|
Sejak skandal penganiayaan pasukan Amerika dan Inggris untuk Irak terhadap tawanan perang Irak diungkapkan, masyarakat internasional di samping terkejud juga berturut-turut mengecamnya, hal itu lebih-lebih mengundang kemarahan dunia Arab.
Dalam pernyataan yang disampaikan oleh juru bicaranya, Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan menyatakan sangat cemas atas penganiayaan dan penghinaan tentara Amerika terhadap tawanan perang, dan menghimbau pasukan Amerika menaati Undang-undang Hak Azasi Manusia Internasional. Annan menekankan, ia dengan keras menentang segala tindakan penganiayaan terhadap tahanan di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Lakhdar Brahimi selaku utusan khusus Sekjen PBB untuk masalah Irak berpendapat tindakan pasukan Amerika tersebut sama sekali tidak dapat diterima, masyarakat internasional berhak menuntut Amerika menghukum personel-personel yang menganiaya dan menghina tawanan perang dan menjamin untuk tidak terjadi lagi persitiwa serupa itu.
Juru bicara Sekjen Liga Arab menekankan, yang lebih memuakkan yalah, orang yang menganiaya tawanan perang itu justru mereka yang menyebut dirinya sebagai pelindung kebebasan dan kehormatan manusia. Liga Arab mendesak pihak penguasa Amerika dan Inggris menghukum keras personel-personel terkait. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, penganiayaan pasukan Amerika terhadap tawanan perang menyatakan, Amerika telah menjadi musuh orang Irak sebagai pengganti rezim Saddam. Sejumlah anggota Dewan Pemerintahan Sementara Irak mendesak Amerika meminta maaf secara resmi kepada rakyat Irak, khususnya orang-orang yang ditahan. Mereka meminta pula Dewan Pemerintahan Sementara melakukan penyelidikan atas peristiwa tersebut, dan menghukumkan prajurit-prajurit Amerika yang berbuat jahat itu dengan perlakukan sebagai tawanan perang. Dewan Tetua Muslim Irak dalam pernyataanya menunjukkan, diungkapkannya peristiwa penganiayaan tawanan perang kali ini bukanlah merupakaan tindakan tersendiri beberapa orang prajurit Amerika tertentu , juga bukan merupakan gejala yang terjadi secara tersendiri. Tindakan penganiayaan seperti itu terdapat di penjara berbagai tempat Irak. Organisasi-organisasi HAM non-pemerintah Libanon mengeluarkan pernyataan bersama untuk mengecam keras tindakan penganiayaan pasukan Amerika terhadap tawanan perang. Pernyataan itu berpendapat, kejahatan perang yang anti manusia itu dulu hanya terjadi pada zaman penguasaan lalim yang gelap dalam sejarah, tapi sekarang terjadi lagi ketika Presiden Amerika Bush mengkhotbahkan dirinya mendatangkan demokrasi kepada Irak. Penangungjawab Organisasi Saudara-Saudari Muslim Mesir berpendapat, yang diungkapkan sekarang ini ini hanyalah sebagian sangat kecil dari keadaan yang sebenarnya. Tindakan tentara Amerika tersebut mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari peradaban dan demokrasi Amerika.
Media cetak negara-negara Arab antara lain Mesir, Yordania, Suriah dan Yaman selama beberapa hari ini juga memuat foto-foto penganiayaan tentara Amerika dan Inggris atas tawanan perang Irak, dan berturut-turut mengeluarkan artikel mengecam kejahatan pasukan Amerika dan Inggris tersebut. Artikel Harian Al-Ahram Mesir menekankan, satu-satunya jalan untuk mencegah tidak terjadinya lagi kejahatan seperti itu, yalah pasukan koalisi yang dikepalai pasukan Amerika menarik diri dari Irak, dan mengakhiri pendudukan militernya terhadap Irak. Harian Al-Thorah Yaman dalam editorialnya mengatakan, tindakan pasukan Amerika yang memuakkan itu membuat orang mencurigai makna sesungguhnya dari kebebasan yang dijanjikan oleh Presiden Amerika Bush beserta Rencana Demokrasi Timur-Tengah Raya yang dipromosikannya .
Di bawah kecaman keras masyarakat internasional, Bush dan Blair terpaksa menyatakan akan menyelidikan peristiwa tersebut, dan menghukum keras personel bersangkutan. Akan tetapi, Bush kemarin sengaja membelakan tentara Amerika dengan menyebut tentara Amerika angkatan baru itu gagah berani dan jujur sama halnya dengan orang-orang Amerika dari zaman ke zaman. Juru bicara Blair menyebutkan pula, tindakan buruk minoritas prajurit Inggris tidak dapat mewakili tindakan 150 ribu tentara yang ditempatkan di Irak. Dewasa ini, Brigadir Jenderal Tentara Amerika Janis Karpinski yang membindangi urusan penjara di Irak telah dipecat dan diperiksa, menurut ungkapannya, penganiayaan terhadap tawanan perang di penjara dilakukan atas dikte personel intelejen Amerika, tujuannya untuk memperoleh lebih banyak informasi dari tawanan-tawanan perang tersebut. 6 prajurit Amerika yang langsung terlibat dalam penganiayaan terhadap tawanan perang tersebut sedang diadili oleh mahkamah militer. Bagaimana Amerika dan Inggris menangani peristiwa tersebut, masyarakat internasional sedang menantikannya.
Analis menunjukkan, peristiwa tersebut akan lebih lanjut memperhebat sentimen anti-Amerika di Irak dan dunia Arab, sehingga Rencana Demokrasi Timur-Tengah Raya Amerika akan lebih sulit dijalankan di negara-negara Arab.
|