Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-07-19 19:35:03    
Catatan Sejarah  : Peradaban Tiongkok

cri

Setiap tempat dan ruang sejarah memiliki bakat primordialnya dan perkembangannya masing-masing.

Semua itu didasari oleh semangat prinsip yang sama, yakni pentingnya "harmoni" dari unsur-unsur berseberangan yang berkonflik.

Dalam kaitannya dengan masyarakat bangsa Tionghoa yang memiliki sejarah kuno beribu-ribu tahun lamanya, maka sejarah yang berkembang di Tionghoa pun beraneka ragam sebagaimana yang tertulis dalam beberapa bukusejarah kunonya. Masing-masing suku bangsa mengembangkan kerangka acuan yang dapat dipergunakan sebagai ciripengenal yang membedakan kelompok sosial yang satu dengan yang lainnya.

Sepanjang perjalanan sejarahnya, bangsa Tiongkok terkenal dengan kegiatan bercocok tanam dan kerajinan tangan yang menjadi terkenal sepanjang perjalanan sejarah bangsa Tiongkok. Selama lebih kurang 4000 tahun ini,bangsa Tiongkok telah mendidik beberapa pemikir, ilmuwan, penemu, negarawan, siasat, dan lain-lain yang menjadikan bangsa Tiongkok kaya akan warisan budaya dan adat istiadat. Saat ini, peradaban Tiongkok telah pula dipengaruhi oleh era modernisasi, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang secara pesat masuk dan merajai segala bentuk kehidupan ummat manusia di dunia. Tidak mengherankan jika Tiongkok berubah menjadi negeri berwajah metropolitan.

Sejarah Tiongkok dibagi ke dalam dua periode, yaitu :

A. Zaman Kuno (sebelum Masehi - 1840)

B. Zaman Moderen (Tahun 1840 - saat ini)

A. Zaman Kuno

Berdasarkan buku sejarah Tiongkok, Huang Di dan Yan Di adalah nenek moyang Bangsa Tionghoa. Meskipun Huang dan Yan Di hanya tokoh legendaris dalam dongeng belaka, tetapi orang Tiongkok baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri percaya bahwa mereka adalah anak cucu keturunan nenek moyang Huang Di dan Yan Di.

Dalam buku sejarah tersebut, banyak dongeng yang menceritakan tentang kehebatan nenek moyang Huang Di dan Yan Di, misalnya Huang Di lah yang telah menemukan kuali untuk memasak nasi,lalu beliau juga meminta istrinya untuk mengajarkan rakyatnya menernak ulat sutera dan menarik benang dari kepompong ulat sutera. Kemudian atas permintaannya juga terhadap anak asuhnya

Cang Jie untuk menciptakan tulisan Kanji dan Ling Lun menciptakan musik. Sementara itu nenek moyang Yan Di mengajar anak asuhannya untuk bercocok tanam dan menemukan obat-obatan.

Kedua etnis Huang Di dan Yan Di ini memiliki daerah kekuasaan yang meliputi kawasan dari pantai di ujung Timur sampai Gansu di Barat, dari Shanxi dan Hebei di Utara sampai aliran sungai Yangtse di Selatan, pada pokoknya menguasai seluruh bagian Tiongkok Tengah, yang merupakan bentuk awal Tiongkok. Kemudian dua etnis yang telah hidup dan berkembang bersama-sama selama berabad-abad ini bersatu dan diberi nama etnis Hua Xia yang kemudian berkembang menjadi bangsa Tionghoa. Dari cerita itulah bangsa Tionghoa menyebut dirinya sebagai anak cucu Yan Huang. Konon totem etnis Hua Xia adalah long atau naga, maka bangsa Tionghoa juga disebut keturunan naga.

Walaupun itu hanya dongeng belaka, namun arkeologi moderen dan ilmu sejarah telah membuktikan bahwa Tiongkok adalah salah satu negara peradaban kuno di dunia bersama dengan Mesir kuno, Mesopotamia, dan India. Peradaban Tionghoa adalah satu-satunya peradaban yang diturunkan tanpa terputus sampai sekarang. Apalagi peradaban kuno Tiongkok pada awalnya merupakan peradaban orisinal yang muncul dan berkembang secara bebas dan mandiri. Di wilayah yang luas, peradaban tersebut mengalami masa perkembangan dari multipolar ke integrasi.

