Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-03-11 16:43:01    
Pesona Nuansa Tiongkok : Hari Wanita Internasional

cri

Menyebut kata wanita, maka ia identik dengan keindahan, kelembutan, dan kelemahan. Sifat-sifat tersebut bisa kita lihat dari bentuk fisik, gerak, dan suaranya. Identitas tersebut selaras dengan jatidirinya sebagai wanita. Peranannya menjadi tumpuan bagi proses regenerasi agar tercipta manusia-manusia berguna.

Kehadiran wanita sering sekali dikaitkan sebagai suatu pelengkap dalam kehidupan rumah tangga. Rumah tidak bersinar dan berwarna bila tidak ada wanita yang merawat dan mengurusnya. Sering kali kita mendengar ungkapan-ungkapan bahwa hidup terasa sunyi bila tidak ada wanita. Umumnya yang berkata demikian adalah pria. Tanpa mereka, hati, pikiran, perasaan lelaki akan resah. Masih mencari walaupun sudah ada segala-galanya. Banyak kisah yang berbicara mengenai perempuan atau wanita. Bahkan ada yang berpendapat bahwa wanita mempunyai hubungan erat dalam berbagai bidang kehidupan. Suatu keluarga yang sukses tidak terlepas dari peranan wanitanya.

Walaupun demikian, wanita juga mengalami berbagai macam masalah dan keadaan yang dirasa sangat tidak adil. Tidak sedikit kaum wanita kehilangan akan hak-haknya yang patut dihargai dan diperhatikan. Perlakuan tidak semena-mena yang telah dilakukan dari berbagai pihak dan kalangan membuat wanita seperti makhluk yang tidak berharga dan pantas diperlakukan sedemikian rupa. Banyak cerita yang menggambarkan kehidupan seorang wanita, dimulai dari cerita rumah tangga yang berantakan, di mana wanita menjadi alasan utama sebagai orang yang patut disalahkan akan kehancuran dan kegagalan rumah tangga tersebut.

Selain itu juga, banyak pria yang tega menganiaya dan menyiksa istrinya, menceraikan tanpa memberikan bantuan nafkah demi kehidupan istri dan anak nya, sehingga kisah yang dialami oleh para wanita ini mengingatkan saya kepada sebuah tembang lawas dari Indonesia yang menyandungkan lirik, "Wanita dijajah pria sejak dulu, dijadikan perhiasan sangkar madu, namun ada kala pria tak berdaya, tekuk lutut di sudut kerling wanita."

Kasus-kasus wanita telah banyak mendapat perhatian dari berbagai kalangan, demi menyelamatkan kehidupan wanita, mengangkat mereka dari jurang penganiayaan, kesemana-menaan, dan ketidak adilan, banyak didirikan lembaga-lembaga swadaya yang siap membela dan membantu permasalahan atau persoalan wanita.

Tidak heran jika banyak kaum wanita yang mendirikan berbagai macam forum atau organisasi solidaritas untuk mendukung dan membela nasib kaum wanita di manapun berada.

Hingga tidak salah jika hal-hal demikian mendapat perhatian oleh lembaga tertinggi internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di mana setiap tahun tanggal 8 Maret diperingati sebagai hari Perempuan Internasional. Hari ini diputuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1978.

