Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-05-19 13:13:37    
Perusahaan Tiongkok Perlu Bangun Merek Terkenal

cri

Presiden Kawasan Asia Pasifik Ogilvy & Mather, sebuah perusahaan media massa terkenal dunia, Yang Minghao dalam wawancaranya dengan wartawan Xinhua mengusulkan perusahaan Tiongkok menegakkan merek terkenalnya sendiri dalam menembus pasar dunia, dan bukan mengandalkan harga murah.

Pada tahun-tahun belakangan ini, perang harga produk buatan Tiongkok di pasar dunia semakin gencar. Dalam waktu dua atau tiga tahun, harga produk jatuh lebih separoh bahkan di bawah ongkos produksi, begitupun perusahaan-perusahaan masih tidak mau mengalah dan terus membanting harga. Hasil jajak pendapat yang dilakukan perusahaan Ogilvy & Mather menunjukkan, yang tercantum dalam daftar merek terkenal dunia "yang paling disukai", hanya terdapat satu merek Tiongkok yakni Haier.

Menurut hasil survei raksasa periklanan Inggris yakni Grup WPP terhadap masing-masing 100 konsumen di Amerika, Inggris dan Perancis Oktober 2004, bagi konsumen Barat, yang penting bukan negara asal produk, melainkan merek produk.

Dikatakan oleh Yang Minghao, merek mengandung pertalian emosional yang dibangun antara konsumen dengannya, bisa berupa kesan merek itu pada konsumen, bisa pula ditentukan oleh sifat merek itu sendiri. Bagi sebuah perusahaan, merek adalah satu-satunya yang patut dimiliki. Tanpa merek, produk-produk sejenis tidak ada bedanya dan konsumen akan mengutamakan harga kekika membuat pilihan, dengan demikian menyebabkan terjadinya persaingan harga antara perusahaan.

Persaingan banting harga adalah suatu perang tanpa ada pihak yang menang. Barangkali suatu perusahaan tertentu bisa meraih keuntungan sementara atau di suatu pasar, namun itu tidak menjamin perusahaan tersebut bisa berkembang dalam waktu panjang. Perusahaan Tiongkok harus keluar dari jalan "nilai tambah rendah", dan menempuh jalan "nilai tambah tinggi, inovatif dan merek terkenal".

Hasil survei Ogilvy & Mather pada bulan Oktober 2004 atas 47 perusahaan Tiongkok yang beromzet 1 miliar dolar AS pertahun menunjukkan, 74 persen perusahaan menganggap perusahaannya telah berhasil menegakkan mereknya di pasar Tiongkok, 85 persen perusahaan sedang memasarkan produknya di pasar dunia, dan 67 persen perusahaan sudah menyusun strategi pembangunan merek global.

Perusahaan-perusahaan Tiongkok menganggap tantangan utama yang dihadapi di pasar internasional antara lain persaingan, mitera bisnis yang tepat, jalur distribusi, informasi dan pembinaan hubungan bisnis di luar negeri, informasi tentang pelanggan dan penjual di luar negeri.

Dikatakan oleh Yang Minghao, banyak merek Tiongkok sudah mempunyai reputasi baik di pasar dunia seperti Lenovo, Haier, TCL, Bir Tsingdao dan lain-lain. Perusahaan Tiongkok cukup pintar, dan sering kali lebih cepat dan efektif, serta lebih mengetahui globalisasi dibanding banyak perusahaan Asia lainnya.

Namun tambahnya, "sejumlah perusahaan asing yang beroperasi di pasar Tiongkok lebih mengenal pasar Tiongkok daripada perusahaan Tiongkok. Ini sangat berbahaya." Dalam proses menembus pasar dunia, perusahaan Tiongkok harus mengetahui kebutuhan konsumen di luar negeri, lebih memperhatikan penyelidikan pasar dan mengalokasikan dana lebih banyak di bidang ini. Demikian kata Yang Minghao.