Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-01-13 10:43:51    
Pemilu Irak Dalam Bayangan Gelap Serangan Kekerasan[Suara] [foto]

cri

[Suara]  Pemilihan umum Irak akan digelar 17 hari kemudian, yaitu pada tanggal 30 Januari mendatang. Akan tetapi, pada saat ini di wilayah Irak peristiwa serangan kekerasan, pembunuhan dan pembajakan terus muncul tanpa berhenti. Menurut laporan surat kabar Mesir Al-Ahram kemarin, menghadapi situasi keamanan yang serius sekarang ini, Menteri Luar Negeri Pemerintah Sementara Irak Hoshyar Zebari menyatakan, pemilihan umum Irak kali ini tidak akan sempurna, dan juga tidak akan berlangsung dengan lancar seratus persen. Sebelumnya, Perdana Menteri Pemerintah Sementara Irak Iyad Allawi juga mengakui bahwa situasi keamanan di sebagain daerah Irak tidak bisa menjamin keselamatan para pemilih untuk memberikan suara.

Pemerintah Amerika dan Pemerintah Sementara Irak selalu menganjurkan diadakannya pemilu Irak menurut jadwal. Pemerintah Amerika bahkan menganggap hal ini sebagai pertanda suksesnya kebijakan mengenai Irak, dan memandang penundaan jadwal pemilu Irak sebagai tunduk kepada kekuatan bersenjata perlawanan. Sedangkan Pemerintah Allawi memandang berlangsungnya pemilu menurut jadwal sebagai pengujian terhadap kemampuan pemerintahan dan kewibawaannya, dan berupaya memberi pengaruh terhadap hasil pemilu dengan memanfaatkan kedudukannya sebagai pihak yang berkuasa, yaitu berupaya mengubah pemerintah sementara menjadi pemerintah sah yang dipilih rakyat. Untuk menjamin kelancaran pemilu Irak menurut jadwal, Amerika mengirim lagi tentara ke Irak sehingga jumlah tentara Amerika di Irak mencapai 150 ribu orang, suatu angka tertinggi sejak meletusnya perang Irak. Sementara itu, Amerika mengintensifkan pemukulan terhadap kekuatan antiAmerika dalam wilayah Irak. Pemerintah Sementara Irak juga mengumumkan memperpanjang pemberlakuan keadaan darurat nasional , meningkatkan kekuatan pasukan dan polisi serta menutup perbatasan Irak-Suriah untuk melarang kendaraan pengangkutan melintasinya dalam rangka memperbaiki situasi keamanan Irak. Selain itu, Pemerintah Sementara Irak juga dengan aktif mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh golongan Sunni yang menyatakan akan memboikot pemilu, dan membujuk mereka agar mengubah pendiriannya.

Akan tetapi berbagai upaya yang diambil Amerika dan Pemerintah Sementara Irak tampaknya sia-sia belaka. Jumlah korban tewas dan luka-luka tentara Amerika di Irak terus meningkat secara besar-besaran dan sejumlah besar polisi dan tentara Irak pun menjadi korban serangan kekerasan. Sementara itu, banyak pejabat tinggi dan staf pemilu Irak terbunuh tewas. Banyak kekuatan bersenjata di Irak mengeluarkan ancaman pembunuhan kepada komisi pemilihan berbagai tingkat. Diperingatkan pula bahwa para pemilih yang memberikan suara juga akan menjadi sasaran serangan. Setelah terjadinya peristiwa pembunuhan atas beberapa anggota komisi pemilihan, tidak sedikit staf pemilu meletakkan jabatan demi keselamatan jiwa. Komisi Pemilihan Propinsi al-Anbar Selasa lalu mengumumkan peletakan jabatan secara kolektif, propinsi tersebut terkenal dengan maraknya kegiatan antiAmerika. Karena khawatir akan terserang, banyak tempat pemungutan suara sampai sekarang masih belum ditetapkan, atau masih dirahasiakan. Menjelang pemilu, di sebagian terbesar daerah Irak sama sekali tidak terlihat suasana pemilu, tiada perdebatan televisi juga tidak ada rapat kampanye pemilihan.

Selain ancaman yang dikeluarkan kekuatan antiAmerika, pemboikotan Muslim Sunni juga mencemaskan banyak orang akan prospek pemilu Irak. Muslim Sunni merupakan 20% penduduk total Irak. Selama rezim Sadam Hussein berkuasa , mereka berkedudukan penting dalam kehidupan politik dan sosial Irak. Tanpa partisipasi mereka, kerepresentatifan dan tingkat kepercayaan pemilu Irak akan sangat berkurang, bahkan akan terjadi perpecahan masyarakat di Irak. Sejumlah partai politik Muslim Sunni yang kontra-pemilu mengancam, kalau pemilu Irak diadakan secara paksa, maka mereka tidak akan mengakui hasil pemilu, juga tidak mengakui keabsahan majelis nasional yang terpilih dan undang-undang dasar yang disusunnya.

Sejumlah analis berpendapat, apabila pemilu Irak diadakan dalam bayangan gelap serangan kekerasan, maka dapat diramalkan bahwa hasil pemilu seperti itu akan sulit mendatangkan kestabilan kepada Irak, pemerintah Amerika juga sulit melepaskan diri dari gangguan masalah Irak.