|
Saudara pendengar, pemilihan umum Irak hari Minggu tanggal 30 Januari telah berakhir, sekarang sedang memasuki tahap penghitungan suara. Meskipun terjadi serentetan peristiwa serangan kekerasan di berbagai tempat selama pemungutan suara, tapi tingkat pemberian suara dalam pemilu kali ini tetap mencapai sekitar 60%, dan melampaui perkiraan banyak orang. Berikut laporan mengenai pandangan beberapa pakar masalah Timur Tengah Tiongkok tentang pemilu kali ini.
Menyinggung kesan pemilu Irak, Periset Akademi Hubungan Internasional Modern Tiongkok, Li Shaoxian berpendapat, pemilu kali ini diadakan dengan lancar. Dikatakannya:
"Pemilu Irak berakhir dengan relative stabil, ini agak diluar dugaan masyarakat. Pertama, di bidang keamanan tidak mengalami kesulitan besar, ini adalah yang sangat dikhawatirkan masyarakat sebelum pemilu. Kedua adalah tingkat pemungutan suara sangat tinggi di luar dugaan, sekurang-kurangnya mencapai 60% ke atas. Ini mencerminkan 2 masalah, pertama ialah rakyat Irak mendambakan kehidupan normal, kedua ialah golongan muslim Syi'ah dan orang Kurdi yang hidup di bawah tekanan kekuasaan Saddam dalam jangka panjang juga memberi suara dengan antusias. Selain itu, meskipun tingkat pemungutan suara golongan muslim Sunni relatif rendah, tapi tidak serendah seperti perkiraan umum sebelumnya."
Berbicara tentang pengaruh pemilu kali ini terhadap konfigurasi politik Irak masa depan, Li Shaoxian berpendapat, pemilu kali ini mungkin akan meningkat kecenderungan terpecah-belahnya Irak. Dikatakannya:
"Dilihat dari keadaan pemungutan suara, pada dasarnya dapat diketahui, bahwa situasi golongan muslim Syi'ah menduduki status dominant di bidang politik pada dasarnya dapat dibenarkan. Selain itu, status orang Kurdi juga akan ditingkatkan. Yang agak mengkhawatirkan sekarang adalah golongan muslim Sunni. Karena tingkat pemungutan suara golongan muslim Sunni rendah dan sebagian faksi Partai Sunni memboikot pemilu, maka konfigurasi politik Irak ke depan mungkin akan muncul situasi ketidak-seimbangan kekuatan politik 3 golongan pasca perang Irak semakin kukuh, dengan kata lain, kecenderungan terpecah-belahnya Irak mungkin akan ditingkatkan."
Berbicara tentang apakah hasil pemilu kali ini akan mengakibatkan perang saudara dalam negara Irak, Periset Institut Asia Barat dan Afrika Akademi Iptek dan Sosial Tiongkok, Yin Gang berpendapat, dampak itu tidak akan terjadi. Dikatakannya:
"Dianalisa melalui penampilan berbagai partai dalam pemilu kali ini dan seruan pemilu serta program pemilu yang diumumkan, perang saudara dalam Irak mutlak tidak mungkin terjadi."
Media umumnya berpendapat, Amerika terperosok ke dalam lumpur perang Irak, Amerika perlu secepatnya menarik tentaranya dari Irak. Mengenai masalah itu, mantan Duta Besar Tiongkok untuk Irak, Sun Bigan berpendapat, Amerika sebelum memperoleh kepentingan ekonomi dan strateginya, tak akan menarik diri dari Irak. Dikatakannya:
"Perang Irak telah mengurus keuangan Amerika dalam jumlah besar, dan jumlah korban personilnya juga banyak, maka AS disebut telah terperosok ke dalam lumpur perang Irak. Tapi apakah ini berarti AS akan menarik diri dari Irak? Saya berpendapat, sekurang-kurangnya sekarang ini belum dimasukkan ke dalam agenda. Tentara AS tidak mungkin semuanya ditempatkan di Irak, juga tidak mungkin semuanya mundur, dan sangat mungkin adalah setelah situasi Irak dapat dikontrol, ditambah AS mendapat kepentingan ekonomi dan strategi Irak, baru AS akan memelihara keberadaannya di Irak seminimal mungkin.
|