|
Kemarin pagi, dari semua masjid di distrik Kota Ramallah terdengar umat Muslim membaca Kuran. Ini adalah adat istiadat agama Islam mendoakan orang yang meninggal. Kumandang doa itu melalui alat pengeras suara memecahkan kesunyian di pagi hari, berita sedih wafatnya Yasser Arafat yang dijuluki Jiwa Bangsa Palestina dari Rumah Sakit Militer Percy, Paris pada pukul 3:30 kemarin pagi telah menyebar ke segala pelosok kota tersebut.
Abdel Naser yang tergesa-gesa menuju kantor kepresidenan Ramallah dengan terisak-isak mengatakan kepada wartawan, "Berita sedih wafatnya Abu Omar memberikan pukulan berat kepada saya." Abu Omar adalah nama Yasser Arafat, yang biasa digunakan oleh rakyat biasa untuk menyapanya. Mereka menganggap panggilan Arafat kurang dekat, menunjukkan hubungan satu sama lain agak renggang. Seorang pemuda lainnya bernama Mohammed Wayleh berpendapat, meninggalnya Arafat merupakan malapetaka bagi rakyat Palestina, dan kerugian yang tidak dapat ditebus bagi seluruh dunia Arab dan Islam.
Hampir di setiap pelosok Ramallah, wartawan dapat merasakan kepedihan rakyat jelata Palestina, tidak sedikit massa terisak-isak begitu menyebut Arafat.
Pihak resmi Palestina kemarin mengumumkan hari berkabung selama 40 hari untuk Arafat, dan berkomitmen untuk meneruskan usaha Arafat yang belum terselesaikan, sementara menetapkan mengadakan pemilihan umum dalam batas waktu 60 hari menurut penetapan undang-undang, yang akan menghasilkan ketua baru Badan Otoritas Nasional Palestina.
Yang paling dipedulikan massa Palestina sekarang ialah sebab meninggalnya Arafat dan tempat dikebumikannya Arafat, dengan urgen mengharapkan pihak resmi Palestina menjernihkan kedua hal tersebut.
Malam hari, di dalam kepresidenan Ramallah, pekerja bangunan sedang sibuk menggali kuburan. Sedangkan di luar gedung tersebut, jumlah pengunjuk rasa semakin banyak, ribuan orang memadati jalan-jalan yang menuju pintu kepresidenan. Pengunjuk rasa sambil menyerukan yel-yel, sambil mencoba menyerbu masuk kantor presiden. Walaupun mayoritas pengunjuk rasa mulai bubar pada tengah malam, dan keadaan setempat tetap terkontrol. Akan tetapi, menghadapi keadaan pelik itu, umum mengkhawatirkan apakah pihak kepolisian dan pasukan keamanan Palestina dapat menghadang pengunjuk rasa yang mungkin merebut peti, agar Arafat dapat secepatnya dikebumikan.
|