Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-01-11 13:32:44    
Peluang Dan Tantangan Sekaligus Bagi Mahmoud Abbas[foto]

cri

Menurut hasil penghitungan suara tahap awal yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Pusat Palestina kemarin, Mahmoud Abbas yang dicalonkan Al-Fatah, faksi utama Orgainsasi Pembebasan Palestina (PLO) memenangkan pemilihan umum Palestina dengan memperoleh 62,32% suara. Dengan demikian, ia akan merangkap jabatan Ketua Badan Otoritas Nasional Palestina dan Ketua Dewan Eksekutif PLO, menjadi pewaris sungguh-sungguh Yasser Arafat dan membuka lembaran "era Abbas" Palestina. Akan tetapi, para pengamat berpendapat, menghadapi kekuatan berhaluan keras baik di Palestina maupun Israel, bagi Mahmoud Abbas yang berpendirian moderat meskipun menghadapi peluang dan tantangan sekaligus, namun tantangan yang dihadapi akan lebih berat dibanding peluang yang terbuka.

Dilihat dari hasil pemilihan umum Palestina kali ini, walaupun Abbas mencatat tingkat perolehan suara yang tinggi, namun jumlah suara yang diperoleh tidak sampai 500.000, atau tidak sampai sepertiga jumlah pemilih sah yang tercatat 1,8 juta orang. Maka, Mahmoud Abbas akan sulit memegang inisiatif mutlak dalam dialog dengan Gerakan Perlawanan Islam Hamas dan faksi-faksi berhaluan keras lainnya, serta dalam reformasi intern seperti perombakan badan keamanan, pembagian kembali kekuasaan dan dalam proses pemberantasan korupsi yang menjadi masalah yang paling diperhatikan para pemilih Palestina. Apa yang dapat dilakukan Abbas ialah memanfaatkan situasi ke arah yang menguntungkan, saling berkompromi dan menunggu kesempatan sampai saatnya matang.

Dalam proses perdamaian Palestina-Israel, pihak Palestina selalu berada pada posisi lemah. Untuk mencapai terobosan dalam proses perdamaian, kuncinya ialah apakah ada perubahan pada sikap Israel dan Amerika yang mendukungnya. Pada kenyataannya, sejauh ini pendirian Amerika dan Israel dalam masalah Palestina tidak mengalami perubahan fundamental. Pemerintah Sharon tetap melaksanakan rencana aksi sepihak yang menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan pihak lain. Presiden Amerika Bush pernah menyatakan, negara Palestina yang merdeka diharapkan akan dapat didirikan pada tahun 2005, namun setelah terpilih kembali sebagai presiden, ia menunda ekspektasi itu sampai tahun 2009, tahun terakhir masa baktinya yang kedua. Bagaimana orang Palestina bisa percaya begitu saja pada ekspektasi yang sama sekali tidak didasari kejujuran dan kredibilitas itu? Bolehkah mereka menggantungkan harapannya pada seorang Presiden Amerika yang segera akan mengakhiri masa jabatannya untuk mendorong realisasi impian membangun sebuah negara merdeka?

Sudah tentu peluang yang dihadapi Abbas juga belum pernah ada sebelumnya. Setelah wafatnya Yasser Arafat, masyarakat internasional khawatir akan terjadi kekacauan di Palestina yang kehilangan pemimpin sehingga memperhebat kegoncangan situasi di kawasan Timur Tengah. Akan tetapi, dalam dua bulan yang lalu, rakyat Palestina telah membuktikan kepada dunia bahwa mereka mempunyai cita-cita yang sama dan daya kohesi yang kuat, juga memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan sebuah negara yang merdeka. Berbagai golongan kekuatan politik dan militer di Palestina selama dua bulan ini bersikap mengusahakan persamaan sementara mengesampingkan perselisihan, dan berhasil memelihara citra baik Palestina di dunia internasional. Berlangsungnya pemilu Palestina dengan lancar menurut rencana serta terpilihnya Mahmoud Abbas sebagai Ketua Badan Otoritas Nasional Palestina menunjukkan bahwa rakyat Palestina mendambakan perdamaian. Setelah mengalami pemberontakan selama 4 tahun lebih ini, rakyat Palestina secara merata mengharapkan perubahan keadaan sekarang ini dan mengharapkan Abbas dapat menghidupakan kembali proses perdamaian, agar mereka dapat hidup dengan damai, aman dan terhormat.

Selain itu, sejalan dengan merajalelanya terorisme internasional, masyarakat internasional telah mengintensifkan pemberantasan terorisme. Mengenai sebab-sebab mendalam timbulnya terorisme, masyarakat internasional juga mempunyai pengertian yang lebih mendalam. Tak kunjung terselesaikannya masalah Palestina dalam jangka panjang secara adil serta kegoncangan situasi di kawasan Timur Tengah adalah sumber yang melahirkan ekstrimisme. Hal ini semakin menjadi kesepahaman masyarakat internasional. Maka, sebagai wakil golongan moderat Palestina, kemenangan Abbas dalam pemilihan umum Palestina mendapat sambutan baik masyarakat internasional. Dunia mengharapkan Abbas dapat memberikan daya hidup baru kepada proses perdamaian Timur Tengah. Kiranya dapat diharapkan, masyarakat internasioal akan lebih giat mendorong maju proses perdamaian Palestina-Israel, sedang Amerika dan Israel juga kemungkinan akan mengambil sikap positif dalam pemulihan perundingan perdamaian Palestina-Israel agar pemerintahan baru Mahmoud Abbas dapat memperkokoh posisinya.