Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-06-09 17:23:11    
Mesjid Huaisheng di Kota Guangzhou

cri

Guangzhou yang terletak di Tiongkok selatan adalah sebuah kota metropolitan, juga sebuah kota budaya yang bersejarah lebih dari 2.000 tahun. Justru di kota yang memperpadukan budaya sejarah dan modern ini terdapat sebuah tanah suci agama Islam Tiongkok yakni Mesjid Huaisheng. Nah, saudara sekarang kami ajak mengunjungi Mesjid ini untuk merasakan peradaban Islam yang bersejarah lama di Tiongkok.

Mesjid Huaisheng dinamakan pula Mesjid Guangta, karena di dalam mesjid itu terdapat sebuaha menara Guangta. Mesjid Huaisheng menempati tanah seluas 2.966 meter persegi, bersama dengan Mesjid Fenghuang di Kota Hangzhou, dan Mesjid Qingjing di Kota Quanzhou dikenal sebagai tiga mesjid tua yang terkenal di daerah pantai Tiongkok. "Huaisheng" mengandung arti memperingati Rasul Muhammad.

Mesjid Huaisheng merupakan pula pusat kegiatan umat Islam kota Guangzhou. Persatuan Islam Kota Guangzhou dan Asosiasi Persaudaraan Etnis Hui Kota Guangzhou terletak di mesjid tersebut. Wakil Ketua Persatuan Islam Kota Guangzhou, Yusuf Ma Guangxing mengatakan kepada wartawan CRI,

"Berhubung letaknya di dekat laut Gerbang Tiongkok di sebelah selatan, maka Guangzhou menjadi pelabuhan pertama jalan sutra di laut dalam perdagangan luar negeri Tiongkok. Saudagar-saudagar Arab dan Persia pada masa lalu berdagang ke Kota Guangzhou melalui jalan sutra di laut. Tempat di mana mereka menginap yang terletak di pantai Sungai Mutiara lama kelamaan menjadi daerah orang asing, dan dibangun mesjid . Agama Islam pun tersebar masuk."

Daerah pantai Sungai Mutiara di masa lalu kini sudah berubah menjadi kompleks penduduk di bagian barat daya Kota Guangzhou, dan Mesjid Huaisheng yang terletak di Jalan Guangta di kompleks itu sangat indah dan asri lingkungannya. Di depan mesjid itu, tergantung sebuah papan bertuliskan bahasa Arab yang berbunyi :" Mesjid Pertama di Tiongkok". Konon, mesjid ini dibangun oleh mubaliq Arab yang terkenal bernama Shabi Sad bin Abi Waggas pada zaman Dinasti Tang tahun 627. Menurut catatan sejarah, pada masa Kaisar Wude Dinasti Tang antara tahun 618 dan 626, ada 4 ulama yang diutus Rasul Muhammad datang ke Tiongkok menyebarkan agama Islam. Seorang ulama mengajar agama di Guangzhou, seorang lainnya di Yangzhou, dan seorang lagi di Quangzhou, dan mereka dimakamkan di kota-kota tersebut setelah wafat. Shabi Sad bin Abi Waggas yang membangun Mesjid Huaisheng di Guangzhou adalah salah seorang ulama yang disebut dalam buku sejarah itu.

Bangunan yang paling khas dalam mesjid itu adalah menara putih yang tinggi, dinamakan Menara Guangta yang artinya Menara Cahaya. Menara yang tingginya 36,3 meter itu adalah bangunan yang tertinggi di sekitar Mesjid Huaisheng. Struktur menara itu sangat berbeda dengan menara-menara atau pagoda yang ada di Tiongkok, bagian luarnya tidak bertingkat-tingkat, berbentuk silinder dan bagian atasnya berupa kubah, adalah bangunan gaya Arab yang tipikal.

