Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-02-16 17:06:54    
AS Berpendirian Keras Mengenai Masalah Nuklir Semenanjung Korea

cri

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Richard Boucher Senin lalu menegaskan kembali bahwa AS berpegang teguh pada pendirian untuk menyelesaikan masalah nuklir Semenanjung Korea melalui kerangka Pembicaraan Enam Pihak dan akan berupaya bersama dengan berbagai pihak lain untuk terus meyakinkan Korea Utara supaya kembali ke Pembicaraan Enam Pihak, tapi AS tidak akan memberikan imbalan kepada Korea Utara. Opini berpendapat, pernyataan Boucher itu menyatakan meskipun AS berpegang teguh pada pendirian dihidupkannya kembali Pembicaraan Enam Pihak, tapi tidak bermaksud berkompromi dengan Korea Utara lebih dulu, berarti pertaruangan putaran baru antara Korea Utara dan AS sudah dimulai, dan apakah Pembicaraan Enam Pihak dapat dipulihkan masih suatu pertanyaan.

Menurut media Korea Selatan, meskipun Korea Utara dalam pernyataan pada Kamis lalu mengatakan, Korea Utara sudah memiliki senjata nuklir untuk tujuan pertahanan dan akan menghentikan partisipasi dalam Pembicaraan Enam Pihak tanpa batas waktu, tapi Condoleezza Rice Senin lalu dalam pertemuannya dengan Ban Ki-moon memberi tanggapan dingin terhadap pernyataan tersebut, dan sedikit pun tidak menunjukkan rasa mendesak terhadap situasi dewasa ini. Berbeda dengan pendirian dulu, Rice menyimpulkan kembali pendirian AS mengenai masalah nuklir Semenanjung Korea menjadi tiga prinsip, yaitu menentang tercerai-berainya mekanisme Pembicaraan Enam Pihak, denuklirisasi Semenanjung Korea serta langkah-langkah preventif untuk mencegah prolilerasi nuklir.

Opini berpendapat, dilihat dari waktu dan kata-kata yang dipilih oleh Korea Utara serta apa yang tersirat dalam penjelasannya dulu terhadap kemampuan nuklirnya, pernyataan Korea Utara bertujuan menduduki posisi inisiatif dalam perundingan mendatang, dan mencoba memaksa AS berkompromi lebih dulu. Tapi kalau dilihat dari situasi sekarang, menanggapi sikap "agresif" Korea Utara, AS bersikp membisu dan menunggu.

Selama beberapa hari ini, AS dan berbagai pihak lain peserta Pembicaraan Enam Pihak dengan kerap mengadakan konsultasi, berharap berbagai pihak memberi tekanan kepada Korea Utara, dan mendorongnya kembali ke Pembicaraan Enam Pihak.

Setelah Korea Utara mengumumkan mundur dari Pembicaraan Enam Pihak tanpa batas waktu, himbauan masyarakat internasional untuk menghidupkan kembali Pembicaraan Enam Pihak semakin gencar. Menteri Luar Negeri Tiongkok Li Zhaoxing dalam hubungan telepon dengan pemimpin bersangkutan Rusia dan AS baru-baru ini menegaskan kembali pendirian Tiongkok tentang denuklirisasi Semenanjung Korea, dan pemeliharaan perdamaian Semenanjung Korea, dan menyatakan Tiongkok akan terus mendorong proses Pembicaraan Enam Pihak. Rusia menyatakan, AS harus berjanji tidak menyerang Korea Utara dan memberikan bantuan ekonomi kepadanya, hanya dengan demikian, jalan buntu masalah nuklir Semenanjung Korea baru dapat diterobos. Pemimpin Jepang dan Korea Selatan menyatakan, mereka akan terus berupaya untuk menghidupkan kembali Pembicaraan Enam Pihak.

Baru-baru ini, banyak negara dan media susul-menyusul menyatakan, sebagai negara sponsor Pembicaraan Enam Pihak, Tiongkok telah memainkan peranan penting dalam pembicaraan beberapa putaran yang lalu, mereka berharap Tiongkok terus memainkan peranan tersebut di bawah situasi dewasa ini, agar dapat memecah kemacetan dalam masalah nuklir Semenanjung Korea. Tapi sementara itu, banyak analis mengakui pula, mengingat sikap Korea Utara dan AS yang saling tidak berkompromi, peran Tiongkok akan sangat terbatas. Sebab masalah nuklir Semenanjung Korea memasuki jalan buntu terutama karean Korea Utara dan AS saling tidak bercaya, oleh karena itu, kunci pemulihan kembali Pembicaraan Enam Pihak adalah apakah pihak-pihak bersangkutan dapat dengan sungguh-sungguh mengambil sikap luwes dan membina saling kepercayaan setapak demi setapak dalam kontak antara satu sama lain.