Dari hasil penyelidikan arkeologi di propinsi Sichuan, Tiongkok Barat Daya, membuktikan bahwa masa antara tahun 3000 sebelum Masehi adalah masa awal bagi peradaban bangsa Tiongkok berkembang dari peradaban plural menjadi satu peradaban saja. Seperti peradaban Haidai dengan gunung Taishan di Shandong, Tiongkok Timur yang merupakan pusat peradaban bangsa Tiongkok dimana secara berangsur-angsur menyatukan daerah aliran sungai Kuning dan sungai Yangtse di Tiongkok Selatan yang merupakan dua sungai induk bangsa Tiongkok. Masa sebelum peralihan tersebut terdapat peradaban orisinal dalam dua kelompok yang berbeda, dan merupakan isi utama peradaban bangsa Tionghoa, lalu kemudian setelah bersatu dan berkembang menjadi kebudayaan Longshan Shandong. Kebudayaan ini dikenal sebagai kebudayaan representatif masa akhir zaman Batu awal Tiongkok. Pada masa itu, kebudayaan zaman Batu awal ini berkembang secara serentak di berbagai daerah dan kemudian saling berkonfrontasi sehingga hal ter sebut mempercepat proses pembentukan dinasti zaman kuno dengan bagian tengah Tiongkok sebagai pusatnya.

Pada masa antara zaman Longshan (3000-2000 sebelum Masehi) berdiri beberapa dinasti yang memerintah dan mengembangkan negeri Tiongkok sekaligus masa pembentukan dan perkembangan tahap pertama negara-negara kekaisaran zaman kuno Tiongkok. Dinasti-dinasti tersebut antara lain :

Dinasti Xia (2100-1600 S.M.)

Dinasti Shang (1600-1100 S.M.)

Dinasti Zhou (1100-221 S.M.)

Dinasti Qin (221-206 S.M.)

Dinasti Han (206 S.M- 220 T.M)

Dinasti Wei (220 T.M.- 265 T.M.)

Dinasti Jin (265 T.M.- 420 T.M.)

Dinasti Jin Timur dan Jin Barat (420 T.M.- 581 T.M.)

Dinasti Sui (581 T.M.- 618 T.M.)

Dinasti Tang (618 T.M.- 907 T.M.)

Dinasti-dinasti Lima (907 T.M.- 960 T.M.)

Dinasti Song (960 T.M.- 1279 T.M.)

Dinasti Liao (916 T.M.- 1125 T.M.)

Dinasti Jin (1115 T.M.- 1234 T.M.)

Dinasti Yuang (1271 T.M.- 1368 T.M.)

Dinasti Ming (1368 T.M.- 1644 T.M.)

Dinasti Qing (1644 T.M.- 1911 T.M.)

Dua diantara dinasti-dinasti tersebut di atas, dinasti Xia dan Shang merupakan dinasti yang berdiri paling awal di Tiongkok dan merupakan masa awal dimana sistem hamba abadi diamalkan di Tiongkok.Pada Pada masa ini juga sistem politik, birokrasi, kepercayaan agama, dan struktur masyarakat diletakkan dasarnya. Lalu kemudian Tiongkok memasuki sistem Feodal pada masa zaman negeri-negeri berperang. Selepas perang candu berlaku pada tahun 1840, sebahagian wilayah Tiongkok berangsur-angsur menjadi jajahan negara Eropah, dan sebahagian lagi kekal dalam kekuasaan Feodal.

B. Zaman Moderen

Zaman moderen dimulai pada tahun 1840 setelah perang candu usai yang ditandai sebagai berakhirnya sejarah peradaban kuno Tiongkok hingga sekarang. Dari tahun 1840 tersebut bangsa Tiongkok berubah status menjadi suatu bangsa yang semi Feodal dan semi Kolonial dimana sebahagian wilayahnya berangsur-angsur menjadi jajahan negara Eropah, dan sebahagian lagi kekal dalam kekuasaan Feodal.