Pada zaman dulu, permukaan Sungai Mutiara sangat luas, dan menara Guangta justru dibangun di tepi sungai. Pada zaman Dinasti Tang ( 618--907), hubungan antara Kota Guangzhou dan negara-negara Arab sangat sibuk. Setiap tahun antara bulan Mei dan Juni, banyak kapal dagang asing lalu lalang di Sungai Mutiara. Sering ada umat Islam menyalakan lampu di puncak menara pada malam hari untuk memandu kapal-kapal yang berlayar, atau digunakan sebagai menara azan untuk mengajak umat bersalat. Menara itu dinamakan Menara Pangka dalam bahasa Persia, sedang bunyi "Pang" hampir sama dengan "Guang" dalam dialek Kantonis, yang berarti "cahaya", maka lama kelamaan, menara itupun lazim disebut Menara Guangta.

Selain Menara Guangta, bangunan-bangunan di dalam Mesjid Huaisheng adalah bangunan bergaya Tiongkok yang antik. Loteng Melihat Bulan adalah bangunan pertama setelah memasuki gerbang mesjid. Dilihat dari luar, bangunan ini lebih mirip bangunan gerbang kota di Tiongkok zaman kuno, tampak sangat indah dengan batu batanya yang merah dan gentengnya yang hijau. Di atas pintu gerbang ada sebuah papan bertuliskan : "Mesjid Huaisheng Guangta".

Melalui loteng ini, kita akan sampai di ruang salat. Bagian luarnya bergaya bangunan Tiongkok yang tipikal, dekorasi dalamnya sangat sederhana, hanya tampak tulisan-tulisan dalam bahasa Arab berupa kutipan Al Quran. Pada dua belandar di ruang itu terukir waktu 4 kali pemugaran bangunan tersebut yakni pada dinasti-dinasti Yuan, Ming, Qing dan tahun 1935.

Di antara Loteng Melihat Bulan dan Ruang Salat adalah sebuah halaman yang luas di mana terdapat pohon-pohon yang rindang. Dua pohon tua di sisi halaman adalah saksi sejarah mesjid yang bersejarah lama itu. Selain itu, terdapat pula piagam dan punjung piagam yang mencatat pemugaran mesjid pada masa dinasti-dinasti Yuan, Ming, dan Qing.

Meskipun Mesjid Huaisheng belum dibuka kepada wisatawan asing sebagai obyek wisata, namun sebagai tempat suci agama Islam di Tiongkok, Mesjid Huaisheng telah menerima banyak sekali tamu-tamu muslim dari dalam dan luar negeri, dan tidak sedikit di antaranya adalah pemimpin negara-negara Islam. Pada bulan Oktober tahun 1997, B.J. Habibie yang ketika itu Menteri Riset dan Teknologi Indonesia pernah berkunjung ke mesjid ini. Tahun berikutnya setelah Habibie menjadi Presiden, sebuah delegasi muslim Provinsi Guangdong diundang untuk mengunjungi Indonesia, dan diterima oleh Habibie di Istana Merdeka.

Sementara itu, banyak muslim dari berbagai negara menghadiri Pekan Raya Barang Barang Ekspor Tiongkok yang diselenggarakan setiap tahun di Kota Guangzhou. Selain berbisnis, mereka juga bersalat di Mesjid Huaisheng bersama umat Islam Kota Guangzhou.

Berbicara tentang hal itu, Ketua Persatuan Islam Guangzhou, Yusuf Ma Guangxing mengatakan,

" Mesjid Huaisheng yang bersejarah lama adalah saksi sejarah kota Guangzhou, juga saksi pertukaran sejarah dan budaya antara rakyat Tiongkok dan rakyat negara-negara Arab sejak zaman dahulu kala. Kami sangat senang menyambut kedatangan saudara-saudara muslim dari Indonesia, Malaysia dan negara-negara lain berkunjung ke mesjid ini." Demikian kata Yusuf Ma Guangxing, Ketua Persatuan Islam Guangzhou.