Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-01-14 21:12:14    
Pertukaran Tiongkok dengan Luar Negeri Di Bidang Porselen

cri

Barang porselen Tiongkok paling awal muncul pada 1.700 tahun yang lalu dan ekspornya ke luar negeri menurut catatan sejarah dilakukan pertama kali pada abad ke-8. Sampai sekarang di museum-museum terkenal dunia masih terdapat banyak barang porselen adiluhung buatan Tiongkok.

Menurut catatan kitab sejarah, salah satu daerah yang mengimpor barang porselen pada zaman kuno adalah kawasan Timur Tengah, salah satu sumber peradaban dunia. Setibanya di sana, barang porselen itu pertama-tama digunakan oleh raja dan bangsawan, sedangkan para pedagang kaya juga memperoleh barang porselen yang halus dan cemerlang itu, mereka kagumi sebagai barang hasil yang tercipta dari tanah secara ajaib. Pada abad ke-9, Baghdad adalah pusat perdagangan dunia Islam. Kain sutra dan porselen buatan Tiongkok adalah barang komoditas utama dalam perdagangan setempat.

Yang patut disebut ialah pelayar besar Zheng He pada masa Dinasti Mingi yang berturut-turut 7 kali melayar berlayar mengarungi "Samudera Barat" dalam waktu 29 tahun antara tahun 1405 dan 1433, sehingga memulailah demam perdagangan Tiongkok dengan luar negeri. Porselen yang diperdagangkan pada waktu itu kebanyakan adalah porselen warna biru dan porselen warna putih Dehua. Zheng He dalam pelayarannya ke Laut Tiongkok Selatan juga membawa banyak proselin buatan Jingdezhen, untuk dibagi-bagikan ke berbagai tempat yang disinggahinya. Porselen itu kini masih tersimpan di museum di banyak negara.

Di Museum Topkapi Istambul, Turki tersimpan 13.058 buah porselen Tiongkok, yang semuanya adalah proselin berkualitas tinggi hasil tanur pembakar yang diselenggarakan pemerintah. Porselen Qinghua yang disimpan di Museum Topkapi hasil zaman Dinasti Yuan (tahun 1206-1368) bercorak tebal gaya Islam. Mutunya bahkan lebih tinggi daripada kebanyakan barang porselen zaman Dinasti Yuan yang kini disimpan di museum di Daratan Tiongkok. Dari porselen itu dapat kita ketahui bahwa barang porselen yang diekspor ke luar negeri pada waktu itu dibakar berdasarkan pesanan, dan hanya yang berkualitas tinggi saja yang diekspor ke luar negeri.

Barang porselen Tiongkok paling awal memasuki Eropa pada abad ke-16 dan negara Eropa pertama yang dicapainya adalah Portugal. Melalui perang perdagangan di laut yang berlangsung selama beberapa tahun, Belanda akhirnya mengalahkan Portugal sehingga menjadi kekuatan nomor satu di Pasifik Barat, dan menjadi pengimpor utama barang porselen Jingdezhen Tiongkok. Pada tahun 1636, 1637 dan 1639, Belanda secara terpisah membeli ratusan ribu buah barang porselen Jingdezhen. Selama seratus tahun pada abad ke-18, jumlah porselen Tiongkok yang memasuki Eropa mencapai 60 juta buah lebih.

Untuk menyesuaikan diri dengan minat estetika orang Barat, porselen Jingdezhen yang diekspor ke luar negeri sangat berbeda dengan porselen yang dijual di dalam negeri, baik bentuknya maupun gaya keseniannya. Porselen yang diekspor ke luar negeri kebanyakan berbentuk piring, mangkok dan botol dengan gambarnya bukan hanya bunga, burung dan figur manusia, tapi juga ada corak halus yang eksotik serta gambar bunga tulip yang tampaknya serba baru. Berbagai porselen itu sangat disukai bangsawan Eropa.

Sementara mengimpor porselen Tiongkok, banyak negara juga tergila-gila meniru porselen buatan Tiongkok. Iznik yang terletak di sebelah tenggara Istambul merupakan "Jingdezhen" di Turki. Tahun 1755, orang Eropa akhirnya menemukan tanah liat berkualitas tinggi untuk pembuatan porselen, yang persis mirip dengan tanah liat yang ditemukan di Jingdezhen, kota porselen Tiongkok. Tahun 1768, Eropa berhasil membuat porselen yang mirip dengan porselen buatan Jingdezhen Tiongkok. Seperti apa yang dikatakan oleh sejarawan Amerika Atherton dalam buku "Tiongkok Dalam Sejarah Dunia", bahwa "Pendeta Yesuit abad ke-18 membawa ke Eropa banyak bahan teknologi dari Tiongkok, sehingga Eropa baru dapat membuat porselen sejati".

Sekarang di Museum Louvre dan Museum Versilles Prancis, Museum Heidelberg, British Museum dan Museum Victoria Inggris tersimpan banyak porselen yang diangkut dari Tiongkok ke Eropa. Barang-barang porselen adiluhung itu sangat mengagumkan para pengunjung. Siapa saja yang melihat barang-barang porselen itu akan kagum atas teknik tinggi yang dikuasai nenek moyang Tiongkok.