Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-06-25 21:25:44    
Laporan Pandangan Mata Dari Salah Seorang Warga Indonesia Yang Baru Pertama Sekali Berkunjung Ke Beijing, Tiongkok

cri

Airport Beijing

Ketika pesawat mendarat, udara dan cuaca di luar sepertinya terasa sangat dingin. Suasana juga masih agak sepi. Maklum karena masih pagi, sekitar jam 07.15 waktu Beijing (lebih cepat 1 jam dibandingkan Waktu Indonesia Bagian Barat). Pada saat rombongan kami turun dari pesawat dan memasuki gedung airport, kami semua kagum. Airport mirip dengan gedung-gedung yang sering dipakai pameran di Jakarta. Ornamen-ornamen besi yang mempunyai nilai seni rupa dan artistik. Bersih. Petugas-petugasnya juga ramah. Kesan pertama mendarat di Beijing sudah jauh dari bayangan selama ini (kota komunis yang cenderung angker dan seram). Rombongan kami disambut oleh Tour Guide yang bernama Terry, yang bisa berbahasa Indonesia.

Sarapan pagi di Da Heng Restaurant

Dari airport, rombongan kami dengan mengendarai bus menuju Da Heng Restaurant untuk sarapan pagi. Di sepanjang perjalanan, kami terkagum-kagum dengan penataan tata kotanya. Gedung-gedung menjulang tinggi, jalanan lebar-lebar (yang kecil ada juga), mulus, dan bersih, tak terlihat pedagang kaki lima seperti di Bandung, Jakarta atau kota besar di Indonesia lainnya, banyak juga jalan layang, setir mobil di sebelah kiri. Kesan kota sepeda juga masih kentara jelas. Banyak sepeda berseliweran sepanjang jalan. Tapi untuk sepeda motor, di Beijing kami tidak pernah lihat.

Sikap Penduduk Beijing

Sikap penduduk Beijing yang aku temui, secara umum ramah-ramah dan sopan-sopan juga, mungkin karena masih termasuk golongan orang Timur. Tapi penilaianku ini tentunya masih absurd dan prematur karena pergaulanku selama di Beijing terbatas. Tetapi kalau aku ada kesempatan tinggal di kawasan kecil atau di daerah pemukiman penduduk di Beijing atau di desa lain, mungkin penilaianku tentang sikap penduduk Beijing atau penduduk China pada umumnya bisa lebih sedikit akurat.

Jalan-jalan malam di sepanjang jalan Wang Fu Jing 

Setiap malam, habis malam, kami semua kembali ke hotel untuk menyimpan barang belanjaan hari itu. Dari hotel kami semua langsung jalan-jalan di pertokoan sepanjang jalan Wang Fu Jing. Berfoto dan melihat arca Wang Fei Hung sedang menarik Ricksaw, bermain musik, dan masih ada lagi yang lainnya. Kami duduk-duduk di tepi jalan yang kebetulan banyak kursi-kursi untuk santai. Sepertinya, sepanjang jalan di Wang Fu Jing adalah dibuat memang untuk para pejalan kaki. Walaupun mobil, sepeda, trem listrik, taksi, juga berkeliaran, tetapi untuk pejalan kaki lebih dimanjakan.

Nonton Acrobatic Show di Poly Theatre

Apabila berkunjung ke Beijing, jangan lupa nonton Acrobatic Show di Poly Theatre. Pemainnya rata-rata masih anak-anak kecil. Lincah dan mengagumkan. Luar biasa. Kata kelompok penarinya, setiap 2 bulan sekali variasi mereka berubah. Hebat sekali inspiratornya. Rombongan kami beli VCD nya semua, sayang saya keliru dapat CD.

Tianmen Square dan Forbidden City

Menuju lokasi Tianmen Square, bus kami parkir agak di luar areal, karena memang kendaraan tidak boleh parkir. Terpaksa kami beli payung karena hujan rintik-rintik. Kami berfoto dekat di bawah foto besar gambar Dr. Sun Yat Sen. Areal penuh dengan turis domestik. Maklum dari tanggal 01 Mei 2004 sampai dengan 07 Mei 2004, di China sedang libur nasional Hari Buruh (Labour Day). Areal yang luas terasa penuh dengan lalu lalang manusia. 

Dari Tianmen Square kami menuju ke Forbidden City. Lokasi tidak terlalu jauh. Terlihat foto besar Mao Ze Dong. Di Forbidden City, kami berfoto-foto dan mendengarkan cerita dari Tour Guide kami.

Lain -lain

Sayang, kenyaman kota Beijing dan keindahan tempat wisata di dekatnya, sedikit terganggu dengan pengemis yang mengejar untuk meminta-minta. Andaikan Pemerintah Beijing menertibkan pengemis itu, akan lebih nyaman bagi turis luar negeri untuk berjalan-jalan di Beijing dan tempat-tempat wisata di dekatnya. Saya kurang tahu bagaimana pengemis di lain kota Beijing, apakah juga mengejar-ngejar.

Kapan saya bisa pergi lagi ke Negeri Tirai Bambu ?

Merasakan nikmatnya masakan dengan bumbu khas orang-orang China (tak perlu takut dengan daging babi, rata-rata orang Beijing jarang yang masih suka dengan daging babi, jadi masakan boleh dikatakan halal, tetapi kalau takut, lebih baik kita kita bertanya dan meminta)