|
Dalam putaran baru gelombang serangan kekerasan di Irak pada masa akhir-akhir ini, peledakan bom mobil yang terjadi pusat kota Baghdad kemarin dan peristiwa kekerasan yang terjadi di kota-kota lain di bagian tengah dan utara Irak kemarin telah mengakibatkan lebih 70 orang Irak tewas dan 136 orang lainnya cedera. Tentara Amerika di Irak juga mengalami serangan dengan seorang tewas dan 5 orang lainnya luka-luka, dengan demikian, jumlah korban tentara Amerika dalam perang di Irak meningkat sampai 1.012 orang. Selain itu, pipa minyak di dua tempat bagian utara Irak dirusak sehingga ekspor minyak dari bagian utara Irak terputus.
Sekitar jam 10 kemarin pagi, di sebuah pusat perekrutan polisi kota Baghdad terjadi peledakan bom mobil dengan mengakibatkan sejumlah besar korban tewas dan cedera. Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan pemerintah sementara Irak membenarkan, peletakan itu mengakibatkan sedikitnya 47 orang tewas dan 114 orang lainnya cedera. Pihak kepolisian Irak menyatakan, serangan kali ini ditujukan kepada polisi Irak. 50 meter dari pusat perekrutan adalah kantor polisi yang utama di kota Bagdad. Menteri Dalam Negeri pemerintah sementara Irak, Falah Al-Najib segera datang ke tempat terjadinya peledakan. Ia mengecam kelompok bersenjata asing sebagai pelaku peristiwa peledakan itu yang bertujuan menghancurkan Irak.
Tidak sampai dua jam setelah peletakan dahsyat di Baghdad itu, seuah mobil yang ditumpangi polisi Irak disergap di kota Baquba sebelah utara Baghdad. 13 orang dalam mobil itu tewas seluruhnya, di antaranya 12 orang polisi. Organisasi Tawhid Wal Jihad yang dipimpin tokoh nomor tiga Al-Qaeda, Abu Mussab Al-Zarqawi melalui situs internet menyatakan bertanggung jawab atas peristiwa penyerangan polisi di kota-kota Baghdad dan Baquba. Organisasi itu kini telah mrencanakan dan melakukan berkali-kali aksi serangan terhadap pejabat pemerintah sementara dan polisi Irak. Zarqawi sekali lagi mengeluarkan ancaman maut kepada Perdana Menteri pemerintah sementara Irak, Iyad Allawi.
Para analis berpendapat, terjadinya terus menerus peristiwa serangan kekerasan di Irak pada masa akhir-akhir ini terutama disebabkan dua faktor: pertama, tentara Amerika dan polisi Irak baru-baru ini mengintensifkan penindasan militer terhadap kekuatan bersenjatan anti Amerika, sehingga konflik bersenjata di dalam wilayah Irak meningkat. Khususnya kepuangan dan pemboman tentara Amerika terhadap kota Falujah dan kota Tall Afar telah mengakibatkan jatuhnya sejumlah besar korban di kalangan penduduk sipil, dan puhan ribu orang terpaksa meninggalkan kampung halamannya. Hal ini telah membangkitkan kekuatan bersenjata anti Amerika untuk melancarkan serangan balas dendam; Kedua, menjelang pemilihan presiden Amerika pada bulan November mendatang dan pemilihan umum di Irak bulan Januari tahun depan, kekuatan bersenjata anti Amerika akan melakukan lebih banyak peledakan dan serangan untuk memperhebat kegoncangan situasi di Irak guna membuktikan kegagalan Amerika di Irak, dan menghalangi proses pembangunan kembali Irak.
Menghadapi kekacauan situasi di Irak, sejumlah ahli politik luar negeri dan strategi Amerika kemarin menunjukkan, Amerika harus menurunkan harapan akan keberhasilannya di Irak, dan mengartikan kembali konotasi keberhasilannya di Irak. Sejumlah ahli berpendapat, Amerika boleh menganggap telah berhasil di Irak asal situasi di negeri itu tidak memburuk terus dan asal tentara dan polisi Irak yang dilatih Amerika dapat menggantikan pasukan multi nasional dalam waktu dua sampai tiga tahun mendatang. Namun, ini nyata sekali sangat jauh dari target pemerintah Bush Amerika yang merencanakan untuk mengubah Irak menjadi contoh demokrasi di Timur Tengah.
|