Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-03-14 14:20:03    
Hubungan Ekonomi dan Perdagangan Tiongkok-Indonesia Berkembang Cepat [foto]

cri

Tahun ini adalah genap 55 tahun penggalangan hubungan diplomatik Tiongkok-Indonesia. Selama 55 tahun ini, hubungan kedua negara telah mengalami ujian sejarah, rakyat kedua negara menjalin rasa persahabatan yang mendalam, dan hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral juga semakin erat. Menurut catatan, nilai perdagangan bilateral pada tahun 1990 sebesar 1,1 miliar dolar Amerika lebih meningkat hingga 10,2 miliar dolar Amerika pada tahun 2003, rata-rata meningkat hampir 20% setiap tahun. Baru-baru ini, wartawan kami khusus mewawancarai Lin Mei, periset dari Pusat Riset Asia Tenggara Universitas Xiamen, di Propinsi Fujian, Tiongkok selatan. Lin Mei mengatakan kepada wartawan bahwa hubungan ekonomi dan perdagangan antara Tiongkok dan Indonesia berkembang pesat dan berprospek luas. Ia menjelaskan: "Pada tahun 2003, nilai perdagangan bilateral untuk pertama kali menerobos puluhan miliar dolar Amerika. Pada tahun 2004, meski di Indonesia saat ini sedang diadakan pemilu untuk presiden dan anggota parlemen, namun perdagangan bilateral tidak terpengaruh sama sekali, nilai perdagangannya mencapai 12 miliar dolar Amerika".

Tiongkok sebagai negara berkembang yang terbesar di Asia tetap memelihara laju pertumbuhan ekonominya pada kira-kira 8%, masyarakat menganggap Tiongkok sebagai negara dengan laju pertumbuhan ekonomi paling cepat dan berpengharapan di dunia. Sedangkan Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, dengan sumber daya yang melimpah, penduduk yang banyak dan pasar yang luas, menempati kedudukan penting di antara para anggota ASEAN. Tiongkok dan Indonesia dapat saling mengisi di bidang sumber alam. Indonesia memiliki banyak bahan mentah yang dibutuhkan oleh Tiongkok, seperti minyak bumi, gas alam, papan lapis, kayu, bubur kertas, palem, karet dan bahan kimia. Sedangkan produk Tiongkok memiliki keunggulan baik dalam harga maupun kualitasnya, antara lain mesin dan alat elektronik, mobil, kapal, tembakau, plastik, obat-obatan dan alat kedokteran, alat telekomunikasi serta produk dan perlengkapan perangkat lainnya sangat cocok bagi pasar Indonesia. Di Indonesia terdapat pula prospek investasi yang luas di bidang-bidang pertambangan, permesinan, listrik tenaga air dan pertanian. Terhitung sampai tahun 2000, Tiongkok sudah menjadi mitra ke-5 Indonesia di bidang perdagangan, nilai total perdagangan Tiongkok-Indonesia merupakan 5,03% daripada nilai total perdagangan luar negeri Indonesia. Jadi Indonesia merupakan mitra ke-17 Tiongkok di bidang perdagangan.

Berdasarkan " Pernyataan Bersama Mengenai Pembentukan Hubungan Kemitraan Tetangga Rukun dan Saling Percaya Pada Abad Ke-21 " yang ditandatangani oleh Tiongkok dengan ASEAN, pada tahun 2000, Tiongkok dan Indonesia telah menandatangani " Pernyataan Bersama TK-Indonesia Mengenai Arah Kerja Sama Bilateral Masa Depan ". Tiongkok menaruh perhatian pada peningkatan kerja sama ekonomi keseluruhan dengan negara-negara ASEAN, dan hal itu juga membawa peluang bisnis yang besar bagi perdagangan bilateral Tiongkok-Indonesia. Pada tanggal 30 Agustus hingga 3 September tahun 2004, Pameran Komoditi Indonesia digelar di Beijing dengan mencapai hasil yang memuaskan, selama pameran, kedua pihak telah menandatangani persetujuan perdagangan senilai 10 juta dolar Amerika. Pada awal bulan November tahun lalu, Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia, Aburizal Bakrie, dan Menteri Perdagangan Marie Pangestu memimpin delegasi pemerintah menghadiri Ekspo Tiongkok-ASEAN yang diadakan di kota Nanning, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, Tiongkok selatan. Kehadiran delegasi Indonesia memperlihatkan sepenuhnya pemerintah baru yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menaruh perhatian besar terhadap pengembangan ekonomi dan perdagangan antara kedua negara.

