Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-01-12 14:46:59    
Kota Kuno Xitang

cri

Di pantai Tiongkok timur yang tanahnya subur terdapat kota Shanghai yang merupakan sentra keuangan di Tiongkok, terdapat pula Suzhou dan Hangzhou yang dijuluki sebagai "sorga di bumi". Di antara kota-kota yang ramai itu tersebar kota-kota kecil yang berciri khas di mana sungai-sungai kecil mengalir melintasinya. Beberapa kota kecil seperti itu yang sudah banyak dikenal namanya antara lain Zhouzhuang dan Wuzhen. Dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok edisi ini, saudara akan kami ajak berkunjung ke kota kecil Xitang yang indah pemandangannya dengan jembatan-jembatan cantik yang merentang di sungai-sungai kecil dan bangunan rumah yang berciri khas untuk menikmati suasana yang unik di sana.

Xitang yang terletak di Kota Jiaxing, Provinsi Zhejiang, Tiongkok timur sudah bersejarah 700 tahun. Kota kecil seluas puluhan kilometer persegi itu dikelilingi oleh tiga kota besar seluas seribu km persegi yakni Shanghai, Suzhou dan Hangzhou. Warga kota dari manapun akan tertegun menyaksikan pemandangan khas di kota itu: gang-gang kecil dengan jalannya yang terbuat dari lembaran batu warna hitam, koridor panjang yang berkelok-kelok menyusuri sungai dan jembatan-jembatan besar dan kecil yang merentang di atas sungai, membentuk panorama khas kota kecil itu.

Di Xitang, baik restoran atau warung, hotel, toko dan rumah penduduk, kebanyakan pintu depannya menghadap jalan dan pintu belakangnya menghadap sungai. Kalau kebetulan sedang hujan, pejalan sewaktu-waktu boleh masuk ke rumah atau toko melalui pintu depan dan keluar dari pintu belakang ke koridor panjang yang beratap untuk berteduh. Koridor-koridor seperti itu tampak ada di mana-mana, dibangun berkelok-kelok menyusuri sungai. Lebar koridor itu sekitar dua meter, merupakan bangunan dari kayu. Seorang warga setempat, Wang Shilin yang sudah puluhan tahun tinggal di kota itu mengatakan,"Koridor beratap sudah ada di Xitang sejak kota itu dibangun. Karena daerah ini sering turun hujan, mereka yang keluar rumah pasti memerlukan tempat berteduh apabila hujan. Dan para pemilik toko selalu memperpanjang bangunannya sedikit demi sedikit sampai ke tepi sungai untuk menarik pembeli. Sejak jalan-jalan di kota itu menjadi ramai oleh toko yang berderet-deret, koridor beratap itupun menjadi semakin panjang."

Selain koridor panjang yang menyusuri sungai, di Xitang terdapat hampir seratus jembatan besar dan kecil yang beragam gayanya merentang di atas sungai. Di antara jembatan-jembatan itu ada yang berlengkung tunggal, ada yang berlengkung tiga, ada yang terbuat dari kayu, ada pula yang terbuat dari batu. Melalui perbaikan dan pembangunan kembali selama ratusan tahun, jembatan-jembatan itu menyimpan cerita yang menarik.

Jembatan Wolong adalah sebuah jembatan lengkung tunggal yang terbuat dari batu. Jembatan ini tingginya 6 meter dan lebar 30 meter, adalah jembatan yang tertinggi di kota ini. Di permukaan jembatan itu terukir sebuah naga yang besar. Konon, 300 tahun yang lalu, jembatan ini terbuat dari kayu dan sudah bobrok karena tak terawat. Pada suatu hari, seorang wanita hamil jatuh ke sungai dari jembatan dan meninggal. Mengetahui peristiwa itu, seorang tukang bambu yang tinggal dekat jembatan itu bertekad akan memperbaiki jembatan tersebut. Selama 10 tahun ia berupaya mengumpulkan dana untuk memperbaiki jembatan itu, namun setelah dana habis digunakan, jembatan batu belum juga selesai dibangun. Ia pun meninggal karena sakit gara-gara terlalu lelah mengupayakan pembangunan jembatan. Kemudian, seorang pengusaha bahan bangunan batu diharukan oleh kisah tersebut dan menyumbangkan bahan bangunan batu untuk membangun jembatan yang dinamakan Wolong atau naga berbaring tersebut.

Selain koridor dan jembatan, gang-gang yang terdapat di mana-mana di kota Xitang merupakan lanskap yang paling memiliki kepribadian khusus.

Gang Shipi adalah gang yang paling terkenal di kota itu. Gang yang dibangun 300 tahun silam itu panjangnya 68 meter dan bagian yang paling sempit tidak sampai satu meter. Di kedua sisi gang itu adalah bangunan kuno dengan tembok yang tinggi terbuat dari batu warna tua sehingga gang itu tampak sempit. Berjalan di gang itu, berapapun orang yang berjalan harus satu arah, atau lalu lintas di gang itu macet tersumbat.

Mengapa warga Xitang begitu getol membangun gang? Seorang nenek yang turun temurun tinggal di kota itu mengatakan, pada zaman dulu, warga Xitang tidak ingin menunjukkan kekayaan keluarganya, maka mereka membangun gang yang panjang di depan rumahnya. Dikatakan oleh nenek itu,"Di sebuah gang besar di mana saya tinggal, ada sebuah ruang yang sangat luas begitu memasuki gang tersebut. Di gang rumah itu terdapat pula sebuah pintu gerbang, di halaman di balik pintu itu ada gunung-gunungan, kolam dan lain sebagainya."

Koridor beratap, jembatan dan gang adalah tempat yang paling menarik minat wisatawan, juga yang paling dibanggakan warga Xitang. Meski di Tiongkok kini terdapat banyak kota metropolitan, namun warga Xitang masih menyenangi kehidupan kampung bersungai yang tenang itu.

(Nansa)