrokan serius. Dalam satu hari kemarin, terjadi bentrokan antara pasukan koalisi dengan pendukung Moqtada Sadr, pemimpin Syiah Irak yang radikal di kota-kota Bagdad, Najaf dan Amara dengan mengakibatkan sedikitnya 25 orang tewas dan lebih 200 orang cedera. Analis berpendapat, seiringan dengan semakin mendekatnya tanggal serah terima kekuasaan Irak pada tanggal 30 Juni mendatang, kekuatan bersenjata anti Amerika akan melancarkan lebih banyak serangan, dan jumlah korban di pihak pasukan Amerika untuk Irak barangkali akan meningkat.

Goncangan dan hentakan akibat tragedi di Fallujah terhadap Amerika adalah sangat besar. Meski peristiwa tersebut sangat tidak manusiawi, tapi hal itu mencerminkan dendam kesumat sejumlah orang Irak terhadap pendudukan militer Aemrika, sehingga masyarakat di Amerika mengetahui bahwa keadaan sebenarnya di Irak dewasa ini tidak seperti apa yang dikatakan oleh pemerintah Bush bahwa "sebuah Irak yang demokratis sedang muncul, dan orang Amerika disambut orang Irak sebagai pembawa kebebasan". Kenyataan yang kejam akan membuat masyarakat Amerika meninjau kembali keadilan dan legalitas perang Irak. Menurut berita, pasukan Amerika di Irak akan melaksanakan serentetan pembalasan atas peristiwa tersebut. Apabila pasukan Amerika melancarkan pembantaian, hubungan pasukan Amerika dengan warga Irak setempat akan menjadi lebih tegang sehingga memperhebat kegoncangan situasi di negeri itu.

Ketegangan hubungan antara pasukan Amerika dengan Muslim golongan Syiah di Irak adalah gejala baru memburuknya situasi di negeri itu. Karena tertekan dalam waktu lama oleh rezim Saddam yang didominasi golongan Sunni, golonga Syiah dianggap sebagai kekuatan pokok yang dapat diandalkan oleh Amerika. Dalam Dewan Pemerintahan Sementara Irak yang diangkat Amerika, mayoritas anggota berasal dari golongan Syiah.

Selama lebih dari satu tahun ini, tentara Amerika selaku menghindari terjadinya bentrokan langsung dengan sekte Syiah, tapi Amerika tanpa menghiraukan tentangan Ali Sistani, pemimpin yang paling berpengaruh sekte Syiah, dengan paksa menyuruh Dewan Pemerintahan Sementara Irak menerima baik Undang-undang Dasar Sementara Irak supaya rencana penyerahan kekuasaan dapat dilaksanakan dengan lancar sehingga Sistani sejauh ini tidak saja dirinya sendiri tidak mengakui Undang-undang Dasar, juga tidak menyetujui Undang-undang Dasar Irak yang diakui PBB. Tentara Amerika akhir-akhir ini membredel sebuah surat kabar yang diselenggarakan golongan Sadr dan menangkap seorang asisten senior Sadr sehingga pemimpin Muslim sekte Syiah yang muda dan radikal itu naik pitam. Puluhan ribu pendukungnya terus mengadakan unjuk rasa besar-besaran, membakar bendera nasional Amerika dan Israel dan dengan terang-terangan menantang Amerika. Sadr kemarin dalam pernyataan menyatakan unjuk rasa yang damai tidak ada manfaat lagi dan menghimbau pendukungnya mengambil cara lain untuk menggertak musuh. Kalau pernyataan Sadr itu berarti perlawanan dengan kekerasan, tak pelak adalah sebuah sinyal yang sangat berbahaya.

Namun analis menunjukkan, asal Amerika terus menduduki Irak dan memihak kepada Israel, kegiatan serangan anti-Amerika di wilayah Irak tidak akan berhenti. Sentimen anti-Amerika yang keras di Dunia Arab adalah dasar politik dan sosial kegiatan kekuatan anti Amerika. Kalau jumlah korban tentara Amerika terus menanjak, lebih-lebih terulangnya lagi tragedi Fallujah , pemerintah Amerika akan menghadapi tekanan yang lebih besar.