Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2004-12-31 19:21:22    
Obyek Wisata Sanjiang Bingliu

cri

Gunung-gunung salju Dataran Tinggi Qinghai-Tibet yang dijuluki Atap Dunia adalah sumber tiga sungai besar Tiongkok. Ketiga sungai itu mengalir dari barat ke timur sepanjang 400 kilometer lebih. Daerah aliran hulu merupakan salah satu tempat yang paling indah di dunia. Itulah obyek wisata Sanjiang Bingliu, yang artinya "tiga sungai mengalir berdampingan".

Obyek "Tiga Sungai Mengalir Berdampingan" terletak di daerah pegunungan Propinsi Yunnan, Tiongkok Barat Daya. Luasnya mencapai ratusan kilometer persegi. Yang disebut "tiga sungai" itu masing-masing adalah Sungai Nujiang, Sungai Lancang (Mekong) dan Sungai Jinsha. Ketiga sungai itu mengalir berliku-liku secara berdampingan sepanjang 400 kilometer. Jarak paling pendek antara Sungai Nujiang dan Sungai Lancang tidak sampai 19 kilometer.

Ketiga sungai besar itu sama-sama bersumber dari Dataran Tinggi Qinghai-Tibet. Di antaranya, Sungai Jinsha dengan tiga anak sungainya, yaitu Sungai Yalong, Sungai Dadu dan Sungai Jialin mengalir dari utara ke selatan dan membentuk Sungai Yangtse, sungai terpanjang Tiongkok sebelum mengalir ke timur dan memasuki Samudera Pasifik. Sedangkan Sungai Lancang mengalir dari utara ke selatan dan disebut sebagai Sungai Mekong di negara tetangga. Sungai Nujiang yang juga mengalir dari utara ke selatan akhirnya memasuki wilayah Myanmar dan menjadi bagian hulu Sungai Sarwen Myanmar. Baik Sungai Lancang maupun Sungai Nujiang akhirnya mengalir masuk ke dalam Samudera Hindia.

Di obyek wisata "Tiga Sungai Mengalir Berdampingan" di samping terdapat ngarai, dengan tebing curam dan padang gembala dataran tinggi, terdapat juga flora dan fauna yang langka yang hidup di pegunungan yang indah permai. Daerah itu merupakan tempat permukiman padat penduduk etnis-etnis minoritas Tibet, Nu dan Lisu. Pemandangan alam dan adat istiadat istimewa penduduk sana ikut menambah pesona obyek wisata "Tiga Sungai" tersebut.

Jauh pada satu abad yang lalu, daerah "Tiga Sungai" mulai menunjukkan daya tariknya. Geomorforlogi, lingkungan hidro, ekosistem dataran tinggi, keanekaragaman biologi dan kebudayaan yang khas setempat sangat menarik perhatian para periset. Sejak tahun 1883, pendeta Prancis Delavay, dan Ducloua berturut-turut mulai memasuki daerah itu. Mereka di sana mengoleksi banyak flora khas setempat, seperti lili, bunga azalea dan lain sebagainya. Justru sejak itulah, Propinsi Yunnan yang sangat terpencil mulai berbaur dengan kebudayaan Barat.

Berkat struktur geografis yang istimewa di daerah "tiga sungai mengalir berdampingan", daerah itu merupakan salah satu tempat yang paling kaya akan spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang. Di daerah itu terdapat hampir segala macam iklim dan kelompok spesies yang terdapat di belahan utara bumi, sehingga daerah itu merupakan "kamp pengungsi" tumbuh-tumbuhan dan binatang yang terancam punah di Tiongkok, sekaligus termometer bumi. Pada awal abad lalu, seorang kolumnis bernama Roek dari majalah America "National Geography" tergila-gila terhadap daerah itu dan hampir mencurahkan seumur hidupnya untuk melakukan penelitian dan pengumpulan bahan di daerah tersebut. Selama puluhan tahun, ia mengumpulkan puluhan ribu sampel tumbuhan dan binatang. Pantas di kalangan ahli tumbuh-tumbhan asing tersebar perkataan: "Bagain barat laut Propinsi Yunnan Tiongkok adalah ibu tumbuh-tumbuhan Eropa."

Menurut statistik yang tidak lengkap, di obyek wisata "Tiga Sungai" Propinsi Yunnan terdapat 6000 lebih tumbuhan kelas tinggi, 173 macam binatang mamalia, 417 macam burung, serta aneka ragam ikan dan serangga. Jumlah tumbuhan dan binatang itu merupakan 25% jumlah total tumbuhan dan binatang yang terdapat di Tiongkok. Sementara itu, daerah itu adalah tempat permukiman padat bagi penduduk dari 16 etnis minoritas, sehingga menjadi daerah yang jarang ada di mana terdapat banyak etnis, banyak bahasa, agama dan adat istiadat yang hidup bersama.