Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-01-21 15:42:57    
Standard Peraturan Ketenagakerjaan

cri

Akhir-akhir ini di Tiongkok telah terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja di bidang tata rias rumah tangga atau pembantu rumah tangga di berbagai kota-kota besar khususnya di Beijing. Jumlah ini meningkat berdasarkan banyaknya permintaan yang datang dari berbagai warga di Beijing.

"Sehingga hal tersebut menimbulkan dampak sosial yang serius bagi sektor-sektor industri pengelola tenaga kerja di bidang tata rias rumah tangga tadi," berdasarkan keterangan yang diterima dari "Asosiasi Pelayan Rumah Tangga Tiongkok" (CHSA) baru-baru ini kepada China Daily, harian Tiongkok dalam bahasa Inggris.

Sedangkan menurut "Perusahaan Pelayanan Rumah Tangga Wang Zhiqiang Zhuyou" di Fuxingmen, Beijing barat, sekitar 80% pekerja rumah tangga dipekerjakan oleh warga manula sebagai majikan mereka, di mana kebelakangan ini banyak warga manula membutuhkan pekerja rumah tangga untuk membantu mengurus pekerjaan sehari-hari, misalnya membersihkan rumah, memasak, dan lain sebagainya, termasuk juga untuk mengurus diri mereka. Statistik juga menunjukkan bahwa 1/3 dari 80 juta keluarga di Tiongkok di berbagai kota besar umumnya memiliki satu orang pekerja rumah tangga, dan lebih dari 1/4 nya bekerja sebagai pengurus warga yang sudah lanjut usia. Karena berdasarkan hasil survei yang dikeluarkan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Tiongkok pada tahun 1999, "sekitar 10% dari penduduk Tiongkok, adalah warga lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun lebih." Dan jumlah ini masih akan terus bertambah dengan cepat, sehingga pada bulan September 2003, berdasarkan hasil statistik, jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 132 juta jiwa, dan masih diprediksikan bahwa angka ini akan terus berkembang lebih dari 300 juta antara tahun 2028 dan 2036.

Apa yang menyebabkan warga lansia di Tiongkok lebih membutuhkan pekerja rumah tangga dibandingkan warga non lansia ?

"Kebijakan Satu Orang Anak"

Sejak diberlakukan "Kebijakan Satu Orang Anak" (One Child Policy) di Tiongkok pada tahun 1970-an, maka praktis seluruh warga Tiongkok hanya diperbolehkan memiliki satu orang anak saja. Namun peraturan ini masih dapat ditawar atau diperlonggar jika salah satu pasangan tersebut dulunya tidak memiliki abang, kakak atau adik di keluarganya, dan pemerintah mengizinkan pasangan tersebut untuk memiliki dua orang anak. Juga pemerintah masih dapat memberikan pengecualian, terutama bagi warga yang hidup di wilayah pedesaan atau perkampungan di Tiongkok untuk memiliki dua orang anak, jika keluarga tersebut sebelumnya melahirkan anak pertama perempuan, maka mereka dibolehkan untuk melahirkan anak kedua, dengan harapan bisa mendapatkan anak laki-laki sebagai penerus keturunan keluarga.

Hal ini bisa dipastikan bagaimana dampaknya bagi kehidupan warga lanjut usia Tiongkok di masa-masa selanjutnya. Karena umumnya mereka hanya memiliki satu orang anak saja, dan apabila masa senja telah datang merayap, maka sulit bagi mereka untuk hidup bersama anak mereka, di mana si anak pun telah memiliki keluarga, tidak memungkinkan jika masing-masing orang tua hendak hidup bersama si anak, sehingga masing-masing anak harus menanggung dan merawat 4 warga lanjut usia di rumah mereka. Oleh sebab itu, maka banyak warga lansia Tiongkok mempekerjakan pembantu rumah tangga untuk mengurus kehidupan dan kebutuhan mereka sehari-hari.

Maka tak heran jika terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja rumahtangga di berbagai sektor perindustrian yang khusus mengelola bidang tersebut, seiring dengan bertambahnya jumlah warga lanjut usia kebelakangan ini.

"Potensial Sektor"

Menurut Zhang Jianji, wakil ketua dari CHSA menyatakan, " bahwa industri jasa atau pelayanan rumah tangga, adalah sektor industri yang sangat menjanjikan di Tiongkok." "Sektor ini akan terus dapat berkembang jika iklim dan syaratnya sangat kondusif," kembali imbuhnya.

