Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-04-12 14:16:30    
Semangat Bandung Yang Mengupayakan Persamaan dengan Mengesampingkan Perbedaan (1)

cri

Dari tanggal 18 sampai 24 April tahun 1955, para wakil pemerintah dari 29 negara merdeka di Asia dan Afrika mengadakan pertemuan di Bandung, berkonsultasi mengenai masalah-masalah untuk meningkatkan kerja sama, bahu membahu menentang kolonialisme, memelihara kemerdekaan nasional dan perdamaian internasional. Penyelenggaraan konferensi tersebut menandakkan berakhirnya zaman di mana negara-negara besar kolonialis menguasai nasib Asia-Afrika. Yang dibahas konferensi ialah bagaimana dengan paling efektif melepaskan diri dari belenggu imperialisme, memelihara kemerdekaan politik dan ekonomi negara-negara baru tumbuh di Asia dan Afrika. Konferensi pada akhirnya menerima baik Dasa Sila Konferensi Asia-Afrika, dan titik dasarnya ialah lima prinsip hidup berdampingan secara damai atau dapat dikatakan sebagai kelanjutan daripada lima prinsip tersebut.

Dari tanggal 28 April sampai 2 Mei tahun 1954, para perdana menteri India, Pakistan, Myanmar, Indonesia dan Ceylon ( Sri Lanka sekarang ) mengadakan pertemuan di Kolombo, ibukota Ceylon. Dalama mana diserukan untuk segera mengadakan gencatan senjata di Indocina. Dinyatakan pula sambutan baik kepada Konferensi Jenewa untuk memulihkan perdamaian Indocina melalui perundingan, dan diusulkan penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika. Dari tanggal 28 sampai 29 Desember tahun 1954, kelima perdana menteri tersebut mengadakan pertemuan lagi di Bogor, dalam mana diputuskan untuk mengundang 25 negara Asia-Afrika termasuk Tiongkok untuk menghadiri Konferensi Asia-Afrika di Indonesia pada pekan terakhir bulan April tahun 1955. Keputusan itu segera mendapat tanggapan hangat negara-negara yang diundang dan sambutan merata rakyat berbagai negara di dunia. Pemerintah Tiongkok segera mengirim kawat untuk menyatakan setuju terhadap tujuan Konferensi Asia-Afrika. Berdasarkan keputusan Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok, Ketua Mao Zedong mengangkat Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Zhou Enlai sebagai wakil pertama delegasi Republik Rakyat Tiongkok ke Konferensi Asia-Afrika, dan Chen Yi, Ye Jizhuang, Zhang Hanfu dan Huang Zhen sebagai wakil.

Untuk mengirim delegasi Tiongkok ke Konferensi Asia-Afrika, pemerintah Tiongkok telah menyewa pesawat penumpang C-69 dari Maskapai Penerbangan India. Pesawat buatan Perusahaan Lockheed Martin Amerika Serikat itu diberi nama Princess Khasmir. Badan dinas rahasia Chiang Kai-shek mencoba menyabot Konferensi Asia Afrika dengan menghancurkan pesawat terbang carter delegasi Tiongkok dan membunuh delegasi Tiongkok yang dipimpin Zhou Enlai menggunakan kesempatan penerbangan delegasi Tiongkok ke Indonesia. Setelah mengetahui intrik itu, Pemerintah Tiongkok menugaskan Kementerian Luar Negeri memberi tahukan informasi itu kepada perwakilan Inggris di Beijing pada tanggal 10 April tahun 1955 dengan meminta mereka menyampaikan hal itu kepada pihak penguasa Inggris di Hong Kong dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin keselamatan delegasi Tiongkok. Pejabat perwakilan Inggris menyanggupi untuk segera memberi tahu pihak penguasa Inggris di Hong Kong melalui telegram. Tanggal 11 April tahun 1955, Princess Khasmir dengan memuat staf delegasi pemerintah Tiongkok ke Konferensi Asia-Afrika, staf delegasi Republik Demokrasi Vietnam serta 11 wartawan Tiongkok dan asing yang meliput konferensi itu bertolak dari Hong Kong menuju Jakarta. Ketika terbang di atas perairan sebelah barat laut Sarawak, pesawat tiba-tiba meledak dan terbakar, dan jatuh ke laut. Kecuali co-pilot, navigator dan insinyur masinis, 16 orang lainnnya tewas semuanya. Inilah peristiwa Princess Khasmir yang mengejutkan dunia. Tanggal 12 April tahun 1995, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengeluarkan pernyataan sehubungan dengan hal itu. Dalam mana ditunjukkan bahwa pemerintah Inggris dan pihak penguasa Hong Kong memikul tanggung jawab serius atas peristiwa yang menyedihkan itu. Pemerintah Inggris dan pihak penguasa Hong Kong dituntut agar melakukan penyelidikan tuntas atas peristiwa tersebut, menangkap dan menindak elemen dinas rahasia yang ambil bagian dalam pembunuhan gelap tersebut untuk menyatakan pertanggung jawabannya. Pernyataan mengumumkan pula, delegasi Tiongkok pasti akan bersama para wakil negara-negara peserta Konferensi Asia-Afrika melancarkan perjuangan tegas demi perdamaian Timur Jauh dan dunia. Rakyat berbagai kalangan di Beijing mengadakan rapat belasungkawa pada tanggal 17 April tahun 1995 untuk menyatakan duka cita kepada Shi Zhi'ang, Li Zhaoji dan pahlawan-pahlawan lain yang telah menyumbangkan raga kepada usaha untuk memperjuangkan perdamaian, kemerdekaan dan kebebasan. Di Makam Revolusioner Babaoshan ditegakkan tugu peringatan yang besar untuk para pahlawan tersebut.