Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-09-14 16:26:45    
Dewa Yanti

cri

Alkisah pada zaman dahulu kala, muncullah di dunia ini seorang dewa bernama Yanti. Dewa Yanti yang juga disebut Dewa Matahari menguasai kawasan Tiongkok Selatan bersama-sama dengan Dewa Api yang bernama Zu Rong.

Dewa Yanti atau Dewa Matahari adalah Dewa yang maha pengasih. Ketika dia muncul di dunia ini, umat manusia telah berkembang biak di bumi raya ini, sehingga makanan di dunia tidak mencukupi lagi, karena itu Dewa Yanti yang maha pengasih mengajarkan umat manusia bagaimana menenam padi-padian dan mendapatkan alat-alat hidup dengan kerjanya sendiri. Ketika itu, umat manusia bekerja bersama, bergotong royong, tidak kenal budak atau tuan budak. Hasil yang di panen dibagi rata. Hubungan mereka satu sama lain akrab seperti saudara sendiri. Dewa Yanti juga memancarkan sinar matahari dengan secukupnya, sehingga padi-padian tumbuh dengan subur, dan sejak itu, umat manusia tidak kurang sandang dan tidak kurang pangan lagi. Berkat jasanya itulah, maka Dewa Yanti juga disebut Dewa Padi oleh umat manusia. Diceritakan Dewa Padi berkepala sapi dan bertubuh manusia. Disebut berkapala sapi mungkin tidak terlepas dari jasanya di bidang pertanian dalam membantu kaum tani selama ribuan tahun seperti sapi.

Dewa Yanti juga disebut Dewa Kedokteran. Ini juga tidak sulit dipahami karena matahari adalah sumber kesehatan. Untuk membuat ramuan obat, Dewa Yanti atau Dewa Kedokteran itu telah menebah-nebah berbagai macam obat-obatan rumput sehingga keluarlah khasiat obat-obatan itu, baik yang bersifat panas maupun yang bersifat dingin, baik yang beracun maupun yang tidak. Sebelum digunakan untuk mengobati orang, obat-obatan itu dicoba dulu oleh Dewa Kedokteran sendiri. Kadang kala ia keracunan juga sampai dua belas kali sehari karena mencoba-coba makan ramuan obat-obatan itu. Untunglah Dewa Kedokteran bertubuh tembus pandang, sehingga isi perutnya dapat dilihat dari luar. Karena itu meskipun keracunan, ia dapat menawarkannya setelah mengetahui bagian isi perut mana yang keracunan.

Cerita lain mengatakan, Dewa Kedokteran akhirnya mati juga karena mencoba makan semacam obat yang dinamakan rumput pemutus usus. Rumput ini telah memutuskan ususnya sehingga tidak tertolong lagi nyawanya.

Cerita lain lagi mengatakan dia telah mencoba makan kelabang. Kelabang itu lalu berkembang biak di perutnya sehingga merenggutnya akhirnya.

Dongeng tentang Dewa Kedokteran ini memang banyak sekali versinya, tetapi yang pasti ia telah berjasa banyak kepada umat manusia sehingga disebarluaskan di kalangan rakyat Tiongkok jasanya itu.