Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-02-14 18:50:25    
Morel, Orang Belgia Yg Membuka Restoran Barat di Beijing

cri

Pada 16 tahun yang silam, seorang Belgia yang bernama Renaat Morel kebetulan berkunjung ke Tiongkok dan di luar dugaannya sendiri, dia malah menetap di Tiongkok sampai sekarang. Kini, Morel adalah seorang majikan dari dua restoran barat. Dalam acara Fokus Ekonomi saat ini akan kami perkenalkan Pak Morel yang merintis usahanya di Tiongkok.

Renaat Morel kini berusia 57 tahun, tampaknya agak gemuk dan perawakannya sedang, dulu dia adalah seorang juru masak yang kenamaan di Eropa. Pada tahun 1989, dia bekerja di Beijing atas undangan sebuah maskapai penerbangan Tiongkok. Lama kelamaan, dia jatuh cinta pada Tiongkok, suatu negara kuno yang misterius dan penuh peluang. Kemudian, dia menikah dengan seorang gadis Tiongkok dan menetap di Tiongkok.

Selama 16 tahun ini, Moral pernah menjadi kepala juru masak dan manajer bagian produksi. Dia merasa lelah karena pekerjaan yang sibuk, maka timbullah ide untuk menjadi majikan. Pada enam tahun yang silam, Morel mulai merintis usahanya. Dia berhasil membuka sebuah restoran barat atas namanya sendiri di bagian timur kota Beijing, yang khusus menghidangkan masakan Belgia dan Prancis. Tak terduga, bisnisnya makmur, dan sering tidak tersedia tempat duduk kalau tidak dipesan lebih dulu. Dua tahun yang lalu, Morel membuka lagi sebuah restoran di Beijing. Ketika berbicara tentang restorannya sendiri, Morel tampak tersenyum bangga.

Yang dihidangkan restoran kami adalah masakan keluarga dan tradisional, yang sangat memakan waktu dalam memasak. Misalnya, memasak daging sapi diperlukan 12 jam. Selain itu, masakan Belgia sama seperti masakan Prancis, banyak memakai bumbu arak ketika memasuk. Arak yang digunakan dalam masakan khusus diimpor dari Belgia untuk menjaga keaslian masakan.

Morel mengatakan, untuk menjaga keaslian masakan, semua bahan mentah diimpor langsung dari Eropa, bahkan moster terbagi moster Belgia dan moster Prancis. Sebagai majikan, Morel sering masuk ke dapur untuk membimbing karyawannya dalam hal memasak.

Restoran masakan Belgia sudah sewajarnya harus dihiasi dengan gaya dan khas Eropa. Morel mengatakan kepada wartawan, setiap hiasan di restoran dibeli oleh istrinya dari Eropa.

Restoran yang penuh gaya dan khas Eropa itu mengundang banyak tamu dari berbagai tempat di dunia. Seorang Belgia lainnya yang bernama Gilbert Van Kerkhove mengatakan kepada wartawan bahwa dia pasti datang ke restoran ini sekali atau dua kali dalam sepekan, kadang-kadang hanya untuk minum arak saja dan mencicipi kue-kue,

Saya suka suasana di restoran ini, sama seperti kembali ke kampung halaman, rasanya berbeda sama sekali dengan restoran lainnya. Dan masakannya seenak di Belgia, kadang-kadang saya bingung memesan makanan karena terdapat masakan lezat yang bermacam-macam.

Morel menjelaskan, pada permulaannya, yang datang terutama orang asing, warga Tiongkok sedikit sekali, tetapi sekarang 30% tamu adalah warga Tiongkok. Wartawan menyaksikan seorang tamu wanita Tiongkok yang bernama Sun sedang makan di restoran, dia mengatakan kepada wartawan, bahwa dia datang ke sini justru melalui perkenalan temannya pada beberapa tahun yang lalu, kini dia sudah menjadi tamu rutin,

Masakan barat di restoran ini enak sekali. Saya sangat suka makan masakan sawi putih Belgia dengan gulung hamnya. Saya pernah mencoba di rumah, tapi gagal. Maka saya lebih baik makan di restoran ini.

Restoran Morel yang dapat menampung 80 orang itu selalu penuh sesak. Bisnisnya lancar, sewajarnya pendapatannya bertambah. Morel mengatakan, omzet restorannya setiap tahun melampaui 2 juta Yuan RMB. Hasil itu tak terpisahkan dengan upaya dari 60 lebih karyawannya.

Dalam proses perkembangan bisnis, saya bersama karyawannya mencurahkan upaya besar, manajer restorannya lancar berbicara bahasa-bahasa Mandarin, Inggris dan Prancis. Sedangkan, toilet dijaga bersih, sehingga para tamu merasa nyaman di restoran ini. Suksesnya restoran saya ini merupakan hasil kerja sama semua karyawan.

Selama 16 tahun menetap di kota Beijing, Morel sudah terbiasa dengan suasana kehidupan di sekitarnya dan mempunyai banyak teman. Setiap tibanya hari raya, mereka saling menelpon untuk menyatakan ucapan selamat. Morel mengatakan, tahun baru ini, dia akan bersama-sama merayakan Tahun Baru Imlek dengan istri dan mertuanya di Beijing.