|
Perdana Menteri Israel Ariel Sharon akhir pekan lalu dalam pidatonya di Stasion Televisi Kedua Israel mengatakan, ia tidak menaati komitmen yang dibuatnya 3 tahun silam kepada Amerika untuk tidak mencelakakan Ketua Badan Otoritas Nasional Palestina Yasser Arafat dan sekali lagi mengemukakan ancaman pembunuhan terhadap Arafat. Yang menjadi pertanyaan yalah, terus dikemukakan ancana lisan tapi lama-lama tidak mengambil aksi bukanlah lagam senantiasa Sharon. Sebelum pembunuhan gelap terhadap pemimpin spiritual Gerakan Perlawananan Islam Palestina Hamas Sheikh Ahmed Yassin, Sharon tidak mengungkapkan satu katapun. Oleh karena itu, analis berpendapat, maksud sesungguhnya dikemukakannya ancaman pembunuhan sekali lagi oleh Sharon terhadap Arafat yalah untuk mengupayakan dukungan kepada rencananya penarikan secara sepihak dari Gaza.
Rencana aksi unilateral dan rencana penarikan sepihak dari Gaza yang dikemukakan Sharon sejak permulaannya selalu tidak berhasil dan rintangan terbesarnya berasal dari dalam tubuh Israel.
Pertama, dua golongan sayap ultra-kanan di Kabinet Israel yaitu Partai Agama Nasional dan Partai Liga Nasional pernah mengancam mundur dari Kabinet. Dalam adu kekuatan itu, walaupun Sharon berada di atas daun, sementara di belakang mencapai persetujuan pembentukan Kabinet dengan Partai Buruh secara rahasia. Partai Buruh walaupun kemudian menyangkal hal tersebut tapi menyediakan payung pelindung kepada pemerintah Sharon di Parlemen dan menyatakan dukungan kepada rencana aksi unilateral, dan ini adalah komitmen tegas Partai Buruh. Menghadapi situasi tersebut, dua partai sayap ultra kanan mengetahui sulit menekan Sharon dan dirinya sendiri mungkin akan kehilangan kedudukan berkuasa, akhirnya terpaksa melepaskan pendirian semula.
Yang benar-benar memusingkan Sharon yalah golongan oposisi di dalam Kelompok Likud sendiri yang dipimpinnya. Sehubungan itu, Sharon telah mengambil beberapa langkah, antara lain pertama, dengan melangkaui menteri kabinet Likud dan tim parlemen yang keras untuk terlebih dulu mengadakan pemungutan suara di dalam partainya mengenai rencana aksi unilateral; kedua, berupaya memperoleh dukungan Amerika atas rencana aksi unilateral; dan ketiga, membunuh pemimpin senior Hamas dan menyatakan penarikan secara sepihak dari Gaza bukan mengalah kepada terorisme. Boleh dikatakan beberapa langkah tersebut telah memainkan peranan yang tertentu.
Kelompok Likud dijadwalkan mengadakan pemungutan suara terhadap rencana aksi unilateral pada tanggal 2 bulan Mei mendatang. Sharon dan pendukungnya sedang dengan sibuk mengadakan persiapan untuk mempromosi rencana tersebut dan situasinya tidak optimistis. Sharon tidak dapat memastikan apakah rencana itu dapat diterima baik. Hasil sebuah angket yang diadakan Kelompok Likud hari Selasa lalu menyatakan, 47% responsden menyatakan mendukung rencana itu, sementara 40% responden lain menentang, selisihnya hanya 7 poin.
Hasil penyelidikan itu membuat Sharon menyadari risiko yang dihadapinya. Shron dalam pidatonya di Parlemen hari Selasa lalu untuk pertama kali menyebut hasil pemungutan suara yang diadakan Kelompok Likud tidak mempunyai daya ikat hukum, dan meskipun rencananya akan diveto, ia masih akan menyerahkannya kdepada Kabinet dan Parlemen untuk dibahas dan diterima baik. Sebelumnya, Sharon selalu menyatakan menghormati hasil pemungutan suara Kelompok Likud. Perubahan sikap Sharon itu menjengkelkan banyak orang sehingga ia kehilangan sejumlah pendukungnya. Justru dalam keadaan tersebut, Sharon terpaksa memainkan kartu yang lain yaitu melalui mengemukakan ancaman pembunuhan terhadap Arafat untuk menyatakan pendirian kerasnya demi melakukan upaya terakhir memperoleh dukungan kekuatan sayap kanan dan golongan keras Kelompok Likud.
Umum sangat jelas akan taktik Sharon. Seorang menteri Kelompok Likud mengatakan, anjing yang suka menggonggong tidak menggigit orang dan anjing yang menggigit orang selalu bungkam. Ia berpendapat, sasaran Sharon ternyata bukan Arafat melainkan rencana aksi unilateral.
|