|
Pada saat menentukan perang Najaf segera akan meletus, pemimpin Muslim golongan Syiah Ali Al-Sistani yang paling berpengaruh di Irak kemarin menghentikan pengobatannya di London dan pulang ke tanah air untuk melakukan penengahan demi merendamkan api perang di kota Najaf, kota suci Sekte Syiah, dan menyelematkan Mesjid Imam Ali sebagai tanah suci.
Melalui pertarungan selama 21 hari, bentrokan bersenjata antara pasukan Amerika untuk Irak, polisi, tentara Irak dengan Pasukan Mehdi, kekuatan bersenjata pribadi Moqtada Sadr, pemimpin golongan Syiah yang anti Amerika telah memasuk tahap terakhir. Dini hari kemarin, tank pasukan Amerika telah mendesak maju sampai 20 meter dari Mesjid Ali yang terletak di pusat kota lama sebagai tumpuan pasukan Mehdi, pasukan Amerika dan polisi, tentara Irak telah mengepung ketat mesjid tersebut. Pasukan Mehdi yang telah kehabisan senjata dan makanan menutup segala pintu dan bersiap menantang maut. Pembantu utama Sadr Ahmed Al-Shaibani kemarin mengakui, situasi yang dihadapi mereka tidak pernah begini serius. Mereka kehilangan pengontrolan pada daerah utama di Najah. Pihak kepolisian Najaf telah mengatakan, pembantu-pembantu Sadr telah ditangkap.
Pada saat krisis ini, Sistani segera memutuskan pulang Irak. Seorang pembantu tingkat tingginya kemairn dalam wawancara khusus oleh
BBC menyatakan, Sistani bertekad hati melakukan segala upaya demi menolong Najaf. Dia menekankan, masalah Najaf harus dipecahkan oleh pemerintah sementara Irak, penurunan tangan Amerika adalah percuma. Dia mengatakan, operasi militer apa saja pasukan Amerika terhadap Mesjid Ali pasti akan menimbulkan unjuk rasa anti Amerika yang besar-besaran, akan tingkat dukungan pada Sadr pasti akan menaik. Ia mengatakan pula, kekutan bersenjata Sadr harus segela menarik diri dari Mesjid Ali, agar mendorong penyelesaian bentrokan bersenjata Najaf secara damai.
Kemarin siang, begitu tiba di kota Basra bagian selatan Irak melalui Kwait, Sistani disambut oleh tokoh-tokoh kalangan agama setempat, pejabat Propinsi Basra dan sejumlah besar pengikutnya. Kemarin malam, puluhan ribu orang berkumpul di tempat kediamannya menyatakan akan mengikuti seruan, dan bersama-sama dia datang ke Najaf, mengikuti jihat anti pendudukan pasukan Amerika yang dipimpin oleh Sistani untuk membela kota suci. Banyak muslim golongan Syiah dari kota-kota tengah dan selatan Irak berturut-turut mengiktui seruan Sistani akan bersiap menuju ke Najaf.
Sistani yang berumur 73 adalah salah satu dari lima pemimpin Muslim Golonga Syiah di Irak, dan berwibawa luar biasa di muslim golongan Syiah. Pemerintah semetnara Irak, berbagai golongan politik dan agama Irak semua mengupayakan sokongan Sistani. PBB juga sangat mementingkan pendapat Sistani dan melakukan konsultasi dengan dia mengenai masalah besar Irak. Bahkan pasukan Amerika untuk Irak juga tidak berani berbentrokan langsung dengannya. Sistani memainkan peranan penting dalam pembangunan kembali politik Irak dan penyelesaian urusan dalam negeri Irak. Dia pernah denga sukses mewujudkan gencatan senjata antara kekuatan bersenjata Sadr dengan pasukan Amerika.
Menurut berita, untuk memecahkan bentorkan Najaf, Sistani mengajukan tiga usul:pertama, segala pasukan luar negeri menarik dari Najaf dan daerah sekitarnya. Kedua, menarik semua senjata dari Najaf, ketiga, menghormati undang-undang bersangkutan, melarang segala senjata pribadi di kota suci.
Analis berpendapat, tiga usul Sistani tersebut tidak sulit diterima oleh Sadr. Sadr telah mengumumkan akan menarik diri dari Mesjid Ali dan menyerahkan hak pengontrolan kepada kantor Sistani. Penarikan kembali pasukan luar negeri selalu adalah permintaan Sadr. Penengahan Sistani bukan saja dapat melindungi Mesjid Ali, tapi juga dapat menyelamatkan Sadr. Meskipun pasukan Amerika dan pemerintah sementara Irak tidak memuaskan pada konsep tersebut, tapi terpaksa menuruti karena takut menimbulkan pertentangan besar massa golonga Syiah dan keluar dari jalan buntu. Sebenarnya dilaksankan politik tekanan tinggi oleh pasukan Amerika dan pemerintah sementara Irak bertujuan memaksakan Sadr menarik diri dari tanah suci, dan tidak mau memikul hasil serius karena kehancuran Mesjid Ali. Analis menunjukkan, penengahan pulang tanah air Sistani mungkin akan menimbulak perubahan kepada situasi Najaf yang serius.
|