Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-01-17 10:48:12    
Kisah Tentang Sebuah Keluarga Dokter Militer Tiongkok Yang Bertugas Untuk Pemeliharaan Perdamaian Di Liberia

cri

Sejak tahun 1992 abad lalu, personel militer Tiongkok yang bertopi baret dan berpakaian seragam biru pertama kali muncul di medan perang Kamboja sampai sekarang sudah 12 tahun berlalu. Selama ini sekitar 2.800 orang militer dan 300 orang polisi Tiongkok telah ikut menjalankan tugas pemeliharaan perdamaian PBB. Baru-baru ini wartawan CRI sempat mewawancarai seorang dokter militer Tiongkok yang ikut pasukan pemelihara perdamaian PBB dan istrinya. Berikut ini saudara pendengar akan kami ceritakan kisah tentang keluarga itu dalam tahun 2004.

Suami bernama Li Tanshi adalah seorang dokter kepala bagian pengobatan darurat Rumah Sakit Umum Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok. Musim semi tahun lalu, ia meninggalkan istri dan anak, bersama dengan 500 orang lebih prajurit dan perwira Tiongkok lainnya menjadi anggota pasukan pemelihara perdamaian PBB untuk menjalankan tugas ke Liberia bagian barat Afrika selama satu tahun.

Karena sangat tidak berkembang komunikasi di Liberia yang dilanda kekacauan perang bertahun-tahun, pasangan suami-istri yang terpisah jauh itu berkomunikasi lebih banyak memanfaatkan internet. Istri yang bernama Qu Lin mengatakan, selama satu tahun ini, walaupun Email dari suaminya tidak banyak, tetapi kerinduannya bisa terasa dari setiap huruf suratnya. Mereka belum pernah berpisah sebegitu lama sejak kawin selama sepuluh tahun lebih. Setelah suaminya meninggalkan tanah air yang damai, kegelisahannya tak pernah reda, hanya pada saat menerima email dari suami, baru merasa lega di hati. Dikatakannya setelah suami masuk ke pasukan pemelihara perdamaian, "pemeliharaan perdamaian" dua kata tersebut baginya menjadi sangat mesra.

Pasangan suami-istri itu mempunyai seorang putra yang bersekolah di sebuah SMP terkenal di Kota Beijing. Hasil berbagai pelajarannya sangat unggul, khususnya matematika.

Menjelang tahun baru, Qu Lin yang sudah belasan hari tidak menerima kabar suaminya menjadi gelisah. Akhirnya wartawan melalui telepon satelit kelautan baru bisa menghubungi dokter Li. Melalui telepon ia mengatakan kepada wartawan tentang keadaan dan hidupnya di sana.

Ia mengatakan, " Melalui upaya selama setengah tahun, syarat hidup pasukan pemelihara perdamaian Tiongkok di Liberia sekarang sudah diperbaiki. Mereka mempunyai pembangkit listrik dan rumah sakit sendiri. Pasukan pemelihara perdamaian Tiongkok itu berjumlah 550 orang yang terdiri dari personel zeni, medis dan pengangkutan. Mereka memainkan peranan penting dalam upaya pemeliharaan perdamaian di Liberia."

Tahun ini merupakan tahun pertama dari 4 tahun masa tugas pasukan pemelihara perdamaian Tiongkok di Liberia. Pada permulaan karena terbatas oleh kondisi lalu lintas setempat, personel dan material semua harus diangkut dengan helikopter, apalagi pensuplaian air dan listrik serta gas. Sering kali mereka hanya dua kali bersantap sehari, kadang-kadang air minum pun menjadi sulit.

Pasukan pemelihara perdamaian Tiongkok mengatasi berbagai macam kesulitan dalam setengah tahun pertama. Mereka membantu Liberia membangun jalan yang rusak sepanjang 660 kilometer, jembatan 21 buah, bandara helikopter 3 buah dan mengangkut 60 ribu orang serta 10 ribu ton material. Sebagai seorang dokter militer Li Tanshi bersama rekan-rekannya menolong dan mengobati sekitar 3000 orang pasukan pemelihara dan warga setempat. Karena tugas pasukan pemelihara perdamaian Tiongkok diselesaikan sangat baik, mereka dianugrahi PBB " Hadiah Perdamaian".

Liberia sebenarnya adalah sebuah negara yang relatif kaya di Afrika dan GDP perkapitanya pada suatu waktu pernah mencapai 3000 dolar Amerika. Akan tetapi perang selama 10 tahun telah menjadikan Liberia negeri yang di mana-mana menampakkan pemandangan menyedihkan. Menyaksikan kesemuanya itu, Li Tanshi dengan terkesan mengatakan:" Liberia sekarang menjadi sangat miskin dan penghidupan rakyat tidak terjamin, malapetaka yang didatangkan perang sangatlah menakutkan. Apabila saya tidak sempat ke Liberia, saya mungkin tidak akan menyadari bahwa betapa tidak mudahnya Tiongkok sebagai negara begitu besar dapat memelihara perkembangan stabil, tenteram dan menjadi semakin kuat."

Dikatakannya pula, setiap merindukan kampung halaman, ia merasa lega karena tanah air tenteram dan keperluan material serba cukup. Sementara juga ia tidak menguatirkan keluarga, karena istri di matanya pandai mengurus rumah tangga.

Satu tahun bertugas di Liberia akan berakhir. Dikatakan dokter militer itu, ia dan rekan-rekannya juga menantikan kepulangan ke tanah air dan ke rumah yang dirindukan.

Di rumah, istri dan putranya juga menghitung dengan jari hari tiba kembalinya suami dan ayah mereka.

Putranya mengatakan, setelah ayahnya pulang, hal pertama yang ingin ia lakukan adalah bersama dengan ayah main pingpong dan bulu tangkis, teknik ayahnya bagus, ia bisa belajar darinya.

Sedangkan istrinya mengatakan, suaminya paling suka makan mi Beijing, setelah ia pulang mereka pasti bersama-sama pergi ke restoran mi Beijing.