Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-11-22 11:56:30    
Korsel Gelar "Diplomasi Nuklir"

cri

Delegasi pemerintah Korea Selatan yang terdiri dari pakar keamanan, diplomatik, iptek dan teknologi nuklir Korea Selatan kemarin berangkat ke markas besar Badan Tenaga Atom Internasional IAEA di Wina. Sekarang tidak tinggal banyak waktu lagi dari dibuatnya kesimpulan resmi oleh IAEA mengenai uji coba bahan nuklir Korea Selatan, maka "Diplomasi Nuklir" pemerintah Korea Selatan untuk menghindarkan diserahkannya masalah tersebut kepada Dewan Keamanan PBB telah mamasuki tahap hitung balik waktu.

Ketua delegasi Korea Selatan diketuai Deputi Menteri Luar Negeri Dan Perdagangan Choi Young Jin yang pernah memangku jabatan Duta Besar Kerea Selatan untuk Australia selama beberapa tahun, dan mewakili Korea Selatan beberapa kali menghadiri Sidang Dewan Pengurus IAEA. Sebelum keberangkatan ke Wina kali ini, Choi Young Jin juga pernah menuju Washington untuk membahas masalah nuklir Korsel dengan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika John Bolton yang membidangi urusan pengontrolan militer dan keamanan internasional. Pejabat-pejabat senior Dewan Keamanan Negara Korea Selatan dan Wakil Perdana Menteri Oh Myung yang juga Menteri Iptek dengan maksud yang sama dengan Choi Young Jin berangkat ke Amerika dalam waktu dekat. Beberapa hari lalu, Oh Myung juga mengadakan kunjungan ke Jepang dan Austria dengan maksud yang sama itu.

Sebab langsung pemerintah Korea Selatan sedapat mungkin mengadakan "Diplomasi Nuklir" adalah kecurigaan yang timbul gara-gara masalah uji coba nuklir masih belum dijelaskan sepenuhnya melalui pemeriksaan IAEA. IAEA pernah tiga kali mengadakan pemeriksaan terhadap Korea Selatan setelah awal September Korea Selatan secara terbuka mengakui bahwa ilmuwan Korsel pernah mengadakan uji coba mengekstrak Plutonium dan memperkaya Uranium masing-masing pada tahun 1982 dan 2000.

Menurut laporan tanggal 12 bulan ini, anggota-anggota Dewan Pengurus IAEA mungkin akan mengambil tiga pilihan di depan sidang tanggal 25 bulan ini, antara lain, pertama, mengakhiri pemeriksaan; kedua, memeriksa kembali dan terus membahas masalah itu dalam IAEA; ketiga, menyerahkan masalah itu kepada Dewan Keamanan PBB.

Dalam keadaan tersebut, sikap anggota-anggota Dewan Pengurus IAEA menjadi sangat penting. Namun, banyak indikasi menunjukkan situasinya tidak optimistis. Meskipun pemerintah Ameirka pernah menyatakan percobaan nuklir Korea Selatan hanya adalah percobaan ilmiah, tapi Deputi Menteri Luar Negeri Amerika Bolton untuk urusan terkait antara Amerika dan IAEA baru-baru ini menyatakan kepada pejabat-pejabat Korea Selatan, dapat mempertimbangkan menyerahkan masalah tersebut kepada Dewan Keamanan PBB untuk menyatakan Korea Selatan tidak bersalah. Analis secara merata berpendapat, sebab Bolton menjadikan Korea Selatan sebagai contoh adalah untuk menyatakan keadilan pemerintah Amerika dalam menangani masalah non-proliferasi nuklir internasional, lalu melayani Korea Utara dan Iran. Lebih-lebih setelah masalah uji coba nuklir Korea Selatan diumumkan, Korea Utara pernah mengecam Amerika melaksanakan stantar ganda pada masalah nuklir Korea Utara dan Korea Selatan. Sikap anggota-anggota lain juga patut mengundang perhatian.

Analis dari berbagai pihak berpendapat secara merata, bahwa meskipun masalah uji coba bahan nuklir Korea Selatan diserahkan kepada Dewan Keamanan PBB, tidak akan dijatuhkan sanksi karena sifatnya. Pemerintah Korea Selatan dengan sekuat tenaga melakukan "Diplomatik Nuklir" dengan tujuan utama mengurangi dampak negatif Korea Selatan mengenai masalah transparansi nuklir ke taraf terendah. Namun, yang lebih mengecewakan yalah, biar pun keputusan apa akan diambil dalam Sidang Dewan Pengurus IAEA tanggal 25 mendatang, masalah itu akan mendatangkan variabel baru kepada Pembicaraan 6 Pihak mengenai Masalah Nuklir Semenanjung Korea.