Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-04-27 13:57:24    
Yesanpo

cri

Musim semi sudah tiba, Yesanpo yang terletak lebih 100 km dari Beijing sedang sibuk menyambut musim wisata yang ramai. Antara Mei dan Agustus setiap tahun, rute wisata Yesanpo yang menawarkan arung rakit di Sungai Juma dan penginapan di rumah petani menarik minat banyak wisatawan untuk datang berkunjung.

Dari Beijing ke Yesanpo membutuhkan waktu satu jam lebih dengan kendaraan bermotor. Seluruh daerah pemandangan Yesanpo luasnya sekitar 600 km persegi, terdiri dari obyek-obyek wisata Lembah Baili, Sungai Juma, Pagoda Goa Buddha, hutan rimba Baicaoban, Nagarai Longmen dan Gunung Jinhua. Di antaranya, pemandangan Lembah Baili paling memiliki ciri khas.

Lembah Baili yang memiliki pemandangan alam asli dijuluki sebagai Koridor Seratus Li dan Dunia Sentosa Di Luar Keramaian. Lembah itu terdiri atas tiga lembah yang dalam sepanjang 22,5 km. Begitu memasuki Lembah Baili, kita seakan menginjakkan kaki ke alam dewata: bunga-bunga dan rumput yang aneh menutup gunung yang menjulang tinggi, sedang jalan setapak dari batu kerikil di kaki gunung naik turun berkelok-kelok. Beberapa batu raksasa yang menjabal terlindung oleh pepohonan yang rimbun. Pemandu wisata, Li Jing mengatakan,"Jalan di Lembah Baili sangat sempit, diapit oleh gunung yang tinggi. Berdiri di dasar lembah, langit tampak seperti satu garis. Di lembah sepanjang lebih 22 km itu terdapat banyak obyek wisata, di antaranya Longmen Tianguan yang terutama adalah anak tangga dan jembatan. Anak tangga berbentuk spiral mengelilingi gunung sampai ke atas."

Berjalan menyusuri Lembah Baili kita akan sampai di Lembah Kalajengking. Dinamakan Lembah Kalajengking karena di lembah itu tumbuh banyak rumput kalajengking yang berbentuk seperti daun murbai kecil. Kalau kulit kita menyentuh rumput kalajengking itu akan terasa sakit seperti tersengat. Meski bertamasya di lembah ini harus hati-hati agar tidak "disengat" rumput kalajengking, namun pemandangan "langit satu garis" sangat menarik wisatawan.

Dari Lembah Kalajengking maju terus akan sampai di suatu obyek wisata yang paling curam di Yesanpo, dinamakan "Mulut Macan". Berdiri di "Mulut Macan", manusia tampak sangat kecil, terasa seakan dicaplok. 4 pilar batu di dinding sekitar adalah "gigi macan", meski tidak sama panjangnya, tapi tampak cukup tajam. Maju tidak jauh menyusuri pipi "macan", tiba-tiba suasana menjadi terang benderang dan bunga-bunga Haitang atau Malus spectabilis yang bermekaran terhampar di depan mata. Inilah Lembah Haitang yang terkenal. Sha Dan, seorang wisatawan yang gemar bunga Haitang mengatakan,"Ada dongeng tentang Lembah Haitang ini. Konon pada zaman dahulu kala, adalah seorang ayah dan putrinya yang bernama Haitang tinggal di lembah ini. Mereka menjadikan berburu sebagai matapencaharian. Sekali peristiwa, ketika mereka berdua sedang berburu, tiba-tiba seekor macan meraung menerkam sang ayah. Melihat gelagat itu, Haitang menghadang terkaman macan dan bertarung melawan binatang buas itu, tapi akhirnya ia jatuh di bawah cengkeraman macan. Pada saat gawat itulah, warga desa beramai-ramai datang menghalau macan itu untuk menyelamatkan Haitang. Dalam perjalanan kembali ke desa menyusuri lembah itu, darah Haitang menetes sepanjang jalan. Kemudian, di tempat yang tertetes darah itu tumbuh banyak sekali pohon dengan bunga yang merah semarak. Untuk memperingati gadis yang berani itu, warga desa menamakan bunga itu Haitang, dan lembah itu dinamakan Lembah Haitang.

Di dekat daerah pemandangan Yesanpo terdapat sebuah desa kecil bernama Desa Gougezhuang. Wisatawan yang bertamasya ke Yesanpo kebanyakan beristirahat dan makan di desa ini. Di Desa Gouge tidak ada hotel, wisatawan bisa menginap di rumah petani. Penginapan rumah petani itu bersih dan rapi, harga sewa juga tidak mahal. Ma Chunhua dan suaminya yang menjadi pengusaha di Beijing sering menginap beberapa hari di sini pada musim panas. Mereka merasa senang tinggal di rumah petani yang jauh dari keramaian kota itu.

"Rumah-rumah warga desa itu bisa disewa, ada papan yang tertulis di depannya. Rumah-rumah penginapan warga desa itu beraneka ragam, ada yang berbentuk rumah berhalaman persegi, ada yang satu lantai, ada pula yang dua lantai. Harga sewa tidak mahal. Menginap di sini sungguh menyenangkan."

Menginap di rumah petani dan makanpun sudah tentu di rumah mereka. Hidangan-hidangan untuk tamu seperti kue jagung, bubur jagung, sayur liar dan lain-lain merupakan santapan desa yang nyaman rasanya. Telur dadar desa ini konon sangat terkenal dan menjadi upeti untuk kerajaan pada zaman Dinasti Qing abad ke-17. Di Yesanpo, makanan yang terkenal adalah kambing panggang.

Tuan rumah penginapan warga desa bernama keluarga Xu mengatakan,"Wisatawan sendiri yang memilih dombanya. Daging domba desa kami sangat empuk dan enak. Setelah dipotong, daging domba dibumbui lalu dipanggang, sampai setengah matang, diolesi minyak dan diberi bumbu lagi, dan dipanggang. Sangat gurih rasanya."

Saudara pendengar, meski Yesanpo tidak terlalu luas, tapi cukup banyak obyek dan acara wisatanya. Untuk mengunjungi dan mencicipi hidangan secara lengkap sebaiknya menginap satu atau dua malam.

(Nansa)