|
Sekretaris Komite Keamanan Nasional Tertinggi Iran Hassan Rowhani hari ini menuju Belanda, negara ketua bergilir Uni Eropa untuk melobi supaya diperjuangkan dukungan Uni Eropa pada masalah nuklir. Belum lama berselang, AS juga mengirim Wakil Menteri Luar Negeri John Bolton yang membidangi Urusan Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional berkunjung ke negara-negara Uni Eropa dengan tujuan membujuk mereka bersama dengan AS menghadapi ancaman Iran terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Opini Eropa menunjukkan, menjelang sidang Dewan Pengurus IAEA pertengahan bulan ini, akan dilangsungkan adu kekuatan diplomasi putaran baru mengenai masalah nuklir Iran.
Pada hari Rabu lalu, IAEA mengungkapkan sebuah laporan rahasia sepanjang 11 halaman yang memberikan pengakuan terhadap kerja sama Iran dengan penyelidikan badannya. Laporan mengakui, rupanya dapat dipercaya bahwa versi mengenai polusi uranium diperkaya yang ditemukan IAEA di wilayah Iran pada paro pertama tahun ini berasal dari sejumlah instalasi yang diimpor. Laporan mengungkapkan, pihak Iran membenarkan, Iran sejak bulan Juli lalu telah memulihkan pembangunan mesin sentrifugal untuk memperkaya uranium dan berencana mengolah uranium kasar 37 ton.
Pihak Iran menekankan, Iran tahun lalu menyetujui menghentikan untuk sementara rencana uranium yang diperkaya dan ini merupakan aksi inisyatif yang diambilnya untuk memperoleh kepercayaan masyarakat internasional. Akan tetapi mengekstrak uranium yang diperkaya itu adalah hak yang tak terampas bagi Iran dan rencana Iran tersebut sepenuhnya bertolak dari tujuan pemanfaatan secara damai tenaga nuklir.
Selama beberapa tahun ini, AS selalu menuduh Iran melalui pelaksanaan secara rahasia rencana nuklir mengupayakan pengembangan senjata pembunuh massal dan ini telah merupakan ganjalan bagi lapisan tinggi AS. Setelah digulingkannya rezim Saddam Irak, AS membidikkan sasaran utama yang harus dikekang di kawasan tersebut kepada Iran dan berulang kali mencoba menyerahkan masalah nuklir Iran kepada Dewan Keamanan PBB demi meratakan jalan bagi pengenaan sanksi terhadap Iran.
Dalam pertarungan antara AS dan Iran tersebut, negara-negara Uni Eropa merupakan sasaran yang hendak diperjuangkan kedua pihak. Pada bulan Oktober tahun lalu, para menteri luar negeri Inggeris, Perancis dan Jerman mengadakan kunjungan bersama ke Teheran dan telah menguasai hak dominan dalam menengahi masalah nuklir Iran. Ketiga negara itu telah memberikan sumbangannya kepada penyelesaian krisis nuklir Iran melalui cara konsultasi dalam kerangka IAEA bersama dengan negara-negara lain dengan tak menghiraukan tekanan berulang kali AS. Mereka berpendapat, kerja sama lebih unggul daripada konfrontasi, Konsultasi lebih baik daripada pemberian sanksi dan ancaman menggunakan kekuatan bersenjata, dan memperjuangkan kerja sama Iran adalah cara terbaik bagi penyelesaian masalah nuklir Iran.
Bersamaan dengan memberi pengakuan terhadap kerja sama Iran dengan IAEA, Inggeris, Perancis dan Jerman juga memberikan tekanan yang tertentu kepada Iran. Mereka berpendapat, kerja sama tersebut masih kurang menyeluruh, tepat waktu dan inisyatif, sementara mengkritik Iran dalam pernyataannya mengenai masalah nuklir bulan Oktober lalu itu dengan sengaja tidak memasukkan rincian penting tentang komponen dan peta perancangan mesin sentrifugal P2 yang dipergunakan untuk memproduksi uranium yang diperkaya. Mengenai kegiatan Iran untuk mencoba memulihkan diperkayanya uranium, mereka berpendapat, Iran telah ingkar akan janjinya, dan menegaskan kembali asalkan Iran dapat membuktikan rencana nuklirnya untuk tujuan damai, mereka akan membantu Iran memperoleh teknologi nuklir dan menyediakan bahan nuklir yang dibutuhkannya. Sejumlah surat kabar Eropa berpendapat, ketiga negara itu kini semakin tidak sabar terhadap Iran yang belum dapat memenuhi tuntutan IAEA dan sikapnya juga semakin keras.
Akan tetapi, secara keseluruhan, ketiga negara itu menentang secara sembrono mengambil kesimpulan mengenai masalah nuklir Iran sebelum dijelaskan sepenuhnya semua hal yang diragukan.
Analis berpendapat, dalam keadaan sekarang, sidang Dewan Pengurus IAEA yang akan dibuka tanggal 13 bulan ini sangat kemungkinan seperti yang sudah-sudah akan menerima baik sebuah resolusi yang mengakui sementara mengkritik Iran. Untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran rupa-rupanya masih membutuhkan waktu.
|