Hal ini bukan tidak memungkinkan, karena setiap tahunnya, sekitar 6 juta warga pedesaan pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan, dan sebagian dari mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Bagi CHSA yang telah memiliki pengalaman, tentu pula memiliki sumber daya manusia (sdm) yang berpotensial untuk dipekerjakan. Hanya saja mereka masih memerlukan untuk melakukan berbagai reformasi terhadap sistem dan peraturan pekerjaan mereka, sehingga nantinya akan menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang memiliki sdm berpotensial tinggi, seiring dengan kebutuhan dari para pemakai jasa mereka.

Pelatihan Tenaga Kerja

Bukan tidak dipungkiri bahwa pekerjaan rumahtangga umumnya dianggap sebagai suatu pekerjaan gampang dan mudah, namun ternyata hal tersebut sama sekali selamanya tidak benar, setidaknya harus memiliki keahlian khusus, meskipun diketahui bahwa jenis pekerjaan tersebut tidak memiliki sekolah atau kursus tertentu.

Umumnya para majikan mengajukan berbagai persyaratan mengenai calon pekerja yang akan dipekerjakannya, sesuai dengan kebutuhan sang majikan. Kebanyakan menginginkan tenaga yang telah siap pakai dan memahami segala jenis pekerjaan rumah tangga beserta alat-alatnya. Di mana biasanya warga yang hidup di daerah perkotaan lebih banyak menggunakan peralatan rumahtangga moderen, seperti mesin cuci, vacuum cleaner (alat penyedot debu), microwave (pemanggang listrik), kompor listrik dan gas, serta lain-lainnya. Hal ini terasa sulit jika para pekerja rumah tangga tadi tidak memiliki keahlian untuk menggunakan alat-alat tadi, sementara sedikit majikan yang mau memberikan bimbingan bagaimana menggunakan alat-alat tadi, sehingga hal ini merupakan suatu syarat bagi yayasan-yayasan penyedia tenaga kerja rumah tangga untuk memberikan pelatihan sebelum mempekerjakan tenaga-tenaga kerja mereka ke berbagai keluarga di Tiongkok.

Kenapa harus memiliki keahlian khusus ?

Karena banyak kendala dan masalah yang kerap timbul pada saat para tenaga kerja bekerja di suatu rumah tangga, yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan. Misalnya saja kurangnya pengetahuan bagaimana kebiasaan kehidupan warga kota sehari-harinya, hal ini terasa asing bagi mereka yang umumnya datang dari pedesaan. Perbedaan budaya dan kebiasaan ini, bukan tidak memungkinkan akan menimbulkan "misunderstanding" (kesalahpahaman) antara majikan dan pekerja. Selain itu juga minimnya pengetahuan dari para pekerja yang umumnya hanya memiliki pendidikan rendah. Kemudian para pekerja ini belum tentu memiliki pemahaman yang dalam atau baik, bagaimana sesungguhnya pekerjaan rumahtangga tersebut? Walau dipahami bahwa umumnya pekerjaan ruamhtangga meliputi berbagai kebutuhan rumahtangga misalnya masak-memasak, bebersih, dan lain sebagainya. Namun, saat ini banyak majikan yang menginginkan pekerjanya dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Oleh sebab itu juga, maka tugas yayasanlah bagaimana mengatur sistem manajemen kepegawaian mereka, sehingga dapat melahirkan tenaga-tenaga kerja siap pakai yang setidaknya memiliki dasar pengetahuan. Untuk itu jalan satu-satunya yang harus ditempuh dan dijalankan oleh berbagai sektor industri ini ialah dengan memberikan berbagai pelatihan baik mengenai penggunaan peralatan rumahtangga, maupun memperkenalkan bagaimana keadaan kehidupan warga kota pada umumnya, sehingga pekerja tidak akan menemukan kendala yang besar pada saat menjalani pekerjaan mereka.

Oleh sebab itu, CHSA kini telah membangun beberapa pusat pelatihan ketenagakerjaan di Guangdong dan Zhuang Guangxi, di bagian selatan Tiongkok dan berencana untuk membangun beberapa pusat pelatihan lagi di beberapa wilayah di Tiongkok.