Pada pertengahan abad ke-19, bangsa Tiongkok memulai pergerakan revolusi melawan aturan-aturan Feodal dan Imperialis, antara lain berdirinya beberapa revolusi dimana-mana seperti, Revolusi Petani Taiping, Pergerakan Yihetuan, dan Revolusi 1911.

Dimulai dari desa Jintian di propinsi Guangxi, penyerangan revolusi Petani Taiping yang berasal dari Kanton ini dilakukan melalui pembetukan pergerakan militer secara tetap dengan anngota lebih dari satu juta pria dan wanita yang melakukan gerakan menuju ke arah Utara dan ke kota-kota lainnya, sehingga pada tahun 1853, mereka telah dapat menguasai Nan Jing, ibu kota Tradisional Tiongkok Selatan dan mendirikan suatu kerajaan besar yang damai.

Dalam masa kerajaan tersebut, Taiping mengalami berbagai macam kendal yang disebabkan oleh beberapa faktor hingga menyebabkan kegagalan Taiping untuk mencapai puncak kejayaan. Kegagalan-kegagalan tersebut diakibatkan tidak adanya ideologi yang sistematik yang memberi pengarahan pada apa yang seharusnya dilakukan oleh para petani. Peranan kader partai terhadap mobilisasi bangsa memang sangat dibutuhkan dan menjadi faktor yang sangat penting. Seperti menurut pandang Mao Zendong, bahwa petani dapat menjadi kekuatan revolusioner. Pandangan Mao ini sangat berdasar mengingat pemikiran-pemikirannya merupakan alternatif bagi revolusi model Soviet yang bertumpu pada kekuatan dan kepemimpinan kaum buruh.Dimana pada saat itu mulai diperkenalkan era Marxism dan Lenin yang masuk ke negeri Tiongkok di bawah pengaruh Revolusi Oktober di Rusia. Seperti halnya Vladimir Lenin, Mao memang merupakan bagian kecil dari sedikit teoritisi dan sekaligus praktisi revolusi sosiali s. Ia mampu mengangkat latar belakang sosial ekonomi dan kultural untuk mendukung obsesi revolusioner. Mao belajar banyak dari Lenin. Mao percaya bahwa partai yang disiplin, kohesif dan didukung struktur kepemimpinan yang hierarkis merupakan syarat berhasilnya revolusi sosialis.

Pada awalnya, kaum Marxis memandang rendah pada potensi kaum tani sebagai penyanggah utama revolusi. Gagasan-gagasan dan politik Mao bukan saja mengawali pertikaian Sino-Soviet selama lebih dari tigapuluh tahun, tetapi juga memberikan harapan baru di beberapa negara berkembang. Untuk pertama kalinya Mao mengakui peranan pemberontakan Taiping sebagai inspirasi teori Mao. Namun pada saat yang sama, ia juga menghapus fakta sejarah, misalnya mengganti istilah "berjuang karena upah" dengan "berjuang karena kesadaran". Semua itu barangkali merupakan keinginan Mao untuk menggunakan revolusi Tiongkok sebagai model revolusi sosialis di negara-negara berkembang, selain untuk mendapat tempat tersendiri dalam sejarah Tiongkok.

Kemudian pada tahun 1921 dibentuklah Partai Komunis Tiongkok, hal ini merupakan masa awal perkembangan sejarah Tiongkok pada zaman moderen. Di bawah masa pimpinan Partai Komunis Tiongkok ini, bangsa Tionghoa melawan tiga perang sipil dan penjajahan Jepang. Setelah mengalami masa penjajahan yang panjang atau lebih kurang dua puluh delapan tahun masa penjajahan tersebut berlalu dan mengakhiri bentuk-bentuk imperialisme, feodal, dan kapitalis, yang kemudian terbentuklah Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949 hingga sekarang.

----------------------

Pengarang :Beby Mahyudi

Xiamen, March 09, 2004