Keputusan yang diambil ini berdasarkan gerakan sejarah kebangkitan perempuan sedunia, dengan adanya gerakan emansipasi, menuntut persamaan hak, penghargaan antara pria dan wanita, sama derajat. Termasuk di dalamnya perkara persamaan di bidang politik, seperti hak suara, memilih dan dipilih di badan-badan legislatip. Gerakan ini dimulai pada akhir abad 19, di mana gerakan Perempuan mulai memasuki tahap Internasional manakala secara serentak melawan kemiskinan, kekerasan dan antikemanusiaan. Hari wanita internasional ini diperingati secara luas di seluruh dunia. Tapi mengapa justru 8 Maret yang dipilih sebagai hari Perempuan Internasional ? Menurut sejarah singkat yang saya baca dari Kreasi, "pada tahun 1857 di New York, AS, kaum buruh tekstil yang kebanyakannya perempuan, mengadakan demonstrasi, menuntut perbaikan kerja." Demonstrasi ini mengalami perlawanan keras dari pihak kepolisian. Pada tahun 1907 di Stutgart-Jerman, diadakan permusyaratan Perempuan Sosialis Internasional Pertama. Tahun 1908 di New York - AS, terjadi lagi demonstrasi yang diikuti oleh ribuan buruh-perempuan yang menuntut perbaikan nasib, menuntut hak-pilih, memilih dan dipilih dan melarang menggunakan tenaga kerja anak-anak. Tahun 1910 di Kopenhagen - Denmark, diselenggarakan permusyawaratan Perempuan Sosialis Internasional Kedua. Ketika itu Clara Zetkin ( 1857 - 1933 ) yang mewakili Partai Sosialis Jerman, mengusulkan agar Hari Perempuan Internasional diperingati setiap tahun. Usul Clara Zetkin ini disetujui dan disambut hangat oleh 100 orang wakil-wakil organisasai perempuan dari 17 negara yang hadir ketika itu. Berbareng dengan rentang waktu itu, untuk pertama kalinya Parlemen di Finlandia memilih tiga orang wakil buat duduk sebagai anggota legislatif negara tersebut. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya gerakan perempuan terus menanjak di bagian banyak negeri-negeri yang belum mengakui gerakan ini. Setiap tanggal 8 Maret, perayaan dan peringatan Hari Perempuan Internasional ini terus berkembang. Tuntutannya juga berkembang, misalnya menuntut 8 jam-kerja. Untuk pertama kalinya pada tahun 1911 Hari Perempuan Internasional dirayakan di negara-negara industri, seperti Jerman, Austria, Denmark, Finlandia, Swiss dan Amerika Serikat. Pada tahun 1914 di Jerman, ribuan orang terutama kaum wanita ikut aktif berdemonstrasi menentang ancaman Perang Dunia I. Karena luasnya dan dianggap berbahayanya oleh pemerintah, seorang tokoh perempuan, Rosa Luxemburg ditangkap dan ditahan. Tahun 1917 pada tanggal 8 Maret di St. Petersburg - Russia, terjadi pemogokan kaum buruh tekstil buat pertama kalinya di bawah pimpinan Alexandra Kollontai, seorang buruh-perempuan. Tuntutannya tentang perbaikan nasib, suasana kerja dan pemenuhan kebutuhan sandang-pangan. Pemogokan sekali ini, benar-benar secara total, sebab diikuti oleh kaum-buruh dari pabrik-pabrik lainnya. Tahun 1916 Clara Zetkin bersama Rosa Luxemburg dan Karl Liebknecht membentuk Spart akusbund dan kemudian setelah selesainya revolusi tahun 1917 - Revolusi Oktober - mereka menggabungkan diri dengan Partai Komunis Jerman. Dua orang wanita ini tetap memegang pimpinan sekretariat Gerakan Perempuan Internasional. Dengan adanya perpecahan golongan sosialis Eropa dan Amerika, maka sejak 1922 peringatan dan perayaan 8 Maret juga terpecah cara dan wilayah peringatannya. Barulah pada tahun 1978 PBB mengakui bahwa hari 8 Maret adalah Hari Perempuan Internasional.

Sejak beberapa tahun yang lalu, hari tersebut kerap diperingati setiap tahunnya di beberapa negara di dunia. Begitu pula dengan di Tiongkok, hari ini merupakan salah satu hari penting yang kerap dirayakan oleh pemerintah Tiongkok melalui "Federasi Wanita Tiongkok" pada tanggal 7 Maret 2005 yang lalu, menggelar acara peringatan Hari Wanita Internasional ke-95 yang dihadiri oleh para kaum wanita dari seluruh dunia. Ada yang bekerja di kantor kedutaan, tenaga ahli di bagian media baik cetak maupun elektronik, guru, pebisnis, ibu rumah tangga, dan lain sebagainya. Berkumpul di dalam satu ruangan luas di Great Hall Beijing. Di situ saya bisa melihat beberapa kaum wanita mengenakan pakaian kebangsaan mereka masing-masing. Lewat baju yang dikenakan, kita dapat mengetahui dari mana mereka berasal? Sungguh menarik. Acara tersebut dibuka dengan iring-iringan musik dari Chinese National Orchestra.

