Selama beberapa hari ini Tiongkok tengah berada dalam suasana Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek, hari raya tradisional yang paling meriah di Tiongkok. Hari raya tersebut oleh masyarakat Tiongkok dipandang sebagai hari raya yang amat penting. Oleh karena itu, bagi anggota-anggota keluarga di manapun berada, selalu berusaha pulang untuk reuni keluarga. Saudara pendengar, dalam acara kali ini marilah kita mengikuti wartawan CRI menyaksikan bagaimana warga biasa di Tiongkok melewatkan hari raya Tahun Baru Imlek.
Di pedesaan Provinsi Henan Tiongkok tengah, jauh-jauh hari sebelum hari raya tiba sudah diliputi suasana ramai. Para petani sibuk menghias rumahnya dengan guntingan kertas, lukisan Tahun Baru dan lampion warna warni. Di sebuah pasar Kota Xuchang, wartawan bertemu dengan seorang petani yang sibuk mempersiapkan barang-barang kebutuhan Tahun Baru Imlek. Petani bernama Li Xingguo itu dengan mengatakan, tahun ini desanya mencapai panen raya, penghasilan keluarga petani lumayan baik. Oleh karena itu, barang-barang yang dibeli untuk tahun baru juga lain daripada tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini mereka ingin membeli barang-barang yang lebih tinggi kelasnya seperti dispenser dan lain-lain. Minum air dengan dispenser lebih bersih dan sehat. Demikian kata Li Xingguo
Selama tahun-tahun terakhir ini, pemerintah menjalankan kebijakan subsidi untuk petani yang memproduksi bahan pangan, menurunkan tingkat pajak pertanian dan mendorong petani mengadakan multi usaha, sehingga petani memperoleh banyak keuntungan. Tahun lalu pendapatan petani di Tiongkok meningkat 10% dibandingkan dengan tahun 2003. Pendapatan petani di Provinsi Henan tahun lalu meningkat 3,4 miliar yuan Renminbi dan jumlah total produksi bahan pangan juga menciptakan rekor tertinggi dalam sejarah.
Sementara itu, petani yang bekerja di kota juga pulang dengan membawa hasil jerih payahnya untuk berkumpul dengan keluarga. Untuk memudahkan buruh migran kembali ke kampung, pihak jalan kereta api tahun ini mengadakan rangkaian kereta api khusus untuk mereka. Di stasiun kereta api Chengdu Provinsi Sichuan Tiongkok barat daya, seorang buruh migran yang baru turun dari rangkaian kereta api khusus bercakap-cakap dengan wartawan. Dengan menyandang barang-barang jinjingan untuk di bawa pulang, ia mengatakan dengan perasaan gembira: "Sudah dua tahun lebih saya bekerja di Beijing. Tahu ini saya telah menerima upah jauh-jauh hari sebelum Tahun Baru Imlek karena pemerintah ketat mengawasi pembayaran upah bagi buruh migran tepat waktu. Dengan uang itu saya membeli barang-barang kebutuhan Tahun Baru Imlek untuk dibawa pulang dan merayakan tahun baru bersama keluarga." Lebih jauh dikatakan oleh buruh migran bernama Chen Hao itu bahwa bersama dengan istri, mereka bekerja di Beijing dan pendapatan setahun bisa mencapai 20 ribu yuan Renminbi atau sekitar 2.500 dolar Amerika. Tahun ini para buruh migran tidak saja telah menerima upah tepat waktu, kondisi hidup di kota juga mengalami perbaikan.
Pada saat masyarakat ramai membeli kebutuhan Tahun Baru Imlek, warga Kota Tianjin bernama Wang Erli menerima barang-barang kebutuhan tahun baru pemberian Serikat Buruh Kota Tianjin antara lain berupa minyak goreng, tepung terigu dan uang 500 yuan. Ia mengatakan kepada wartawan, 10 tahun yang lalu ia kehilangan sebelah kaki dalam suatu kecelakaan mobil. Dengan bantuan pemerintah, ia pernah bekerja di sebuah pabrik alat-alat dapur, kemudian pabrik itu gulung tikar, dan iapun menganggur. Setelah mengtahui keadaanya, Serikat Buruh Kota Tianjin mencantumkan keluarganya dalam daftar keluarga yang harus dibantu. Ia diberi sebuah kartu hijau oleh serikat buruh. Dengan kartu itu ia menerima kebuthan pokok setiap bulan. Setiap hari raya, keluarganya diberi uang dan barang-barang kebutuhan hari raya. Pada saat Tahun Baru Imlek ini, ia dan keluarganya merayakan hari raya dengan beramai-ramai membuat pangsit dan pesta reuni. Ia mengharapkan kesehatan bagi semua anggota keluarga dan mengharapkan tanah air menjadi lebih kuat dan makmur.
Selanjutnya saudara pendengar, marilah kita menengok para mahasiswa dari keluarga kurang mampu untuk mengetahui bagaimana mereka merayakan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada masa liburan musim dingin. Di liburan musim dingin, sejumlah dari mereka bekerja di sekolah untuk mendapatkan tambahan penghasilan guna membiayai kuliahnya. Demikianlah Zhang Lei, seorang mahasiswa yang kuliah di Beijing. Beberapa hari lalu, ia dan 400 lebih mahasiswa lain dari keluarga miskin menerima sejumlah uang untuk ongkos perjalanan pulang ke kampung. Biaya itu hasil derma yang dikumpulkan sebuah surat kabar di Beijing dari masyarakat. Mahasiswa itu dengan rasa haru mengatakan:" Saya merasa hangat di hati seperti memeluk sebuah harapan. Tahun Baru Imlek adalah hari raya yang sangat penting bagi saya, tahun ini saya bisa pulang berkumpul bersama keluarga untuk merayakan Imlek merasakan suasana bahagia dan kehangatan keluarga."
Dikatakannya bahwa ia tidak akan melupakan perhatian dan kasih sayang masyarakat. Ia akan belajar lebih giat untuk kelak membalas budi kepada masyarakat.
|