Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-10-14 21:51:33    
Asal Usul Panggilan "Naga"

cri

Orang Tionghoa selalu menyebut dirinya sebagai generasi Naga. Sebutan itu konon berasal dari dongeng dan totem zaman dahulu kala.
Konon, sebelum Huang Di berhasil menyatukan bagian tengah Tiongkok, totemnya adalah beruang. Setelah mengalahkan Chiyou dan menyatukan Tiongkok, Huang Di mengambil keputusan untuk melepaskan totem lama dan mulai menyembah totem baru, yaitu totem naga, yang terdiri dari bagian kepala totem beruang dan badan ular. Padahal, totem naga merupakan kombinasi totem yang diwariskan dari garis patrilineal dan garis matrilineal. Munculnya gambar naga itu sendiri mencerminkan sejarah perkembangan bangsa Tionghoa dan proses bergabungnya rakyat antara berbagai etnis.

Kemudian, figur naga yang melambangkan bangsa Tionghoa itu mulai diterapkan dalam aneka ragam corak dan berangsur-angsur membentuk huruf Kanji. Huruf "naga" juga terdapat tulisan pada batok kura-kura atau tulang binatang yang ditemukan di Petilasan Yin. Corak bergambar naga juga terlihat di pecahan tembikar zaman dahulu kala. Belum lama berselang, para arkeolog menemukan dua pecahan tembikar dengan corak naga di petilasan zaman kuno di Propinsi Liaoning, Tiongkok Timur Laut. Dua gambar naga itu berbeda, satu berbentuk naga terbang, dan satu lagi berbentuk naga yang bercokol. Kedua gambar itu kelihatannya hidup dengan sisiknya sangat jelas.

Setelah naga menjadi totem nenek moyang bangsa Tionghoa, bangsa Tionghoa pun berhubungan erat dengan naga, sehingga di kalangan rakyat muncul banyak dongeng tentang kelahiran nenek moyang bangsa Tionghoa, antara lain, Yan Di, Huang Di dan Yao oleh tiga wanita, yaitu Deng, Fubao dan Qingdu setelah mengharukan "naga" dengan kisah-kisahnya. Dengan demikian, nenek moyang bangsa Tioghoa menurut dongeng adalah generasi "naga", maka anak cucu bangsa Tionghoa tentu saja adalah generasi naga.