Kira-kira apa yang menjadi tujuan dan maksud diselenggarakannya Hari Perempuan Internasional ini di Tiongkok? Ibu Mme Gu Xiulian, Presiden Federasi Wanita Seluruh Tiongkok menyampaikan dalam pidato sambutannya, mengatakan bahwa, "dengan datangnya musim semi, segalanya di Beijing tampak indah dan segar di bulan Maret ini. Di musim yang indah ini, kita berkumpul bersama untuk merayakan Hari Wanita Internasional ke-95. Pertama-tama, saya selaku pihak dari Federasi Wanita Seluruh Tiongkok ingin mengucapkan, harapan terbaik saya kepada seluruh tamu undangan yang hadir pada hari ini, dan juga bagi saudari-saudari di seluruh dunia. Saya juga ingin menyampaikan rasa terim kasihkepada seluruh rekan-rekan wanita yang telah mendukung perkembangan para wanita."

Begitulah pesan dan kesan yang disampaikan oleh Presiden Federasi Wanita Seluruh Tiongkok. Pesan dan kesannya beliau tersebut disambut meriah oleh para hadirin pada sore itu. Di samping itu juga Ibu Mme Gu Xiulian, menjelaskan sedikit bagaimana kehidupan para wanita di Tiongkok 95 tahun yang lalu di sela-sela pidato sambutannya. Di mana pada waktu itu para wanita Tiongkok bekerja bahu-membahu dengan para wanita di seluruh dunia untuk memberikan sumbangan kontribusi yang besar bagi perdamaian dunia, perkembangan negara dan buruh dalam negeri, juga melakukan berbagai upaya agar dapat mengembangkan keharmonisan hidup yang sederajat antara wanita dan pria.

Bagi pemerintah Tiongkok, perkembangan kehidupan wanita merupakan hal yang sangat penting dan kerap mendapat perhatian yang baik, untuk itu pemerintah Tiongkok telah pula mengeluarkan sebuah peraturan mengenai kesetaraan jenis kelamin dalam rangka pengembangan kehidupan sosial, membuat serangkaian undang-undang dan peraturan meliputi "Hukum Perlindungan Terhadap Hak-hak dan Kepentingan Para Wanita", dan membina kekuatan nasional demi kemajuan persamaan derajat.

Demikian pula pendapat dan pandangan yang diungkapkan oleh Ivana, seorang wanita Italia yang bekerja di kantor media cetak Remin Ribao mengenai perayaan yang diadakan oleh Federasi Wanita Seluruh Tiongkok ini. Menurut Ivana ini merupakan perayaan pertama kali yang dihadirinya di Tiongkok. Sungguh sangat menarik dan menyenangkan, di mana kita bisa bertemu dengan para wanita dari seluruh dunia, dengan aneka warna dan model baju nasional yang mereka kenakan. Dan bagi Ivana hari ini memang patut untuk diperingati demi mengenang bagaimana para wanita dahulu mencoba dengan berbagai upaya memperjuangkan hak-haknya.

Sudah sepantasnya memang, jika wanita memiliki hari internasional sebagai suatu perwujudan atau penghargaan bagi kaum wanita yang telah banyak menyumbangkan tenaga, pikiran dan waktu untuk bersama-sama kaum pria menjalankan kehidupan ini walau tidak terlalu mendapat perhatian bahkan penghargaan dari berbagai kalangan, namum wanita terus berjalan dan memainkan peranannya sebagai sosok yang memang diciptakan sebagai pelengkap kehidupan. Sekarang banyak kita lihat di beberapa perusahaan, organisasi, serta forum-forum, wanita menduduki dan memegang jabatan yang penting. Mitos wanita sebagai sosok yang laiknya tinggal di rumah, memasak di dapur, sedikit demi sedikit hilang dan berganti menjadi wanita yang dapat bergerak dan memainkan peranannya pada kedudukan yang sama dengan pria. Banyak wanita yang menjalani kehidupan sebagai wanita karir tanpa harus melepas predikatnya sebagai ibu rumah tangga yang harus juga mampu mendidik dan merawat rumah tangga dengan baik dan benar. Sehingga tidak sedikit menjadi suatu persaingan bagi kaum pria dalam hal meniti karir atau mendapatkan pekerjaan.