Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-11-25 13:57:17    
Gunung Wudang

cri

Gunung Wudang adalah salah satu gunung Tiongkok yang terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah dan kelompok bangunan zaman kuno dalam jumlah banyak. Tahun 1994, obyek wisata Gunung Wudang dicantumkan dalam Daftar Warisan Dunia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Unesco PBB.

Gunung Wudang terletak di Kota Shiyan bagian utara Propinsi Hubei, Tiongkok Selatan. Pegunungan Wudang membentang sepanjang 400 kilometer dan tampaknya sangat megah. Di obyek wisata pegunungan itu terdapat 72 puncak. Yang mengagumkan ialah, 71 dari 72 puncak itu miring ke arah puncak utama, yaitu Puncak Pilar Langit sehingga pemandangannya luar biasa.

Pemandangan alam Gunung Wudang indah sekali. Perbedaan pegunungan ini daripada pegunungan lainnya ialah di pegunungan Wudang terdapat banyak bangunan zaman kuno, antara lain, kelompok bangunan kuil agama Dao, yang skalanya paling besar di Tiongkok.

Kelompok bangunan kuil agama Dao di Gunung Wudang mulai dibangun pada abad ke-7 dan mencapai puncaknya pada masa Dinasti Ming abad ke-15. Menurut catatan sejarah, Kaisar Zhuli yang berkuasa pada waktu itu menganut agama Daodan menyebut kedudukannya sebagai kaisar itu berdasarkan mandat dari Mahakaisar Zhenwu, pencipta agama Dao. Mahakaisar Zhen Wu dalam agama Dao konon justru bermarkas besar di Gunung Wudang. Maka setelah diselesaikannya pembangunan Kota Terlarang (Istana Kekaisaran) dan Kuil Langit yang merupakan proyek-proyek berskala besar, yaitu pada tahun 1412, Kaisar Zhuli memerintahkan tukang dan buruh sebanyak 300 ribu orang supaya kedua proyek itu dipindahkan ke Pegunungan Wudang untuk membangun kelompok bangunan agama Dao di sana. Pembangunan di Pegunungan Wudang itu berlangsung selama 13 tahun hingga selesai. Pembangunan yang bersakala begitu besar adalah tiada taranya dalam pembangunan di gunung-gunung terkenal lainnya di Tiongkok.

Bangunan-bangunan di Gunung Wudang dibangun menurut dongeng agama Dao. Dari kaki gunung sampai ke Balairung Emas di Puncak Pilar Langit dipasang "jalan dewa" sepanjang 70 kilometer. Sepanjang jalan itu dibangun sekelompok bangunan yang sangat mengagumkan.

Balairung Emas di Gunung Wudang adalah suatu bangunan yang berciri khas di Puncak Pilar Langit, dan merupakan balairung perunggu berlapis emas yang besar yang ada di Tiongkok sekarang ini.

Tingginya 5 meter dan lebarnya 4 meter. Di dalam balairung itu disemayamkan patung Mahakaisar Zhen Wu Pencipta Agama Tao yang terbuat dari tembaga berlapis emas dengan beratnya tercatat 10 ton. Menurut catatan, balairung emas itu ditempa dengan 20 ton tembaga dan 300 kilogram emas di Beijing, kemudian diangkut ke Gunung Wudang yang letaknya di bagian selatan Tiongkok. Balairung Emas adalah konduktor baik listrik sehingga setiap kali kilat, menyambar bola sinar akibat kilat bergelinding mengelilingi balairung tersebut. Pemandangan itu dijuluki penduduk setempat sebagai "api menempa balairung". Yang aneh ialah, setiap kali dikenakan kilat, balairung itu tidak pernah mengalami kerusakan, bahkan tampak baru dan cemerlang seperti bangunan yang baru saja selesai dibangun. Hal-hal aneh lain yang mengagumkan mengenai balairung emas itu masih banyak, misalnya di satu gedung bertingkat lima di Kuil Fuzhen terdapat satu pilar yang menunjang 12 belandar; di satu ruang yang lain terdapat satu genta yang berciri khas sangat istimewa, yaitu setiap kali genta itu dibunyikan, suaranya hampir tidak terdengar di dalam ruang di mana genta berada, tapi bunyi genta itu terdengar nyaring sekali di luar ruang tersebut. Selain itu, di Gunung Wudang masih terdapat banyak sekali bangunan agama Dao yang sangat mengagumkan. Bangunan-bangunan itu dibangun di atas gunung dengan menyesuaikan diri dengan kemegahan gunung sehingga kelihatannya sangat harmonis dengan pemandangan alam. Keharmonisan itu justru manifestasi filsafat agama Dao yang mengutamakan "hidup berdampingan secara harmonis dengan alam".

Gunung Wudang tidak hanya tempat suci agama Dao, tapi juga gunung yang kaya akan tumbuh-tumbuhan, khususnya tumbuhan obat. Ahli farmasi terkenal Tiongkok Li Shizhen yang hidup pada abad ke-16 pernah menetap dalam waktu panjang di Gunung Wudang, di mana ia mencurahkan tenaganya untuk merevisi Kitab Bencao Gangmu yg berisi uraian tentang tumbuhan obat, karyanya sendiri.

Selain itu, Gunung Wudang juga terkenal dengan silat Wushu yang berciri khasnya sendiri. Silat Wushu Gunung Wudang berkaitan mendalam dengan filsafat yang dijunjung oleh agama Dao. Para penganut agama Dao biasanya berlatih silat Wushu sambil mengadakan studi tentang agama Dao. Silat Wushu mengutamakan pembugaran badan dan bela diri. Silat Wudang tampaknya halus dan lambat gerak-geriknya, tapi justru kehalusan dan kelambatan itulah dapat mengalahkan silat yang geraknya cepat dan keras. Silat Wudang juga terkenal dengan keunggulannya untuk mengalahkan lawannya tanpa bergerak lebih dulu, melainkan tunggu lawannya yang memukul lebih dulu dan baru membalasnya. Pendek kata, Silat Wudang sama terkenal dengan Silat Shaolin di Tiongkok.