Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-08-06 09:23:16    
Dinasti Wei, Dinasti Jin, Dinasti Selatan dan Utara

cri

Zaman Dinasti Wei dan Dinasti Jin berlangsung antara tahun 220 dan 589 Masehi. Pada akhir abad ke-2, kekuasaan Dinasti Han Timur menjadi lemah dan bobrok. Sejak itu Tiongkok mulai memasuki masa terpecah belah yang berlangsung dalam waktu relatif panjang. Masa awal itu adalah berdirinya secara sejajar tiga negara, yaitu Negara Wei, Negara Shu dan Negara Wu yang berkuasa antara tahun 189 dan 265 Masehi. Setelah Zaman Tiga Negara atau Tiga Dinasti tersebut, Tiongkok memasuki Zaman Dinasti Jin Barat yang hanya mempertahankan kehadiran selama waktu yang pendek dalam sejarah, yaitu antara tahun 265 dan tahun 316 Masehi. Setelah Dinasti Jin Barat bangkrut, Tiongkok kembali berada dalam keadaan tercerai-berai. Keluarga Kekaisaran Dinasti Jin Barat mendirikan Dinasti Jin Timur di bagian selatan Tiongkok, yaitu sebelah selatan Sungai Yangtse yang melintang dari barat ke timur di bagian tengah Tiongkok. Dinasti Jin Timur berkuasa antara tahun 317 dan 420 Masehi. Namun pada masa itu di bagian utara Tiongkok terjadi peperangan antar etnis, di mana muncul banyak kekuasaan yang disebut sebagai Enambelas Negara.

Pada masa itu, ekonomi di bagian selatan Tiongkok mengalami perkembangan yang cukup pesat. Penduduk etnis minoritas di bagian barat dan utara Tiongkok berturut-turut berpindah ke Pedalaman. Perpindahan dan hidup bercampur penduduk berbagai etnis mendorong maju perbauran dan pertukaran antara satu sama lain. Di bidang kebudayaan, pada zaman itu agama Budha dan agama Dao saling bertarung dan berkembang bersama, namun pihak penguasa biasanya memihak agama Budha. Di bidang kesusasteraan dan kesenian, zaman itu juga telah mencapai prestasi yang sangat mengagumkan dan meninggalkan kepada masa kemudian banyak karya sajak, kaligrafi, lukisan dan kesenian gua batu seperti Gua Dunhuang yang sangat berharga.

Di bidang ilmu pengetahuan alam, Tiongkok pada waktu itu juga telah mencapai hasil yang cukup besar. Ambil contoh Zu Chongzhi. Dia adalah orang pertama yang dengan jitu berhasil menghitung nilai banding keliling dan diameter lingkaran sampai 7 angka di belakang koma. Sedangkan Buku Qimin Yaoshu, sebuah buku berisi panduan di bidang pertanian adalah kitab mahabesar dalam sejarah pertanian dunia.

Dinasti Selatan dan Dinasti Utara yang berkuasa antara tahun 420 Masehi dan 589 Masehi ekonominya lebih makmur di bagian selatan daripada bagian utara Tiongkok. Hal ini disebabkan migrasi penduduk di bagian tengah Tiongkok ke bagian selatan untuk melarikan diri dari peperangan. Berpindahnya penduduk dari utara ke bagian selatan Tiongkok tidak hanya menambah tenaga kerja, tapi juga mendatangkan banyak teknik produksi yang maju sehingga sangat mendorong maju perkembangan ekonomi setempat. Daerah di sekitar kota Yangzhou, Propinsi Jiangsu Tiongkok Timur adalah daerah yang paling berkembang ekonominya.

Di bidang kebudayaan, berbagai aliran pikiran pada waktu itu berkembang makmur. Sedangkan kesusasteraan pada Dinasti Selatan dan Dinasti Utara juga mencapai taraf yang cukup tinggi, khususnya di bidang penciptaan sajak.

Pertukaran dengan luar negeri pada Zaman Dinasti Selatan dan Dinasti Utara juga sangat makmur. Tiongkok pada waktu itu berhubungan luas dengan dunia luar, antara lain, Jepang dan Korea di sebelah timur, negara-negara di bagian Asia Tengah dan Roma di bagian barat serta negara-negara di Asia Tenggara.

Setelah runtuhnya Dinasti Jin Timur pada tahun 420 Masehi, Dinasti Selatan dan Dinasti Utara menjadi salah satu masa pemecahbelahan bagian selatan dan utara Tiongkok yang tidak banyak muncul dalam sejarah. Perkembangan ekonomi pada waktu itu agak tersendatkarena terpecahbelahnya negara. Pada masa itu, bagian tengah Tiongkok dikuasai oleh kekuatan etnis minoritas, yang hidup campur dengan penduduk etnis Han, penduduk etnis mayoritas Tiongkok. Hidup campur antarpenduduk berbagai etnis pada waktu itu adalah tiada taranya dalam sejarah. Justru pada waktu itulah, etnis-etnis minoritas di bagian utara berangsur-angsur diasimilasi oleh etnis Han dan menjadi satu bangsa. Maka perpecahan pada Dinasti Selatan dan Dinasti Utara memainkan peran sangat penting untuk mempercepat kesatuan bangsa, dan merupakan salah satu ranting penting yang tak bisa dihilangkan dalam proses perkembangan bangsa Tionghoa.