Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-01-05 10:02:15    
Rumah Halaman Luas di Shanxi

cri

Kalau kita bertamasya di Provinsi Shanxi, Tiongkok tengah utara, kita akan menemukan bangunan-bangunan berhalaman luas yang terdapat di mana-mana dan berciri khas.

Kebanyakan rumah berhalaman luas di Shanxi sederhana tapi megah. Sebagian besar dari rumah-rumah itu dibangun pada zaman Dinasti Ming dan Qing. Meski telah mengalami masa ratusan tahun, namun rumah-rumah itu masih tetap mempertahankan keanggunannya. Rumah Keluarga Qiao yang terletak di bagian tengah Provinsi Shanxi adalah salah satu yang paling representatif di antaranya.

Dilihar dari luar, bangunan rumah itu dikelilingi tembok bata warna abu-abu yang tebal dengan atap rumah berwarna hitam, tampak sangat megah. Memasuki halaman rumah akan tampak sebuah jalan lurus sepanjang 80 meter terbuat dari batu, membelah halaman rumah menjadi dua bagian, utara dan selatan, masing-masing mempunyai tiga halaman. Di ujung jalan batu adalah kelenateng leluhur keluarga Qiao, jauh berhadapan dengan pintu gerbang.

Kelompok halaman rumah yang terdiri dari 6 halaman di sebelah utara dan selatan mengambil tempat seluas 9.000 meter persegi. Di di dalam halaman rumah terdapat halaman, menunjukkan tata ruang yang sangat rapi. Seorang wisatawan dari Provinsi Guizhou, Yang Guang mengatakan,"Sebelumnya saya jarang melihat rumah penduduk di Tiongkok utara. Ini adalah yang pertama kali menyaksikan dari dekat. Ditinjau dari sudut estetika, warna bangunan itu sangat bagus dengan warna dasar abu-abu, dihias warna merah dan hitam, sesuai dengan pandangan estetik orang zaman sekarang. Dalam perancangan, seluruh tata ruang sangat rapi, namun ada perubahan kecil di dalamnya, misalnya penggunaan warna dan bentuk perancangannya tidak kaku, tampak megah dan lincah. Sungguh menyenangkan."

Halaman di rumah keluarga Qiao itu dibangun sangat cermat. Misalnya halaman yang dibangun paling awal, di depan halaman ada tiang penambat kekang kuda untuk memudahkan kereta kuda dan tandu untuk keluar masuk. Memasuki pintu depan, melewati koridor yang dihias ukiran kayu yang indah, di depannya adalah tembok setinggi dua meter lebih, berfungsi sebagai dinding penolak bala. Pada permukaan tembok terdapat gambar dewa kemujuran, kekayaan dan panjang umur, dihias gambar-gambar burung jenjang, cemara dan rusa sakti yang melambangkan panjang umur dan kebahagiaan. Rumah-rumah di sisi timur dan barat adalah tempat tinggal para pembantu rumah tangga. Setelah melewati dua koridor, akan tampak ruang tuan rumah yang tinggi dan luas, terletak di ujung belakang halaman, sangat indah halus buatannya dengan dekorasi yang indah. Menurut Wu Liangyong yang mempelajari seni bangunan, rumah berhalaman luas keluarga Qiao adalah inti sari bangunan rumah penduduk di Tiongkok utara. Ia mengatakan,"Dekorasi rumah ini banyak menggunakan batu bata berukir untuk menghias pintu dan dinding, tampak sangat indah."

Rumah berhalaman luas keluarga Qiao dibangun pada pertengahan abad ke-18. Dalam waktu 200 tahun lebih sejak itu mengalami beberapa kali perluasan. Rumah itu kini memiliki 300 lebih kamar, prabot dan hiasan di dalam rumah yang berasal dari berbagai negeri sangat mahal dan berharga. Di taman terdapat berbagai macam tumbuhan dan batu indah dari Tiongkok selatan.

Di Provinsi Shanxi, terdapat banyak bangunan rumah seperti milik keluarga Qiao itu. Ada yang lebih megah, ada yang lebih kecil. Setiap bangunan menunjukkan kekayaan dan pengaruh yang pernah dimiliki oleh pemiliknya. Barangkali anda ingin bertanya, mengapa orang Shanxi mampu membangun rumah begitu besar dan mewah?