Menurut Zhang, "baik yayasan dan tenaga kerja sendiri bersama-sama memikul tanggung jawab yang sama dalam pelaksanaan pelatihan ini." Boleh jadi dikatakan, bahwa pelatihan ini bukan hanya semata-mata untuk kepentingan yayasan saja, melainkan juga demi kepentingan si tenaga kerja sendiri, agar memudahkan mereka untuk memiliki berbagai keahlian dan pengetahuan sebelum terjun dalam pekerjaan nantinya.

Akan tetapi ada beberapa yayasan kecil yang kurang dapat menyediakan pelatihan bagi tenaga kerjanya. "Umumnya masalah ini dihadapi oleh yayasan-yayasan kecil di Beijing, yang tidak memiliki modal banyak untuk membiayai pelatihan tersebut," sebagaimana yang disampaikan oleh pemimpin perusahaan pelayan rumahtangga Jianghong di Beijing. "Sementara itu, para tenaga kerja sendiri pun enggan untuk dikenakan biaya pelatihan, dan tidak ada yang mampu untuk membayar biaya tersebut," kembali pemimpin perusahaan Jianghong menjelaskan.

Dalam hal ini CHSA berpendapat bahwa,"setidaknya pemerintah ikut membantu dalam pengalokasian dana khusus pelatihan kepada beberapa departemen buruh setempat, sehingga nantinya dana tersebut dapat disalurkan ke berbagai yayasan atau perusahaan pelayanan jasa rumahtangga yang memerlukan." Selain itu juga banyak yayasan atau perusahaan pelayanan jasa tersebut mengharapkan pemerintah dapat memberikan kebijakan pajak dan perizinan tempat tinggal yang syah bagi tenaga kerja yang hendak bekerja di daerah perkotaan, atau setidaknya para tenaga kerja tersebut memiliki jaminan sosial untuk dapat tinggal dan bekerja di kota.

Sebagaimana yang dikatakan Zhang, wakil pimpinan CHSA, "bahwa mereka sangat mengharapkan, nantinya pemerintah akan menetapkan peraturan-peraturan khusus di bidang ini, untuk membantu meningkatkan perkembangan bidang ini secara sehat." Karena untuk saat sekarang ini dinilai bahwa beberapa peraturan dan sistem ketenagakerjaan di bidang ini masih kurang jelas. Berbagai yayasan memerlukan adanya suatu peraturan atau sistem yang akurat dan jelas, sehingga nantinya tidak terjadi penyimpangan sistem dan peraturan ketenagakerjaan. Selain itu juga tidak hanya keahlian dan kemampuan pelatihan yang harus diberikan dan diterapkan bagi tiap yayasan atau perusahaan di bidang ini, namun juga berbagai yayasan mengharapkan adanya peraturan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah mengenai upah atau pendapatan yang akan diterima nantinya oleh pekerja. Atau dengan kata lain, akan terjadinya peningkatan atau perubahan pendapatan seiring denga keadaan dan kebutuhannya. Sangat mustahil jika seorang pelayan rumahtangga yang bekerja lebih dari lima tahun tidak mengalami peningkatan dalam bidang pendapatan, hal tersebut juga penting untuk diperhatikan, seperti contohnya pendapatan para petani di Tiongkok kerap mengalami peningkatan dalam beberapa tahun belakangan ini. Jadi sedikitnya para tenaga kerja ini meski bukan berprofesi sebagai petani, akan mengalami perubahan dalam pendapatan atau gaji, atau paling tidak para tenaga kerja ini akan menerima incentive.

Untuk masalah tersebut dibutuhkan suatu hukum yang jelas, dan peraturan kerja yang jelas, semacam kontrak kerja yang dipahami dan disetujui bersama oleh yayasan, para tenaga kerja, dan majikan yang mempekerjakan tenaga kerja tersebut oleh pemerintah. Di mana dalam kontrak kerja tersebut akan tertulis keterangan mengenai gaji, jam kerja, keadaan dan kondisi pekerjaan, cuti, dan lain sebagainya. Sehingga masing-masing parti yang terlibat dalam hal tersebut akan memahami kewajiban dan tanggung jawab mereka masing-masing. Tidak ada yang merasa dirugikan atau dicurangi, dan tidak ada yang berani untuk melakukan hal-hal yang tidak tertulis dalam kontrak kerja. Selain itu juga kontrak kerja dikeluarkan dengan berbagai peraturan dan ketetapan, umumnya untuk melindungi para tenaga kerja yang mungkin kurang atau tidak memahami hukum ketenagakerjaan ini agar tidak diperlakukan semena-mena oleh sang majikan atau yayasan.