|
Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, terpaksa menunda waktu pemungutan suara tentang rencana aksi sepihak yang direvisi oleh kabinet sampai hari Minggu ini, karena adanya pertentangan dari mayoritas anggota kabinet. Saat ini Sharon sedang mengupayakan bantuan dari luar agar rencana tersebut dapat diluluskan.
Sebagai negara sekutu strategi tradisional Israel, Amerika memainkan peranan penting dalam urusan Timur-tengah, maka apakah bisa memperoleh sokongan Amerika adalah sangat penting bagi pelaksanaan rencana aksi sepihak tersebut. Dalam kunjungan Sharon ke Amerika pada awal bulan April lalu, Amerika telah membenarkan rencana Israel tentang pembagian wilayah Palestina-Israel pada masa depan dan masalah pengungsi Palestina, hal itu membuat rencana aksi sepihak tersebut mendapat sokongan cukup banyak di dalam negeri Israel. Pada tanggal 30 bulan Mei lalu, waktu pemungutan suara rencana aksi sepihak ditunda satu minggu karena rencana tersebut tidak mendapat sokongan mayoritas anggota kabinet, maka Sharon segera mengirim Dov Weisglass, Direktur Kantor Perdana Menteri berkunjung ke Amerika untuk mengupayakan sokongan pemerintah Amerika. Dalam pertemuan dengan delegasi Israel pada hari Selasa lalu, Pembantu Urusan Keamanan Nasional Presiden Amerika Condoleezza Rice dengan jelas menyatakan bahwa pendirian Presiden Bush tidak berubah, Amerika akan terus menyokong rencana aksi sepihak.
Tentu saja, dikatakan dari sudut Amerika, pada saat ini pemerintah Amerika juga memerlukan sokongan orang Yahudi. Pertama, pemerintah Amerika berada dalam keadaan sulit di dalam negeri karena perang Irak, Presiden Bush mengharapkan dapat berbuat sesuatu dalam menangani masalah Palestina-Israel agar mengubah situasi negatifnya. Kedua, Bush sangat mengharapkan sokongan 6 juta lebih orang Yahui untuk melanjutkan jabatannya dalam pemilihan umum kali ini. Maka adalah sangat cocok di mana Sharon mengajukan permintaan kepada Amerika pada saat ini.
Selain itu, sebagai negara tersebesar di dunia Arab, Mesir adalah negara Arab yang pertama berharmonis dengan Israel. Maka bagi Sharon, adalah sangat kunci apakah Mesir menyokong atau tidak rencana aksi sepihak tersebut. Dikatakan dari sudut geografi, Jalur Gaza yang berbatasan dengan Mesir adalah daerah kegiatan utama berbagai golongan radikal Palestina. Setelah Israel menarik tentara dari Jalur Gaza, Sharon sangat mengharapkan Mesir bisa membantu menangani urusan keamanan Jalur Gaza. Dikatakan dari hubungan tradisional, Mesir yang berhubungan akrab dengan Palestina pastilah dapat memberikan pengaruh keapda pihak Palestina. Selama beberapa bulan ini, Israel selalu mengupayakan sokongan Mesir. Menteri Luar Negeri Israel Silvan Shalom dua kali berkunjung ke Mesir, Direktur Biro Informasi Mesir Omar Suleiman yang selaku utusan khusus juga menengahi terus antara Palestina dan Israel. Dewasa ini, Israel dan Mesir telah mencapai sebagian kesepakatan tentang pengaturan keamanan setelah Israel menarik diri dari Jalur Gaza. Presiden Mesir Hosni Mubarak menegaskan juga menyokong rencana aksi sepihak tersebut, dan menyatakan akan berupaya membantu pelaksanaan rencana tersebut. Israel masih memutuskan kunjungan minggu ini Menteri Luar Negeri Shalom ke Mesir ditunda sampai minggu depan, supaya dapat melakukan persiapan yang lebih sempurna dan bertujuan mencapai hasil yang lebih efektif.
Sementara Sharon mengupayakan bantuan luar, Menteri-menteri Israel yang menyokong rencana aksi sepihak tersebut juga berkoordinasi terus. Menteri Kehakiman Yosef Lapid dengan positif menemui Menteri Keuangan Israel Netanyahu yang sebagai partai oposisi utama di kabinet untuk mencoba menghilangkan perseilishan antara Netanyahu dan Sharon. Kemarin, Menteri Imigrasi Tzipi Livni mengajukan satu rancanga kompromi untuk berkonsultasi dengan Netanyahu dan orang lainnya.
Menurut kesimpulan tersebut, dewasa ini Sharon sedang berupaya sekuat tenaga supaya kabinet menyetujui pelaksanaan rencana aksi sepihak tersebut, tapi opini masih akan mengamati terus bagaimana hasil upayanya tersebut.
|