Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-04-19 15:04:49    
Peternak Sapi Beserta Istrinya dari Mongolia

cri

Di Kabupaten Wuchuan Daerah Otonom Mongolia Dalam Tiongkok Utara tersebar luas cerita tentang seorang peternak sapi dengan isterinya dari Mongolia yang menjadi kaya karena memelihara sapi. Belum lama berselang, wartawan kami berkunjung ke Kabupaten Wuchuan dan bertemu dengan suami isteri itu.

Ketika wartawan tiba di rumahnya, peternak sapi yang bernama Fan Fushou itu tengah sibuk menyiapkan oleh-oleh untuk menengok sanak keluarga isterinya di Mongolia. Fan Fushou adalah seorang pemuda cakap yang berperawakan tinggi dan tampak jujur, sedangkan isterinya Zula adalah warga Mongolia asal ibu kota Ulan Bator. Ia juga berperawakan tinggi, kulitnya putih bersih dengan rumbut panjang terjurai, dapat dikatakan adalah seorang wanita yang cantik molek. Anak di pangkuannya gemuk dan berteriak-teriak gembira.

Berbicara tentang perkawinannya dengan Zula, Fan Fushou mengatakan, tepat seperti dikatakan pepatah: Asam di darat, ikan di laut, bertemu di belanga. Pada lima tahun yang lalu, Fan Fushou bekerja di sebuah pabrik di Ulan Bator dan berkenalan dengan isterinya Zula yang bekerja sebagai perias rambut di sebuah salon dekat pabriknya:

Saya berkenalan dengan isteri saya di salon ketika saya bekerja di Ulan Bator. Pada waktu senggang saya suka duduk santai di salonnya. Saya tidak paham bahasa Mongol ketika baru saja ke Ulan Bator, dan dia sering membantu saya setiap saya menemui kesulitan. Setelah berpacaran selama dua tahun, kami mendaftar di Ulan Bator untuk menikah, kemudian bersama-sama kembali ke kampung halamanku untuk mengadakan pesta perkawinan yang meriah.

Kampung halaman Fan Fushou terletak di sebelah utara Yinshan Mongolia Dalam Tengah. Cuaca di sana kering, curah hujan kurang dan tanahnya kurus. Petani di sana hidup dengan menggarap tanah dari generasi ke generasi. Beberapa tahun yang lalu, dengan bekerja susah payah di tanah garapan seluas 2 hektar selama setahun, pendapatan keluarga Fan Fushou hanya memperoleh 5 sampai 6 ribu yuan RMB mata uang Tiongkok atau sekitar 700 dolar Amerika. Tapi selama beberapa tahun ini, pemerintah pusat dan daerah menerapkan program "pengembalian fungsi hutan dan lapangan rumput yang telah dijadikan tanah garapan". Penduduk setempat lambat laun meninggalkan cara produksi yang monokultur dan melakukan multi usaha.

Bagi keluarga Fan Fushou, satu hektar tanah garapan mereka harus dialih fungsikan menjadi hutan atau lapangan rumput. Pikir mereka, kalau tanah seluas itu ditanami rumput dan dijadikan lapangan penggembalaan sapi, maka disamping dapat melestasrikan lingkungan juga akan memberi tambahan penghasilan. Mereka lalu membeli 10 ekor sapi perah dengan menggunakan semua tabungan mereka ditambah pinjaman dari bank.

Setiap hari, Fan Fushou menggarap tanah dan memotong rumput untuk pakan ternak. Sedangkan isterinya Zula membantunya di rumah dan di ladang dengan harapan penghidupan mereka akan semakin makmur dan bahagia.

Saya menyenangi semua yang ada di sini, karena saya cinta pada Fan Fushou, maka kami harus berjuang bersama-sama menciptakan penghidupan kami sendiri. Penduduk di sini juga sayang kepada saya, begitu pula ayah dan ibu mertua serta kakak ipar. Di sini saya tidak merasa asing sedikitpun.

Zula sangat rajin di rumah dengan mengerjakan segalanya. Selama dua jam di rumahnya, watawan menyaksikan Zula sibuk keluar masuk memberi makan sapi di kandang, membersihkan kandang, memerah susu dan membantu ibu mertua memasak di dapur.

Tiga kakak iparnya juga memuji isteri adiknya yang berasal dari luar negeri itu. Salah satu kakaknya mengatakan kepada wartawan:

Adik saya berwatak keras kepala, tapi Zula selalu mengalah karena ia sangat cinta pada suaminya. Seisi keluarga, khususnya orangtua saya sangat menyayanginya, lebih daripada terhadap saya, kadang-kadang saya pun merasa iri hati. Demikian kata kakak Fan Fushou.

Zula yang cantik mengatakan kepada wartawan, degan bekerja susah payah selama 2 tahun, ia dan suaminya memperoleh penghasilan lumayan dengan menjual sapi perah.

Fan Fushou mengatakan bahwa pendapatan mereka meningkat dalam taraf besar berkat dukungan kebijakan pemerintah: ( rekaman pidato 4 )

Untuk memelihara sapi perah, selain uang kami sendiri, kami memperoleh pinjaman dari pemerintah. Kini, dengan beternak sapi, kami setiap tahun bisa memperoleh penghasilan 40 hingga 50 ribu yuan atau hampir 6.000 dolar Amerika.

Dewasa ini, keluarga Fan Fushou memelihara 20 ekor sapi perah, 40 lebih ekor kambing, dan telah membeli traktor, mesin pemotong rumput dan membangun gudang penyimpan pakan ternak. Ibu Zula pernah datang ke Tiongkok untuk menengok putrinya. Ibunya terharu mencucurkan air mata ketiki menyaksikan anaknya hidup bahagia dengan Fan Fushou beserta cucunya yang sehat dan lucu. Menjelang pulang ke Mongolia, ia mengatakan bahwa ia merasa lega menyaksikan Zula hidup bahagia di sini.

Fan Fushou mengatakan bahwa kehidupan bahagia mereka baru merupakan awal. Dengan adanya kebijakan baru pemerintah, beban petani tahun ini telah diperingan . Kalau dulu keluarganya setiap tahun harus membayar 900 yuan untuk berbagai jenis pajak dan pungutan, kini cukup dengan membayar 300 yuan. Dengan mengembalikan fungsi hutan atau lapangan rumput yang telah dijadikan tanah garapan, pemerintah memberi tunjangan bahan pangan kepada petani, dan yang menanam pohon di gunung akan memperoleh lagi penghasilan. Pokoknya asal mau bekerja dengan rajin, penghidupan pasti akan semakin makmur. Fan Fushou bersama isterinya berencana mengembangkan peternakan sapi perahnya: ( rekaman pidato 5 )

Saya bersama isteri berencana mengembangkan peternakan sapi perah. Kami akan membeli lagi sapi perah sehingga jumlahnya mencapai 40 sampai 50 ekor.

Pengalaman Fan Fushoudan isterinya Zula yang menjadi makmur dengan bekerja rajin tersiar luas di daerahnya. Penduduk setempat yang dulu hanya tahu menggarap tanah kini juga mulai beternak sapi perah dan kambing. Fan Fushou dengan gembira mengatakan, kini 60% warga desa mulai beternak sapi dan kambing. Penghidupan mereka kini sudah jauh lebih baik daripada dulu.