Belasan hari sudah berlalu sejak terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia yang menimbulkan kerugian besar jiwa dan harta benda bagi Indonesia, Thailand, Sri Lanka dan India. Jumlah korban tewas dewasa ini sudah melampaui 150.000 orang. Dari pemberitaan berbagai media pers, rakyat Tiongkok mengetahui terjadinya bencana itu dan posisi sulit yang dialami rakyat negara-negara yang dilanda bencana. Menghadapi bencana bersama seluruh manusia itu, rakyat berbagai kalangan di Tiongkok dengan semangat kemanusiaan yang tinggi ambil bagian dalam kegiatan derma untuk rakyat di negara-negara yang dilanda bencana. Dalam Ruangan Kehidupan Sosial Tiongkok kali ini saudara pendengar, akan kami sampaikan laporan wartawan kami.
Pada tgl 27 Desember yaitu hari kedua terjadinya gempa dan tsunami, sebagai sambutan atas imbauan Palang Merah Internasional, Palang Merah Tiongkok mengeluarkan seruan kepada seluruh negeri untuk melancarkan kegiatan derma guna membantu rakyat di negara-negara yang dilanda bencana. Ajakan itu mendapat sambutan hangat di berbagai tempat di seluruh negeri, baik di kompleks penduduk, kampus maupun pusat perbelanjaan, di mana-mana tampak banyak orang sedang sibuk mengumpulkan uang derma.
Keesokan setelah Hari Tahun Baru, wartawan CRI datang ke tempat pengumpulan sumbangan dana yang diadakan Palang Merah Tiongkok. Meskipun udara di Beijing sekarang ini sangat dingin, namun pekerjaan derma berlangsung dengan sibuk dan tertib. Menurut petugas Palang Merah, selama liburan tiga hari Tahun Baru, masyarakat terus berdatangan menyumbangkan uang ke Palang Merah. Guna menampung sumbangan masyarakat, Palang Merah Tiongkok khusus mengadakan sambungan telepon hotline 24 jam untuk menerima telepon dari berbagai tempat seluruh negeri yang menanyakan tentang penyumbangan uang untuk daerah bencana.
Di tempat derma, wartawan bertemu dengan Wakil Umum Palang Merah Internasional dan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Internasional untuk Asia Timur, John Sparrow. Berbicara tentang pekerjaan pertolongan di negara-negara yang dilanda bencana, ia mengatakan:"Selama ini pekerjaan masih berlangsung lancar, walaupun menghadapi banyak kesulitan, misalnya di daerah miskin yang belum ada jalan raya, helikopter adalah satu-satunya alat transportasi. Kami menghadapi banyak masalah yang rumit. Namun, pekerjaan kami mendapat tanggapan dan dukungan di seluruh dunia. Menghadapi ratusan ribu korban yang tewas dan jutaan pengungsi yang kehilangan tempat tinggal, anda tidak bisa mengatakan telah melakukan pekerjaan dengan sangat baik. Yang dapat dikatakan ialah kami sedang bekerja keras untuk menyediakan kebutuhan pokok bagi mereka." Berbicara tentang kegiatan derma yang disaksikannya di Palang Merah Tiongkok, Sparrow mengatakan:" Rakyat Tiongkok sungguh patut dipuji. Mereka sangat memahami seriusnya masalah, karena Tiongkok juga sering dilanda bencana seperti banjir dan topan. Saya sangat terkesan dan sangat terinspirasi oleh antusiasme tinggi yang diperlihatkan rakyat Tiongkok. Ini merupakan dorongan kuat kepada kami untuk bekerja dengan lebih baik." Demikian kata John Sparrow, pejabat palang merah dan bulan sabit merah internasional.
Pejabat Palang Merah Tiongkok, Lan Jun yang tengah sibuk bekerja di tempat derma mengatakan: "Kini, uang derma terutama dari masyarakat. Jumlah total sumbangan sekarang ini mencapai puluhan juta yuan renminbi berupa sumbangan uang dari tokoh-tokoh berbagai kalangan masyarakat, dan janji untuk memberikan sumbangan. Jumlah totalnya mencapai puluhan juta Yuan RMB, dan jumlah itu sekarang masih bertambah terus. Palang Merah Tiongkok akan secepat mungkin mengirimnya ke negara-negara yang dilanda bencana." Tokoh Palang Merah Tiongkok itu juga memperkenalkan rencana tahap berikutnya. Dikatakannya, kegiatan derma di Tiongkok akan berlangsung untuk beberapa waktu lagi. Upaya penanggulangan bencana akan dilakukan dalam waktu relatif panjang berdasarkan keadaan kerugian akibat bencana. Pembangunan kembali pasca bencana mungkin juga akan dipertimbangkan. Untuk mengumpulkan lebih banyak dana, Palang Merah Tiongkok sedang mempersiapkan penyelenggaraan pertunjungan amal."
Di tempat penyumbangan uang, wartawan menyaksikan seorang nenek yang dipapah petugas datang menyumbangkan uang. Ia mengatakan: " Saya sudah pesiun dan tinggal bersama seorang cucu. Uang pensiun yang paspasan itu adalah biaya hidup kami berdua. Sekalipun uang yang saya sumbangkan tidak banyak jumlahnya, tapi ini adalah pernyataan perasaan hati saya. Meskipun kami bukan tergolong orang mampu, tapi lebih baik daripada para korban bencana yang kekurasngan sandang pangan."
Selain nenek itu, wartawan bertemu pula dengan dua orang mahasiswa yang datang menyumbang uang. Mereka mengatakan:" Kasih sayang tidak kenal perbatasan. Apabila situasi serupa terjadi di negara kami, kami yakin sahabat-sahabat di dunia juga pasti akan mengulurkan tangan."
Sementara itu, petugas palang merah menceritakan beberapa hal yang menyentuh hati wartawan. Misalnya ada sepasang suami istri yang membawa anak kecil berusia di bawah satu tahun datang ke tempat derma untuk menyumbangkan uang atas nama anaknya sebagai pernyataan kasih sayang kepada rakyat yang mengalami musibah. Ada pula seorang karyawan dari kota lain yang kena PHK. Meski ia sendiri menghadapi kesulitan dalam penghidupan, namun ia datang ke Beijing dengan naik kereta api selama belasan jam untuk menyumbangkan uang kepada korban bencana.
Saudara pendengar, seluruh anggota keluarga seksi bahasa Indonesia Siaran CRI beberapa hari yang lalu juga dengan spontan menyumbangkan uang untuk para korban bencana di Indonesia dan telah menyampaikan sumbangan itu kepada Palang Merah Tiongkok, dan melalui mereka disalurkan para korban sebagai pernyataan simpati dan solidaritas kami kepada rakyat Indonesia yang mengalami musibah.
Sebelum menutup acara ini, kami harapkan semoga rakyat Indonesia selekasnya dapat keluar dari bayangan gelap musibah, dengan penuh keyakinan dan keberanian membangun kembali kampung halaman yang indah.
|