Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-10-07 11:38:58    
Kota Kuno Lijiang

cri
Kota Lijiang terletak di Propinsi Yunnan, Tiongkok Barat Daya. Dari awal pembangunannya, Kota Lijiang sudah menunjukkan keistimewaannya yang berbeda dengan kota-kota lain di pedalaman Tiongkok. Di Kota Lijiang tidak terlihat tembok dan gerbang yang tinggi besar, di dalam kota juga tidak terdapat jalan-jalan yang teratur rapi. Di Kota Lijiang hanya terlihat bangunan dan jalan yang sebagaimana adanya dan adat istiadat istimewa. Dan kesemua ini merupakan alasan terbaik Bagi Kota Lijiang tercantum dalam Daftar Warisan Budaya Dunia.

Kota kuno Lijiang mulai dibangun pada akhir abad ke-12. Kota ini terletak di dataran tinggi 2400 meter di atas permukaan laut dengan luasnya mencapai 4 kilometer persegi. Di Kota Lijiang terdapat belasan etnis, antara lain, Naxi, Susu, Pumi, Han, Bai, Yi dan Tibet. Di antaranya jumlah penduduk etnis Naxi kira-kira menempati 70%.

"Kota air dan air kota" adalah ciri khas kota kuno Lijiang. Danau Heilongtan di sebelah utara kota adalah sumber utama air kota Lijiang. Air Heilongtan mengalir dari utara ke selatan dengan berliku-liku dan setelah memasuki kota, air itu melahirkan banyak anak sungai yang tak terbilang banyaknya yang mengalir berbelok-belok menelusuri tembok rumah atau menyeberangi jalan-jalan dan lorong kecil. Dengan demikian, di dalam kota itu terbentuklah pemandangan jaringan air yang mengalir melintas dan menembus jalan, lorong dan gedung. Di atas jaringan air itu, terdapat 354 buah jembatan batu dan jembatan kayu yang aneka ragam. Banyaknya jembatan di kota kuno itu tak ada taranya di Tiongkok.

Etnis Nanxi sejak dahulu kala menciptakan kebudayaannya yang unik, yaitu Kebudayaan Dongba yang mendapat namanya karena tersimpan di dalam Agama Dongba etnis Naxi. Kebudayaan Dongba terutama terdiri dari huruf Dongba, Kitab Dongba, Lukisan Dongba, Musik Dongba, Tarian Dongba dan aneka ragam upacara ritual.

Huruf Dongba adalah aksara piktografis dan terdiri dari 1400 huruf yang dipakai sampai sekarang, sehingga Huruf Dongba dijuluki sebagai satu-satunya akasa piktografis yang masih hidup di dunia, dan dianggap sebagai warisan budaya berharga seluruh umat manusia. Huruf Dongba menarik perhatian kalangan ilmu internasional pada tahun 1970-an dan penelitinya sekarang banyak sekali.

Kitab Dongba adalah buku agama yang ditulis dengan huruf Dongba. Sekarang jumlahnya kira-kira 40 ribu jilid. Buku itu selain disimpan di Tiongkok, juga terdapat di Amerika, Inggris dan Prancis. Di antaranya, di Perpustakaan Kongres Amerika dan Perpustakaan Universitas Harvard terdapat 4000 jilid.

Kitab Dongba sangat kaya isinya, merupakan bahan berharga bagi penelitian pikiran filsafat, agama dan adat istiadat, sosial, sejarah, etika, hubungan antar etnis, kesusastraan, kesenian dan bahasa zaman kuno etnis Naxi.

Lukisan Dongba secara kasar terbagi menjadi tiga macam, yaitu Lukisan Papan, Lukisan Kertas dan Lukisan Gulungan. Di antaranya, Lukisan Gulungan paling terkenal. Lukisan Peta Jalan Dewa adalah karya representatif Lukisan Dongba. Panjangnya 14 meter dan isinya terbagi menjadi tiga alinea, yang masing-masing melukiskan surga, dunia manusia dan neraka. Di lukisan itu terdapat 400 lebih tokoh, dewa, Budha, setan dan binatang. Lukisan itu bergaya kasar, sederhana dan menarik.

Musik Dongba juga disebut sebagai Musik Lijiang Dongjing dan berasal dari musik Agama Dao etnis Han yang hidup di bagian tengah Tiongkok. Pada pertengahan abad ke-15, musik etnis Han itu diimpor oleh etnis Naxi dan berangsur-angsur menjadi musik klasik khas etnis Naxi dan dijuluki sebagai "fosil hidup" musik.

Upacara ritual Dongba mempunyai 50 lebih macam, di antaranya upacara sembahyang langit, sembahyang angin dan sembahyang panjang umur adalah tiga upacara yang berskala besar.

Kota Kuno Lijiang sudah mempunyai sejarah selama 800 tahun lebih. Jaringan jalan yang tak teratur di dalam kota serta bangunan yang dibangun mengikuti jalannya geografi menambah daya hidup dan keharmonisan bagi kota tersebut. Gaya kota itu sangat langka di antara kota-kota kuno Tiongkok. Penduduk etnis Naxi beserta etnis-etnis lainnya menciptakan kebudayaan yang cemerlang, yang tercermin pada jalan-jalan, gapura, sungai, jembatan maupun perumahan, semuanya memperlihatkan etika kebudayaan dan etika kesenian etnis Naxi, memanifestasikan isi mendalam sejarah dan kebudayaan.

Tahun 1997, kota kuno Lijiang tercantum sebagai warisan budaya dunia. Menurut ahli Komisi Penilaian Warisan Dunia, kota kuno Lijiang adalah tempat permukiman padat etnis-etnis minoritas yang mempunyai arti penting. Kota itu memberikan bahan berharga bagi penelitian sejarah pembangunan kota dan sejarah perkembangan etnis umat manusia, merupakan warisan budaya yang berharga, sekaligus kekayaan Tiongkok bahkan dunia.