Tiongkok pada zaman Dinasti Qing, perdagangan berkembang dengan pesat. Shanxi yang terletak di daerah pedalaman, padat penduduknya dan kurang tanah garapannya, miskin akan sumber daya pertanian, namun perdagangannya cukup maju. Sejumlah besar warga Shanxi meninggalkan kampung halaman merantau ke daerah lain untuk mencari peluang dagang. Ada sebuah lagu rakyat setempat yang mengisahkan perasaan berat seorang istri melepas suaminya bepergian jauh untuk mencari nafkah. Dengan berbekal semangat ulet tak kenal susah payah dan kecerdasannya, sebagian dari orang Shanxi yang melanglang buana itu mulai mencapai sukses dari mulanya berjualan kecil-kecilan. Toko milik saudagar Shanxi kian menyebar ke seluruh negeri bahkan sampai ke negara-negara Asia Timur dan Asia Selatan.

Saudagar Shanxi yang pulang kampung halaman setelah menjadi kaya lalu membangun rumah-rumah mewah, maka muncullah rumah-rumah berhalaman luas itu. Di antaranya, yang paling besar skalanya dan paling memusat adalah kota Pingyao yang terletak di bagiana tengah Provinsi Shanxi.

Pingyao dengan bangunan kota etnis Han Dinasti Qing yang masih terpelihara baik dana utuh dicantumkan dalama daftar warisan budaya dunia oleh Unesco pada tahun 1997. Di kota kuno seluas dua km persegi itu, rumah-rumah berhalaman luas yang indah megah dan berciri khas milik saudagar-saudagar kaya zaman dulu berjajar di jalan-jalan dan gang-gang kota Pingyao. Rumah-rumah untuk berdagang sekaligus untuk tempat tinggal itu di bawah lindungan tembok kota yang tinggi dan tebal masih menunjukkan kemegahannya pada zaman dulu, dan kini masih juga ramai oleh toko dan pembeli. Seorang wisatawan dari Perancis, Sophie mengatakan,"Saya senang dengan jalan-jalan kecil di sini. Ketika anda melepas pandang ke sekeliling tampak banyak detail-detail yang sangat menarik. Saya senang dengan perasaan seperti itu."

Yang patut disinggung ialah, perusahaan pengiriman dan penukaran uang yang merupakan cikal bakal perbankan di Tiongkok justru terletak di jalan kota Pingyao ini. Berhubung mata uang yang beredar di Tiongkok pada waktu itu adalah perak, maka sangat tidak leluasa bagi para pedagang. Pengusaha Shanxi yang pintar lalu menyelenggarakan perusahaan pengiriman dan penukaran uang yang fungsinya kurang lebih sama dengan bank sekarang ini. Dengan bekal kredibilitas, mereka membuka perusahaan-perusahaan seperti itu di seluruh negeri dengan menyelenggarakan bisnis penyimpanan uang dan pemberian pinjaman, penyelesaian perhitungan dan suku bunga, serta pengiriman uang dan pencairan uang di tempat berbeda. Dengan membawa secarik kertas yang ditulis akuntan perusahaan, surat itu bisa dicairkan di cabang-cabang perusahaan di berbagai tempat sehingga sangat memudahkan mereka yang berdagang.

Di kota kuno Pingyao, Rishenchang, perusahaan pengiriman dan penukaran uang yang pertama di Tiongkok kini masih ada dengan ruang-ruang kerja dan kas uangnya yang masih dalam keadaan baik. Dulu, perusahaan tersebut mempunyai lebih 40 cabang di seluruh negeri, arus uang yang ditangani mencapai 200 juta tael perak.

Perusahaan pengiriman dan penukaran uang yang merintis industri perbankan di Tiongkok pernah menguasai nadi ekonomi Dinasti Qing, dinasti terakhir di Tiongkok selama seratus tahun. Pada awal abad ke-20, kejayaan saudagar Shanxi menjadi sirna dan lambat laun dilupakan orang melalui pergantian pemerintahan dari zaman ke zaman dan kekacauan perang antar raja perang. Untuk mengetahui masa jaya saudagar Shanxi pada waktu itu, kita hanya bisa melongoknya dari ukiran-ukiran batu bata yang halus dan indah, dan dari bangunan-bangunan yang megah di rumah berhalaman luas di provinsi ini.

(Nansa)