Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-11-22 17:06:54    
Sebuah Hotel Yang Dibuka Oleh Seorang Etnis Tibet

cri

Di Kabupaten Xiahe Provinsi Gansu Tiongkok barat laut terdapat sebuah kuil Buddha Tibet yang terkenal bernama Labuleng. Dengan pemandangan alamnya yang indah permai dan suasana budaya Buddha Tibet yang kental Kuil Lapuleng menarik wisatawan manca negara datang berkunjung. Mereka yang datang berkunjung di situ suka memilih penginapan di sebuah hotel yang bernama Hotel Huaqiao, karena hotel itu direkomendasi dalam buku panduan bertamasya di Tiongkok yang disusun warga asing. Nah saudara pendengar, dalam acara kali ini kami ajak Anda berkenalan dengan pemilik hotel tersebut.

Pemilik hotel itu adalah seorang etnis Tibet warga negara Nepal yang bernama Zirenlosan. Zirenlosan yang berusia kurang lebih 40 tahun itu tampak ramah. Mukanya bundar, kulit kehitam-hitaman dan bermata besar sangat mirip dengan patung Buddha.

Hotel Huaqiao yang dibukanya itu berlokasi di jalan yang paling ramai di Kabupaten Xiahe, hanya 500 meter dari Kuil Labuleng. Ciri-ciri pelayanan hotel itu justru cocok dengan selera turis asing, khususnya wisatawan swadaya. Pelayanan hotel itu termasuk menyewakan sepeda, cuci pakaian, akses internet, pelayanan pemandu, makanan barat dan lain sebagainya. Kamar hotel sebagian besar adalah kamar standar, tapi kalau mau hemat uang, ada juga kamar tunggal.

Waktu meliput di hotel itu, banyak wisatawan asing sedang menyantap sarapan di restoran, wartawan kami bercakap-cakap sembarang saja dengan beberapa tamu yang berasal dari berbagai tempat di dunia.

" Saya datang dari Australia," "Saya berasal dari Amerika". " Saya dari Belgia." " Kami ketahui hotel itu dari buku panduan bertamasya di Tiongkok. Pelayanan hotel ini baik dan leluasa, lagi pula masakannya sedap".

Dari tamu-tamu yang memenuhi restoran bisa mengetahui larisnya hotel itu. Setelah bercakap dengan wisatawan asing, wartawan kami mengetahui, hotel itu disambut baik salah satu sebabnya ialah pelayan hotel itu semua bisa berbahasa Mandarin, Inggris dan Tibet, maka sangat lancar dalam komunikasi.

Pemilik hotel itu Zirenlosan menerangkan, hotel itu dibuka oleh ayahnya Ganjialosan. Ayahnya Ganjialosan yang lahir di Kabupaten Xiahe adalah seorang perantau etnis Tibet Tiongkok yang kembali dari luar negeri. Dulu ia pernah mengadakan berdagang kain di antara Chengdu, Lhasa dan India. Setelah mempunyai tabungan uang, ia mengambil keputusan untuk kembali ke kampung halaman dan berbuat sesuatu untuk pembangunan kampung halamannya sendiri. Zirenlosan menerangkan:

" Ayah saya adalah perantau etnis Tibet pertama yang kembali dari luar negeri. Setelah kembali ia mendapat bantuan pemerintah setempat dengan diberikan sebidang tanah yang sangat baik lokasinya di kota kabupaten. Setelah dipertimbangkan, ayah saya membuka sebuah hotel di lokasi itu. Dikatakannya, membuka hotel dapat menerima lebih banyak tamu asing."

Dengan demikian, pada tahun 1981, sebuah hotel telah dibuka di sebelah Kuil Lapuleng.Waktu itu industri pariwisata Tiongkok tidak berkembang, bisnis hotel Ganjialosan juga tidak begitu laku, tetapi ia tetap mempertahankannya. Ia tidak mau lagi hidup di luar negeri, dan menetap di Kabupaten Xiahe serta mendapat pula kewarganegaraan Tiongkok.

Pada tahun 1993, ayahnya meninggal dunia, kemudian hotel itu diwariskan kepada Zirenlosan. Dengan berupaya terus menerus, hotel Zirenlosan menjadi semakin laris sejalan dengan terus bertambahnya wisatawan yang datang mengunjungi Kuil Labuleng dan mendapat nama di kalangan turis asing.

Sekarang Zirenlosan sekeluarga menetap di Tiongkok. Istrinya warga negara Nepal mengusahakan hotel itu bersama dengannya. Dikatakannya ia mendukung suaminya mengembangkan usaha di Tiongkok dan ia merasa puas atas kehidupannya di Tiongkok.

Dikatakannya: " Suami saya giat bekerja, hotel kami juga mempunyai cirinya sendiri. Pemerintah setempat memberikan bantuan kepada kami, waktu kami mengalami kesulitan."

Dua anak, seorang putra dan seorang putri Zirenlosan sekarang belajar di sekolah internasional di Kota Chengdu. Zirenlosan ingin mereka belajar di Tiongkok karena mengharapkan mereka menerima pendidikan Tiongkok sejak kecil dan mencintai Tiongkok.

Keluarga Zirenlosan hidup sederhana. Seperti penduduk Tibet biasa ia beragama Buddha Tibet. Setiap pagi pukul 6 ia beribadah cakradarma di Kuil Labuleng yang tak jauh dari rumahnya. Ia mengatakan, sekarang hidupnya baik dan sangat bebas baik dalam agama maupun dalam usaha.

Kepala Bagian untuk urusan perantau Tionghoa kabupaten Xiahe menerangkan, pemerintah memberikan banyak bantuan dan kebijakan preferensial kepada para perantau Tionghua yang kembali ke tanah air.

Dikatakannya, sekarang serentetan masalah perantau Tiongkok setelah kembali ke tanah air antara lain prosedur penetapan, penempatan kerja, pendidikan anak-anak dan lain-lain diselesaikan dengan prioritas.

Zirenlosan berencana memperbesar usahanya dengan bantuan dan dukungan pemerintah setempat. Ia akan membuka sebuah perusahaan perjalanan dan menyelenggarakan sebuah sekolah bahasa Inggris. Sementara itu ia akan mendanai sebuah panti werda dan memberikan sumbangan uang kepada Kuil Lapuleng, dengan demikian membalas budi terhadap masyarakat.

Zirenlosan mengatakan, sekarang Tiongkok berkembang pesat dan mempunyai banyak peluang perkembangan.Oleh karena itu setiap tahun terdapat banyak warga Tibet di luar negeri kembali ke tanah air untuk mencari peluang perkembangan. Sekarang keinginan terbesarnya adalah memperoleh kewarganegaraan Tiongkok.