Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-04-11 14:20:56    
Warga Asing Yang Hidup Di Kota Tianjin

cri

Kota Tianjin suatu kota pelabuhan Tiongkok timur adalah salah satu bandar perdagangan dengan luar negeri yang terpenting di Tiongkok dalam sejarah. Kini sejalan dengan semakin terbukanya kota itu, warga asing yang belajar dan bekerja di Kota Tianjin kian hari kian banyak. Dalam acara edisi ini saudara pendengar, akan kami perkenalkan kehidupan nyaman dan senang beberapa warga asing yang berasal dari Amerika utara.

Cameron dan istrinya Shelly adalah warga Kanada. Dua tahun sebelumnya mereka datang di Kota Tianjin bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Sekolah Menengah Binhai. Sebelum menginjakkan kaki di kota tersebut, mereka sedikit kuatir akan kondisi kehidupan setempat, dan bagi mereka warga asing itu, bisa tidak mengadaptasikan diri dengan iklim budaya dan kebiasaan hidupnya. Tetapi setelah datang di Tianjin, Cameron dengan senang mengatakan, kondisi kerja dan hidup di situ ternyata baik, sugguh di luar dugaannya. Toko swalayan dan restoran terdapat di mana-mana, begitu juga bar, dan rumah sakit yang maju perlengkapannya serta sekolah, semuanya tak seberapa bedanya dengan Ottawa kampung halamannya.

Cameron menceritakan: "Pagi hari pertama setelah tiba di situ, yang menggembirakan adalah kami berjalan-jalan keluar, menemukan suatu taman yang sangat besar, banyak pohonnya dan lebat rumputnya, dan orang-orang sedang berlatih badan, asri rasanya."

Kehidupan suami istri dari Kanada itu di Tianjin beraneka ragam. Selesai kerja, mereka berjalan-jalan di hutan kecil, kadang kala minum kopi ke Kafe Starbuck. Yang paling disukai mereka adalah masakan yang sedap kota pantai laut itu. Setiap kali mereka ke restoran, berbagai macam masakan hasil laut ala Tiongkok membangkitkan seleranya.

Michael J Layden, yang berusia 50 tahun adalah warga Amerika yang terpesona juga oleh Kota Tianjin. Sepuluh tahun yang lalu Layden yang gemar mengumpulkan dan menyelidiki prangko dari berbagai negaeri di dunia itu berkenalan dengan seorang gadis Tiongkok yang cantik bernama Xu Zhongyu yang tengah belajar di Hawai. Ketika ia mengetahui gadis Tiongkok itu berasal dari Kota Tianjin, sangatlah gembira, karena ia ketahui Tianjin adalah tempat asal prangko Tiongkok.

Layden dan gadis Tiongkok Xu Zhongyu menjalin hubungan perkawinan dan pada tahun 1991, bersama istrinya ia menetap di Kota Tianjin. Selama bertahun-tahun ini, Layden mengoleksi sebanyak 10.000 helai prangko yang bersangkutan dengan Tianjin. Dalam proses pengoleksian prangko itu ia semakin tertarik oleh sejarah budaya Kota Tianjin. Oleh karenanya, ia mulai meneliti sejarah pos Tiongkok serta sejarah dan budaya Tianjin.

Layden bertutur: " Sejarah pos mengisahkan cerita kehidupan, ini bisa diketahui dari kertas surat. Dari penelitian terhadap sejarah pos Tianjin, saya mengetahui banyak hal tentang Tianjin, Semakin banyak mengetahui Tianjin, saya semakin merasa Tianjin berkedudukan penting dalam sejarah Tiongkok dan hubungan Tiongkok dengan luar negeri. Pada tahun 2001, Layden menerbitkan buku yang berdasarkan koleksinya. Dalam buku itu diperlihatkan 600 buah koleksi pos, antara lain prangko, sampul surat, kartu pos dan stempel pos. Buku itu beberapa kali ikut pameran pos di Tiongkok, Amerika, Thailand dan banyak negara lain serta mendapat hadiah.

Layden menyatakan, dengan batas kemampuannya ia akan membuat Kota Tianjin dan budaya Tianjin diketahui rakyat di daerah-daerah lainnya di dunia. Tahun lalu, buku kedua yang berdasarkan koleksinya telah diterbitkan. Dikatakannya, buku itu adalah pemberiannya untuk ulang tahun ke-600 berdirinya Kota Tianjin.

Dalam cerita kami tentang warga asing yang hidup di Kota Tianjin, ada seorang gadis dari New York Amerika, namanya Wilson. Wilson yang berusia 21 tahun waktu belajar di sekolah menengah pernah mengunjungi Tiongkok. Tembok besar dan istana kuno yang megah memberikannya kesan yang sangat mendalam dan sejak itu, hatinya penuh dengan keingintahuan terhadap Tiongkok. Dua tahun yang lalu setelah lulus dari kejuruan fisioterapi universitas di Amerika Serikat, ia datang ke Tianjin bekerja di Panti Kesejahteraan Anak-anak Kota Tianjin atas undangan bagian terkait. Selama bekerja di panti itu, Wilson dengan sungguh-sungguh merawat setiap anak penyandang cacat, mengobati penyakit dan menyusun rencana rehabilitasi kesehatan untuk mereka. Ia mengatakan:" Saya memberikan pengobatan untuk anak-anak di situ, di antaranya ada penyakit yang tak pernah saya ketahui. Saya juga membawa mereka ke toko berbelanja. Pengalaman saya itu sulit dilupakan."

Dikatakan Wilson, suka dan dukanya di Tiongkok juga tak terpisahkan dengan anak-anak di panti kesejahteraan, dan setiap waktu menceritakan tentang hari-hari bersama anak-anak, dari matanya terpancar sinar bahagia.

Wilson menaruh kesayangannya pada anak-anak yatim piatu, anak-anak juga cinta padanya. Ketika wartawan kami menanya anak-anak tentang kesan-kesan mereka terhadap Wilson, gadis warga asing itu, mereka mengatakan, Wilson mengajar mereka bermain-main dan berdansa, ditambah lagi rupanya cantik, mereka suka padanya. Sedangkan rekan Tiongkok Wilson, Nyonya Zhang Jing memuji-muji gadis Amerika itu dengan mengatakan:"Mula-mula saya berpikir gadis cantik warga asing itu bisa tidak membiasakan diri dengan lingkungan hidup di Tiongkok? Tetapi hidup berdampingan dengannya selama 2 tahun ini membuktikan, Wilson baik sekali baik pekerjaan maupun hidupnya di Tiongkok."

Sekarang Wilson sudah terbiasa di hidup di Tianjin. Ia gemar masakan Tiongkok, tidak saja suka makan, tapi juga ikut belajar memasak dan mengajak teman-temannya mencicipi masakan Tiongkok yang dibuatnya sendiri. Selain itu ia masih belajar bahasa Mandarin dan dengan ikhlas meluangkan waktu untuk memberi kuliah bahasa Inggris kepada para guru di panti kesejahteraan anak-anak.