Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-02-23 13:52:01    
Bo'ao

cri

Bo'ao yang terletak di Kota Qionghai, Provinsi Hainan, ujung selatan Tiongkok, beberapa tahun lalu masih merupakan sebuah kota kecil yang tidak banyak dikenal. Namun, sejak tahun 2001, nama Bo'ao dihubung-hubungkan dengan Forum Asia. Setiap musim semi sejak itu, Forum Asia menggelar sidang tahunan di sini. Demikianlah sebuah desa nelayan yang tidak tertera di peta dengan cepat telah menjadi tempat tujuan wisata yang terkenal di Tiongkok. Saudara pendengar, dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok edisi ini, marilah kita berkunjung ke kota kecil di pantai Laut Tiongkok Selatan itu.

Sungai Wanquan Jernih Airnya, sebuah lagu yang sempat populer di seluruh negeri sejak puluhan tahun lalu. Sungai Wanquan yang dinyanyikan dalam lagu ini adalah sebuah sungai yang indah pemandangannya. Di Bo'ao itulah Sungai Wanquan bermuara ke Laut Tiongkok Selatan.

Sungai Wanquan adalah sebuah sungai yang relatif terpelihara dengan baik ekosistem alam tropiknya di Tiongkok, dan dijuluki sebagai Sungai Amazon di Tiongkok. Bertamasya di Sungai Wanquan, kita dapat menikmati pemandangan di kedua tepi sungai yang hijau rimbun, dan kota kecil Bo'ao yang terletak di tepi sungai juga berada dalam pelukan rimbun hijau. Maka tidak heran kalau pakar pelestarian lingkungan PBB yang pernah berkunjung ke Bo'ao memujinya sebagai muara pelestarian lingkungan ekologi yang paling sempurna di dunia.

Sungai Wanquan yang jernih airnya membawa lingkungan yang segar kepada Bo'ao, juga menghadirkan pemandangan alam yang indah di sana. Di muara Sungai Wanquan terdapat sebuah pantai berbentuk jasirah yang dinamakan Pantai Pita Giok. Tatkala air laut pasang, Pantai Pita Giok hanya 10 meter di bagian yang paling sempit, dilihat dari jauh tampak seperti sebuah pita giok terselip di antara Laut Tiongkok Selatan dan Sungai Wanquan, mirip seperti Golden Beach di Australia. Zhao Min yang pernah berkunjung ke Golden Beach sangat mengagumi pemandangan indah di Pantai Pita Giok ini,"Pantai Pita Giok sungguh sangat indah, seperti sebuah garis perbatasan memisahkan air sungai dan air laut. Pasir di pantai di sini juga sangat bagus, nyaman sekali rasanya berjalan di atasnya. Pantai Pita Giok rasanya tidak kalah bagusnya dibanding Golden Beach di Australia."

Di laut dalam tidak jauh dari Pantai Pita Giok terdapat gugusan batu raksasa bagai bukit-bukit terjal menjabal di sana. Itulah "Batu Dewi" yang terkenal. Tentang Batu Dewi itu, ada sebuah kisah yang menarik. Pemandu wisata, Zhang Hua mengatakan,"Konon dahulu kala, dunia manusia dilanda banjir berturut-turut akibat langit runtuh sehingga masyarakat menderita bukan kepalang. Untuk menyelamatkan masyarakat dari bencana, Nuwa berhasil melebur batu-batu panca warna untuk menambal langit yang runtuh. Suatu peristiwa, sebuah batu panca warna jatuh tatkala ia sedang sibuk melebur bebatuan, dan tepat sekali batu itu jatuh persis di muara Sungai Wanquan di pelabuhan Bo'ao. Maka sejak itu hadirlah Batu Dewi di tempat itu."

Dongeng yang indah memberi warna mistik pada batu tersebut dan menjadikannya batu sakti di hati nelayan setempat. Setiap kali akan melaut, para nelayan tentu akan bersembah kepadanya untuk mendoakan keselamatan selama melaut.

Selain sungai dan pantai, pulau di Bo'ao juga sangat menarik. Nama Bo'ao itu sendiri ada kaitannya dengan sebuah pulau yang dinamakan Pulau Dongyu yang terletak di pusat Bo'ao. Pulau itu berbentuk seperti kura-kura yang berenang menuju Laut Tiongkok Selatan. Mengambil sebutan yang melukiskan situasi itu dalam bahasa Tionghoa, maka dinamakanlah pulau itu Bo'ao.

Di pantai Pulau Dongyu, di mana-mana tampak tanaman nenas, sedang di atas pulau itu terdapat hutan bakau, pohon kelapa, pinang dan tumbuhan tropik lainnya. Pulau Dongyu tidak luas, untuk mengelilinginya hanya perlu waktu satu jam lebih. Pulau itu dihuni lebih 160 keluarga. Mereka menamakan Sungai Wanquan "Sungai Ibunda", dan Pulau Dongyu sebagai "buaian". Di sini warga setempat hidup dengan tenang turun temurun. Para petani rajin bekerja di sawah, ditemani kecapung beterbangan dan burung yang berkicau.

Seperti kota-kota kecil lain di pantai, Bo'ao tenang dan damai. Namun yang berbeda ialah Bo'ao kini sedang dengan cepat berkembang menjadi tempat tujuan wisata yang mendunia. Hotel dan resort yang lenkap instalasinya, ruang pertemuan Forum Asia yang unik dan lapangan golf yang luas berpadu dengan laut, hutan nyiur, pantai pasir dan rumah penduduk yang bersahaja. Ketika tabir malam turun, lampu-lampu menerangi jalan pantai sepanjang satu kilometer di kota itu. Sinar lampu yang lembut dan udara yang segar membuat orang merasa sejuk dan nyaman. Pada waktu itu pula, para penjual makanan juga mulai sibuk untuk menyambut kedatangan tamu. Berbagai hidangan yang menghamburkan bau harum menggelitik rasa lapar setiap orang. Pasar malam makanan itu berlangsung sampai dini hari antara jam satu dan jam dua. Wisatawan dapat menikmati keindahan pemandangan di Bo'ao sambil mencicipi hidangan lezat setempat. Seorang wisatawan, Wang Xiaonan mengatakan,"Saya paling gemar makanan di pinggir jalan Bo'ao, di sana anda dapat menikmati makanan setempat yang paling lezat, dari hidangan laut yang segar sampai nasi ayam Hainan, sungguh nikmat."