Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-04-18 17:29:13    
Seorang Pekerja Pelestarian Lingkungan Tiongkok

cri

Di Provinsi Jilin Tiongkok timur laut terdapat sebidang tanah basah terkenal yang dinamakan Xianghai. Begitu tiba akhir musim panas dan awal musim gugur, tanah basah itu menjadi sorga burung. Dalam acara edisi kali ini saudara pendengar, kami ceritakan kisah tentang seorang penyayang burung dan pekerja pelestarian lingkungan bernama Lin Baoqing, di tanah basah Xianghai . Xianghai suatu cagar alam tingkat nasional Tiongkok berlokasi di padang rumput Keerqin bagian barat Provinsi Jilin. Di tanah basah yang seluas 100.000 hektar lebih itu, gelagah bertumbuh subur, danau besar dan kecil sambung-menyambung dan hampir 300 macam burung bermukim di situ, di antaranya bangau jambul merah dan bangau putih timur yang hampir punah.

Lin Baoqing yang berusia 32 tahun datang bekerja di cagar alam Xianghai setelah tamat dari universitas pada tahun 1996. Begitu datang ia segera terpesona oleh indahnya bangau jambul merah itu dan ketika diketahuinya bangau itu hanya tinggal tak sampai 1.500 ekor di seluruh dunia, ia makin menyayangi burung yang sangat indah itu. Pada musim semi tahun 1997, sepasang bangau jambul merah ditemukannya sedang mengerami telur dan ia mulai mengamat-amatinya dari jauh.

Lin Baoqing mengatakan: " Setelah anak bangau keluar dari telur, salah satu ekor di antaranya mati ditanduk oleh sapi yang milik warga setempat. Oleh karena itu, saya bertekad untuk mengadakan pembiakan buatan dan pertolongan terhadap burung yang hampir punah tersebut."

Diterangkan oleh Lin Baoqing, pasangan bangau jambul merah hanya menghasilkan 2 buah telur setiap tahun. Apabila kondisi tempat habitatnya kurang baik, satu ekor pun mungkin tidak dapat dikerami. Waktu itu tidak pernah dilakukan pengeraman buatan terhadap bangau jambul merah di Xianghai. Lin Baoqing bertekad menguasai data pokok tentang pengeraman bangau jambul merah secara mandiri.

Bangau jambul merah itu biasanya menyembunyikan sarangnya di dalam gelagah dan sangat tajam kewaspadaannya pada masa pengeraman. Setelah menemukan sarang bangau, Lin Baoqing dengan hati-hati menempatkan pengukur suhuke dalam sarang bangau memanfaatkan kesempatan ketika bangau tidak di sarangnya, lalu ia membuat gubuk pengamatan yang tersembunyi di dekat sarang bangau. Masa reproduksi bangau dimulai bulan April dan waktu itu udara di Xianghai masih dingin dan es baru cairnya di permukaan danau. Untuk tidak mengejutkan bangau, ia beberapa siang dan malam terus berada di gubuk itu.

Setelah menguasai suhu pengeraman bangau, Lin Baoqing mulai mengadakan eksperimen pengeraman buatan. Akan tetapi waktu itu perlengkapannya hanya sebuah alat pengeraman setengah otomatis, dalam proses pengeraman tidak bisa ditinggalkan orang. Selama satu bulan lebih masa pengeraman bangau, Lin Baoqing merawat di sampingnya setiap hari. Suatu kali karena putus listrik, ia memasukkan telur bangau ke dalam selimutnya sendiri, supaya telur bangau tidak kedinginan.

Eksperimen Lin Baoqing itu berlangsung satu tahun lebih. Akhir bulan Mei tahun 1999, anak bangau jambul merah yang pertama berhasil ditetaskan. Mendengar bunyi anak bangau itu Lin Baoqing sangatlah gembira dan rekan-rekannya dengan bersenda gurau memanggilnya sebagai "papa bangau jambul merah".

Setelah menjadi " papa bangau", Lin Baoqing menjadi lebih sibuk lagi dan semua urusan rumah tangga ditangani oleh istrinya, sehingga ia merasa menyesal atas anggota keluarganya. Akan tetapi yang menggembirakan adalah ia telah menguasi teknik pembiakan buatan 15 macam burung. Selama 5 tahun lebih ini, Lin Baoqing berhasil membiakkan 40 ekor lebih bangau jambul merah dan bangau putih timur yang tercantum dalam daftar satwa yang dilindungi kelas satu negara, selain itu bebek liar dan burung-burung lainnya sebanyak 200 ekor. Disertasinya mengenai pembiakan burung juga dimuat di sementara majalah ilmu hewan yang berwibawa di dunia.

Tanah basah cagar alam Xianghai di Provinsi Jilin tidak saja merupakan tempat habitat burung, tetapi juga adalah salah satu tempat persinggahan burung-burung yang terbang dari daerah Samudera Pasifik. Beberapa tahun yang lalu, di cagar alam Xinghai didirikan pos pertolongan burung-burung dan Lin Baoqing menjabat sebagai kepala pos itu. Seorang rekan Lin Baoqing yang pernah bersama-sama denganya melakukan pertolongan kepada burung-burung yang kena racun atau terluka menceritakan kepada wartawan:

Suatu kali mereka diberi tahu ditemukannya seekor bangau jambul merah yang sakit di lokasi 300 kilometer dari tempat mereka. Lin Baoqing dan rekan-rekannya dengan kendaraan segera mencapai tempat tujuan dan merawat secara darurat bangau yang kena racun logam berat. Selesai pertolongan itu mereka membawa bangau itu kembali ke cagar alam. Di sepanjang perjalanan dengan menumpang kendaraan, Lin Baoqing menggendong bangau yang terluka itu, sehingga kedua tangannya terluka dicakar oleh bangau itu. Kemudian bangau jambul merah yang ditolong mereka itu mengerami sepasang anak bangau dan pada musim gugur induk bangau dengan membawa dua anaknya terbang ke bagian selatan.

Sampai sekarang jumlah bangau jambul merah dan angsa liar yang diselamatkan Lin Baoqing dan rekan-rekannya berjumlah 50 ekor lebih. Selain itu Lin Baoqing juga meneliti serentetan terapi untuk mengobati burung-burung yang kena racun dengan tingkat keberhasilan mencapai 80%.

Cerita tentang Lin Baoqing melindungi burung-burung masih banyak. Setiap kali ia dipuji-puji orang, selalu ia mengatakan dengan tersenyum: " burung-burung adalah sahabat manusia. Apabila burung-burung dilindungi, kampung halaman kita sendiri juga mendapat perlindungan."