Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-09-01 14:21:50    
Cagar Alam Khanas

cri

Kalau kita berbicara tentang Daerah Otonom Uigur Xinjiang yang terletak di Tiongkok bagian barat, dalam benak kita akan terlintas pemandangan padang pasir dan gurun gobi yang luas tak bertepi, buah anggur yang manis dan gadis Uigur yang cantik. Pada tahun-tahun belakangan ini, ada suatu tempat berpemandangan indah yang menarik minat semakin banyak wisatawan, itulah Khanas, di mana orang dapat bersatu dan hanyut dalam alam raya.

Khanas yang terletak di ujung utara Daerah Otonom Uigur Xinjiang berbatasan dengan Rusia, Khasakstan dan Mongolia. Bertolak dari Urumchi, ibukota Xinjiang dengan pesawat terbang ke Altai, lalu ganti dengan kendaraan mobil akan sampai ke Khanas dengan menempuh perjalanan selama 4 jam.

Ketika mobil memasuki daerah pegunungan yang tertutup pohon pinus dan terdengar bunyi air yang menderas, itu tanda anda sudah berada dalam pelukan Khanas. Cagar alam Khanas memiliki sebuah danau pegunungan tinggi, 1.374 meter dari permukaan laut, luasnya 46 kilometer persegi. Pemandangan dana Khanas sangat indah dengan menyinmpan berbagai macam sumber daya flora dan fauna yang berharga.

Pagi-pagi, ketika kami membuka pintu, angin sejuk dari gunung salju memasuki ruangan, membuat kami sedikit menggigil, padahal saat itu sedang musim panas di Xinjiang.

Membuang langkah di sebuah jalan yang terbuat dari papan kayu, sayup-sayup terdengar debur Sungai Khanas dari jauh diselingi kicau burung di hutan. Sedang di kejauhan tampak puncak bersalju putih gemerlapan ditimpa sinar matahari, dan hutan yang hijau rimbun bersanding dengan langit yang biru.

Tak lama kemudian, sampailah kami di tepi Danau Khanas. "Khanas" dalam bahasa Mongol berarti "Danau yang indah dan misterius". Li Dehua yang menemani kami mengatakan, daerah danau dari hulu sampai hilir sepanjang 24 kilometer, luas rata-rata 2 kilometer. Meski danau itu tidak luas, namun kapasitas penampungan airnya sangat besar, kira-kira mencapai 5 miliar meter kubik.

Ketika kami mendaki sampai ketinggian 2.000 meter lebih di atas permukaan laut, atau 600 meter lebih dari permukaan danau, kami tertegun oleh keindahan pemandangan Danau Khanas, air yang bening bagai cermin berkilau, awal putih berarak di langit yang biru dan pohon-pohon hijau terpantul bayangannya di danau. Sebentar melintas kapal cepat di permukaan danau, meninggalkan bekas lintasan yang putih dan panjang.

Di sebelah selatan Danau Khanas ada sebuah punjung yang dibangun untuk melihat ikan merah di danau. Seorang wisatawan mengatakan, ikan merah itu kepalanya saja sepanjang satu meter lebih, dan badannya 4 sampai 5 meter. Dulu, banyak sapi dan domba sering datang ke danau ini untuk minum air. Konon, pada suatu hari ada orang menyaksikan sapi dan domba yang sedang minum air di tepi danau itu diseret oleh ikan merah ke dalam danau. Ikan merah itu sejenis ikan air dalam, tergolong yang sangat langka.

Meski cerita wisatawan itu sangat menarik, namun kami merasa adalah suatu keberuntungan kalau dapat menyaksikan ikan merah.

Dari punjung kami selain dapat menikmati keindahan panorama danau, dapat pula menyaksikan kampung halaman para penggembala etnis Mongol dan Khasak. Beribu-ribu sapi dan domba tersebar di padang rumput bagai manikam bertaburan di atas permadani hijau, sedang rumah-rumah tenda berwarna putih bagai kotak menikam.

Turun dari punjung, kami bertamu ke rumah warga Tuwa, suatu cabang etnis Mongol yang jumlahnya sangat sedikit. Di Khanas bermukim sekitar 1.400 warga Tuwa. Khanas adalah kampung halaman mereka yang indah.

Dengan lagu yang dimainkan dengan instrumen khas, warga Tuwa menyambut tamu dari jauh untuk memperkenalkan Khanas.

Yeldexi yang berusia 67 tahun adalah satu-satunya orang yang bisa memainkan alat musik itu. Ia mengatakan, "Putra kedua saya sedang belajar meniup alat musik ini dari saya. Sudah hampir 4 tahun ia belajar dan akan selesai 3 tahun lagi. Mulai tahun depan, kami berdua akan memainkan instrumen ini bersama-sama."

Meninggalkan rumah kakek itu, berakhir pula tamasya kami di Khanas. Dalam perjalanan pulang, kami menyaksikan padang rumput yang hijau dan kawanan domba semakin jauh dari pandangan, namun air Danau Khanas yang bening dan puncak gunung yang megah serta alunan musik yang merdu tergores di benak menjadi ingatan yang tak akan pernah kami lupakan.