Selain kerja sama di bidang sumber daya alam, antara kegiatan perdagangan kedua negara terdapat pula kemungkinan saling mengisi di sektor-sektor tradisional. Dengan sektor tekstil sebagai contoh, baik Tiongkok maupun Indonesia sama-sama merupakan negara besar pengekspor tekstil, dan merupakan pesaing di pasar internasional. Mengenai hal itu, Lin Mei telah meneliti sektor tekstil kedua negara, ia mengatakan:" Pada bulan Juli tahun lalu, saya berkunjung ke Indonesia untuk mempelajari perusahaan tekstil setempat, dan menemukan bahwa sektor tekstil di Tiongkok hanya membawa dampak bagi perusahaan tekstil Indonesia yang memiliki rendah efisiensi dan tidak memiliki mesin dan peralatan modern, dan tidak akan berdampak bagi perusahaan tekstil modern. Oleh sebab itu, Tiongkok seharusnya mengembangkan keunggulannya di pasar tingkat rendah, sedangkan Indonesia hendaknya menambah alokasi dana di sektor tekstil, dan menjadikan pasar tingkat menengah sebagai arah perkembangannya, dengan demikian, di dalam tubuh sektor tekstil akan terjadi pembagian yang baru, dan masing-masing menjadi bagian kunci dalam perindustrian. "

Tahun ini, pembangunan zona perdagangan bebas ASEAN akan memasuki tahap substansial, dan setelah menurunnya tarif bea cukai produk impor, perdagangan bilateral akan meningkat. Sejumlah perusahaan Indonesia khawatir bahwa masuknya produk Tiongkok akan berdampak pada perusahaan nasional. Mengenai hal itu, Lin Mei berpendapat:" Menurunnya tarif dan dihapusnya pagar nontarif secara berangsur-angsur akan memungkinkan nilai perdagangan Tiongkok-Indonesia meningkat dalam jumlah besar, di samping itu, akan mengintensifkan pula di bidang ekonomi dan perdagangan bilateral serta investasi, meliputi pertanian, informasi, telekomunikasi, eksploitasi sumber tenaga kerja dan pembangunan instalasi perhubungan, kesemuanya itu akan membawa kedinamisan bagi ekonomi Asia. "

Selain itu, pembangunan zona perdagangan bebas ASEAN akan memungkinkan kedua negara untuk meraih kemenangan bersama dalam memperluas dan mempertajam pengembangan di bidang ekonomi. Walau perusahaan menengah dan kecil di Indonesia lemah dalam produksi, namun permintaan akan barang keperluan sehari-hari dan alat elektronik rumah tangga terus meningkat dengan pesat. Apabila perusahaan menengah dan kecil Tiongkok melangkah ke luar negeri, menanam modal di Indonesia, mendirikan perusahaan patungan, maka hal itu tidak saja memberikan sumbangan kepada perindustrian nasional Indonesia, tetapi juga bermanfaat bagi Tiongkok untuk memperluas pasar komoditinya di Indonesia, sedangkan perusahaan patungan Tiongkok-Indonesia dapat memasarkan komoditinya ke pasar internasional.

Di usianya yang ke-55 tahun ini, Tiongkok dan Indonesia, bersikap optimis terhadap peningkatan di bidang perdagangan, nilai perdagangan bilateral diperkirakan akan mencapai 15 miliar dolar Amerika, dan akan meningkat sampai 20 miliar dolar Amerika pada tahun depan. Perkembangan ekonomi dan perdagangan antara kedua negara tidak saja membawa pengaruh besar bagi perkembangan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik, tetapi juga mempunyai arti penting bagi peningkatan hubungan politik. Mengembangkan hubungan ekonomi dan perdagangan Tiongkok-Indonesia sudah menjadi target strategis yang berjangka panjang dan mantap serta dapat dipastikan bahwa hubungan itu akan mengalami perkembangan yang sehat dan cepat.