Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-12-16 12:28:03    
Palestina Hadapi Pilihan Dalam Strategi Terhadap Israel [Suara]

cri

[Suara]

Pertarungan antara berbagai faksi Palestina mengenai strategi terhadap Israel baru-baru ini menjadi semakin terbuka. Golongan moderat yang dipimpin Ketua Dewan Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina Mahmoud Abbas menyatakan perlunya untuk mengakhiri pemberontakan bersenjata melawan Israel, tapi ditentang oleh organisasi-organisasi radikal seperti Gerakan Perlawanan Islam Palestina Hamas.

Menentang kekerasan dan menganjurkan perundingan damai adalah pendirian yang senantiasa dipegang oleh Mahmoud Abbas. Dalam putaran baru bentrokan Palestina-Israel yang berlangsung selama 4 tahun sejak September tahun 2000, Mahmoud Abbas pernah berkali-kali menyatakan bahwa penggunaan kekuatan senjata akan sangat merugikan kepentingan warga Palestina. Persengketaan antara Palestina dan Israel harus diselesaikan melalui dialog yang bijaksana. Namun pendirian Mahmoud Abbas pada waktu itu tidak diterima oleh sebagian besar rakyat Palestina dibakar sentimen anti Israel. Tingkat dukungan terhadap Abbas untuk suatu waktu hanya 4%. Akan tetapi, setelah mengalami bentrokan selama 4 tahun, rakyat Palestina mendambakan ketenteraman. Seruan mereka yang mengharapkan perdamaian dan menentang kekerasan semakin gencar. Menurut hasil jajak pendapat terbaru, pada Juni lalu hanya 27% warga Palestina yang menentang serangan bersenjata terhadap sasaran Israel, tapi kini angka itu telah naik sampai 52%. Sementara itu, Mahmoud Abbas telah menjadi pemimpin Palestina yang paling populer dewasa ini. Kalau semuanya berjalan lancar, Mahmoud Abbas akan dengan lancar terpilih sebagai Ketua Badan Otoritas Nasional Palestina dalam pemilihan umum Januari tahun depan. Boleh dikatakan, keinginan rakyat merupakan dukungan paling kuat terhadap Mahmoud Abbas untuk melaksanakan konsep perdamaiannya.

Berbalikan dengan itu, tingkat dukungan kepada Hamas dan organisasi radikal lainnya cenderung menurun. Strategi perlawanan bersenjatanya sedang menghadapi tantangan yang semakin besar.

Iklim internasional juga telah menciptakan syarat yang menguntungkan bagi Abbas untuk melaksanakan garis perundingan damai dan mendorong berbagai kekuatan bersenjata Palestina mewujudkan gencatan senjata dengan Israel. Menghadapi peristiwa serangan di Rafah hari Minggu lalu, Israel menyatakan tidak akan mengambil aksi pembalasan besar-besaran agar tidak memperburuk situasi dan merusak upaya Abbas untuk memelihara kestabilan situasi politik di dalam negeri. Sementara itu, Amerika, Uni Eropa dan Rusia juga menyatakan dukungan kuat kepada Abbas dengan mengeluarkan pernyataan politik atau menjanjikan pemberian bantuan ekonomi kepada Palestina. Yang lebih menarik perhatian ialah, Mesir sebagai negara besar Timur Tengah yang mempunyai pengaruh penting terhadap organisasi radikal Palestina juga secara terbuka menyatakan dukungan kepada Mahmoud Abbas, dan tepat pada waktunya mengintensifkan upaya penengahan terhadap bentrokan Palestina-Israel. Suriah yang sejak dulu kurang rukun dengan Badan Otoritas Nasional Palestina juga menunjukkan sikap bersahabat terhadap Mahmoud Abbas. Belum lama berselang, Abbas memenuhi undangan berkunjung ke Suraih. Ini adalah yang pertama kali sejak tahun 1996 seorang pemimpin Palestina mengadakan kunjungan resmi ke Suriah.

Salah satu perkembangan penting dalam situasi politik Palestina yang patut diperhatikan ialah sejumlah organisasi radikal Palestina meski tetap menolak imbauan Mahmoh Abbas untuk mengadakan gencatan senjata dengan Israel, tapi mereka telah memberikan ruang gerak tertentu bagi pendiriannya. Pemimpin faksi politik Hamas, Khaled Mashal dalam wawancaranya dengan BBC Senin lalu menyatakan, Hamas tidaka akan mengadakan gencatan senjata dengan Israel, kecuali Palestina mengadakan referendum mengenai masalah itu atau dicapai kesepakatan antara berbagai faksi Palestina mengenai hal itu melalui musyawarah. Sedangkan seorang pemimpin Organisasi Jihad Islam Palestina menghimbau pihak penguasa dan berbagai faksi Palestina menyusun suatu kerangka mengenai pemberontakan bersenjata dan perjuangan politik untuk menyelaraskan dan menyatukan pendirian semua pihak.

Badan Otoritas Nasional Palestina kini dikabarkan tengah berupaya mendirikan mekanisme kerja sama dengan Hamas dan organisasi radikal lainnya dengan mengizinkan organisasi-organisasi itu ambil bagian dalam pengambilan keputusan Badan Otoritas Nasional Paelstina, agar organisasi itu bekerja sama dalam masalah gencatan senjata. Analis berpendapat, apabila Mahmoud Abbas dapat memanfaatkan syarat-syarat intern dan ekstern yang menguntungkan dewasa ini untuk mencapai kesepakatan dengan berbagai kekuatan bersenjata Palestina mengenai realisasi gencatan senjata dengan Israel, hal itu akan mempunyai pengaruh positif yang penting dalam memulihkan perundingan damai Palestina-Israel dan menghidupkan kembali proses perdamaian.