Menteri Luar Negeri Jepang, Nobutaka Michimura, kemarin di depan upacara pembukaan Konferensi Bantuan Internasional Bagi Pembangunan Kembali Irak Ke-3 yang digelar di Tokyo mengumumkan, Jepang melalui Yayasan Kredit Irak menyediakan bantuan sebanyak 40 juta dolar Amerika, untuk membantu Irak merampungkan pemilihan Dewan Nasional yang akan diadakan Januari tahun depan. Opini mencatat, di antara dana bantuan yang sudah dijanjikan kepada Irak, jumlah yang disediakan oleh Jepang terbesar dibandingkan di antara lainnya. Jadi, apa sebabnya Jepang begitu ringan tangan dalam masalah memberikan bantuan kepada Irak.
Analis berpendapat, Jepang berbuat demikian terutama karena 3 sebab sebagai berikut.
Pertama, memperoleh keuntungan bagi dirinya untuk menjadi negara besar politik. Sebagai negara besar ekonomi nomor dua di dunia, Jepang selalu mengupayakan dirinya menjadi negara besar politik, di antaranya menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB merupakan suatu target kongkrit. Dalam sidang Majelis Umum PBB bulan lalu, Perdana Menteri Jepang, Junichiro Koizumi, menyatakan keinginan keras Jepang untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan. Ia berpendapat, Jepang telah memikul 19,5% iuran PBB, dan banyak memberi sumbangan dalam pembangunan kembali Afghanistan dan Irak pasca perang. Koizumi berjanji akan menyediakan bantuan kepada pembangunan kembali Irak sejumlah 5 miliar dolar Amerika, sehingga peranan Jepang di dunia internasional menjadi semakin penting. Oleh karena itu, Jepang memiliki kualifikasi penuh untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan. Dikabarkan, Konperensi Bantuan Internasional untuk Pembangunan Kembali Irak memilih tempatnya di Jepang justru karena permintaan Jepang. Sudah jelas, Jepang dengan aktif memberi bantuan keuangan kepada Irak dengan tujuan menjadi anggota tetap Dewan Keamanan, dan memperoleh lebih banyak keuntungan untuk mewujudkan negara besar politik. Pada kenyataannya, Jepang sudah menerobos pembatasan Undang-Undang Dasar Perdamaian Jepang tentang pengiriman tentaranya ke luar negeri, dengan memanfaatkan kesempatan perang Irak, mengirim tentaranya ke Irak atas nama pemeliharaan perdamaian. Sejak Perang Dunia Kedua, Jepang untuk pertama kalinya mengirim pasukan bela dirinya ke luar negeri.
Kedua, bertolak dari kebutuhan pemeliharaan hubungannya dengan AS. Jepang selalu membuntuti Amerika di bidang politik, dan tunduk kepada kekbutuhan strategis Amerika di bidang diplomasi. Sikap, keputusan, dan tindakan yang diambil Jepang sepenuhnya sesuai dengan sikap Amerika. Dalam masalah Irak, Jepang sepenuhnya bertindak sama dengan Amerika, demi menyenangkan Amerika. Ketika mengadakan pembicaraan dengan Penjabat Sekretaris Jenderal Partai Liberal Demokrat Jepang Shinzo Abe kemarin, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Richard Armitage menyatakan, di antara negara yang mengajukan permohonan menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Amerika hanya mendukung Jepang.
Ketiga, Jepang aktif menyediakan bantuan kepada Irak, pertimbangan di bidang minyak tidak dapat dikesampingkan. Jepang adalah negara yang sangat kekurangan sumber minyak, kira-kira 90% minyak diimpor. Jumlah pengausan energi internasional, khususnya minyak kian meningkat dan harga minyak naik terus seperti sekarang ini, menjamin pasokan minyak yang stabil adalah amat penting bagi Jepang. Sedangkan Irak adalah salah satu negeri produksen minyak dan pengekspor minyak yang paling penting, walaupun situasi dewasa ini belkum stabil, ekspor minyaknya masih terputus-putus, tetapi ditinjau dari jangka panjang, situasi di Irak pada akhirnya akan mereda kembali, ekspor minyak juga akan pulih kembali dan normal secara berangsur-angsur. Jepang mungkin bertolak dari pertimbangan tersebut, melakukan persiapan lebih dini, dengan bantuannya sebagai investasinya, Jepang berharap selanjutnya akan memperoleh balasan yang melimpah.
Oleh karena itu, analis berpendapat, walaupun kelihatannya bantuan Jepang bertujuan membantu pembangunan kembali Irak, namun pada kenyataannya adalah untuk merealisasi tujuannya sendiri dalam batas lebih besar.
|